Share

Bab 13 Badut

Penulis: Idry2ni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-15 22:00:36

Max tertidur dengan bercucuran keringat dan aku sempat mendengar jika Max bergumam menyebut ayah dalam tidurnya. Aku berdiri dari jarak yang cukup jauh hanya untuk memastikan keadaan Max. Setelah beberapa menit berlalu aku tidak lagi mendengar gumaman Max. Aku pun memutuskan untuk pergi dari kamarnya.

Pukul 02:45 malam, Max terbangun dari tidurnya dengan derasnya cucuran keringat. Ia menarik napas perlahan untuk menenangkan dirinya. "Huh... Sial... Aku terus bermimpi buruk." Max turun dari ranjangnya berjalan ke arah pintu dan berjalan keluar dari Apartemen untuk mencari ketenangan sesaat.

Angin malam menyapu wajahnya dan pakaian basah yang ia kenakan. Max benar-benar terlihat seperti seseorang yang habis terjun bebas ke kolam renang. Ia membuka bajunya dan duduk di depan pintu Apartemen.

"Aku benci mengingat kedua orang itu, daripada Elisa... Mengapa mereka selalu muncul dalam bayang-bayang ku." Kisah masa lalu Max tidak cukup bagus dalam segi kata sebuah keluarga. Redup tidak berwarna maupun berbentuk sempurna. Max mengakui jika kisah keluarganya sedikit mirip dengan Shella, namun tanpa hadirnya sosok Ibu pengganti.

"Ayah... Apa kau sudah bangun? Jika Ayah tahu aku menjalani pernikahan kontrak apa Ayah akan memarahiku?" Max menatap lurus, tampak bayang-bayang seseorang kembali singgah di pikirannya hingga ia tidak sadar jika air matanya mengalir.

Pagi harinya, seperti bisa rutinitas ku diiringi dengan bersiap-siap lalu berangkat ke kantor. Namun hari ini sedikit berbeda di mana aku tidak melihat Max yang biasa duduk dan menyantap makanannya. Apa dia masih tertidur? Aku ingin memeriksanya tetapi aku tahu jika itu bukan urusanku. "Mungkin dia hanya kelelahan. Lagipula aku tidak perlu terlalu mengenalnya. Pada akhirnya kami akan menjadi seseorang yang tidak pernah bertemu jika pernikahan kontrak ini berkahir." Aku melangkah pergi secepat mungkin untuk segera sampai di kantor.

Di Kantor

Aku telah tiba di kantor dan langsung menjalankan pekerjaan ku. Aku juga sempat berpapasan dengan Alex dan kami bertegur sapa seolah teman pada umumnya. Bulu kuduk ku di bagian tengkuk tiba-tiba berdiri saat mengingat Alex memeluk ku kemarin. Aku tidak bodoh, aku juga sudah cukup lama sadar jika Alex menyimpan perasaannya kepadaku. Tetapi aku tidak. Aku hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih. Untuk itu sejak Alex mengungkapkan perasaannya kepadaku beberapa minggu lalu aku merasa tidak bisa menjawabnya dan pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah katapun dan aku juga menghindarinya selama mungkin hingga akhirnya aku tiba-tiba melangsungkan pernikahan.

Aku tahu mungkin aku terlihat kejam tetapi bagiku menjawab pernyataan cinta Alex berkali-kali lipat lebih menyulitkan. Alasannya karena Alex adalah teman pria yang aku anggap seperti seorang Kakak. Tidak mungkin aku membalas perasaan Alex yang menganggap ku seperti wanita, sedangkan aku menganggap Alex seperti seorang Kakak?

Laya menghampiri Shella yang terlihat termenung dengan pemikirannya sendiri. "Hei... Apa yang kau pikirkan?" Laya duduk seperti biasa, ia mengambil kursi di depan meja Shella dan menariknya.

Aku tersenyum malu karena Laya melihatku. "Ah... Tidak! Apa ini sudah jam istirahat? Mengapa kau kemari?"

"Yang benar saja Shella. Apa kau tidak menyukai ku berada di sini?"

Aku menarik pergelangan tangan Laya ketika dia tiba-tiba akan beranjak pergi. "Apa maksudmu... Aku tidak mengusir mu Laya, aku hanya bertanya. Bertanya!"

Laya akhirnya duduk kembali. "Baiklah... Sebenarnya tadinya aku ingin mengajakmu-Ah maksud ku kami ingin mengajakmu untuk menyantap makanan di luar hari ini."

"Aku? Siapa saja yang akan ikut?"

Laya mengangkat jari-jemari nya. "Aku, kau, Alex, Bim dan Celine. Hanya kita berlima. Bagaimana?"

Aku berpikir sejenak. Sebenarnya tidak masalah jika aku ikut bukan? lagi pula aku sudah lama tidak menyantap makanan di luar bersama-sama. "Baiklah... Aku rasa aku bisa."

"Kau harus menepati janjimu Shella. Sampai jumpa..." Laya pergi dari meja Shella karena ia sudah mendapatkan jawaban atas ajakannya.

Jam Istirahat, akhirnya tiba. Karena aku sudah berjanji pada Laya dan teman-teman ku yang lain, aku pun turun dan mendapati mereka sudah menungguku.

Laya melambaikan tangannya. "Kau duduklah di depan bersama Alex, aku dan yang lain berada di belakang.

Mungkin itu bukanlah hal besar jika harus duduk dengan Alex, tetapi entah mengapa aku masih sedikit tidak nyaman.

"Apa kau tidak ingin masuk?" ucap Alex. Ia tidak tahu mengapa Shella diam dan berpikir panjang hanya untuk duduk di bangku depan bersamanya.

"Iya." Aku segera naik dan Alex pun langsung menjalankan mobilnya.

Di Restoran

Baik aku ataupun teman-teman kantor menikmati hari ini, akan tetapi hari yang indah selalu membuat waktu berjalan dengan cepat.

"Aku tidak menyangka kita akan secepat ini pergi dari Restoran..." ucap Laya yang bertepatan keluar dari Restoran bersama Shella.

Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Kini aku berjalan beriringan dengan Alex. Kami sedikit berbincang tentang pekerjaan hingga aku tidak sengaja melihat anak-anak yang ramai berkumpul. "Sedang apa mereka?"

Alex kemudian langsung menoleh ke arah mata Shella memandang. "Mungkin saja... Itu badut," jawab Alex lalu menatap Shella.

"Badut? Apa biasanya badut muncul di siang hari?" tanyaku. Karena yang aku tahu biasanya badut akan menghibur di saat malam.

"Biasanya... Tetapi badut tidak memiliki jadwal khusus Shella. Selagi banyak anak-anak berkumpul, badut bisa turun dan menghibur mereka. Apa kau tertarik untuk melihatnya?"

Aku pun mengangguk dan pergi bersama Alex dan yang lainnya.

Tibanya di sana aku terus menatapi badut tersebut. Badut itu melakukan berbagai maca aktrasi sulap yang membuat anak-anak riang gembira begitupun denganku yang merasa terhibur, walaupun Badut tersebut menggunakan kepala yang berbeda dari badut biasanya.

Beberapa menit telah berlalu dan badut pun berhenti menggelar aktrasi sulap nya.

Aku sedikit sedih sesaat. Aku berjalan ke arah badut itu dan memandanginya yang sedang mengemas barang-barang. "Berapa lama Anda menjalani profesi seperti ini?" tanyaku.

Badut itu menggelengkan kepalanya dan mengangkat box berisi barang-barang penting.

Sedih rasanya tidak diberikan jawaban atas pertanyaanku. Aku pun membiarkan badut itu pergi. "Ah... Apa ini?" Aku mengangkat sebotol parfum yang masih penuh. Mungkin botol ini milik seseorang yang sedang mengenakan kostum badut itu.

"Tunggu... Parfum... Ah dia pergi ke mana?" Tiba-tiba saja badut itu hilang dengan cepat.

Alex menepuk bahu Shella. "Ada apa?"

Aku memperlihatkan botol parfum kepada Alex. "Ini... Aku rasa milik seseorang di dalam kostum badut itu. Bagaimana ini?"

"Kau mau mengembalikannya?" tanya Alex.

"Tetapi badut itu sudah tidak ada..." Aku menggenggam botol parfum itu.

"Badut itu selalu berada di sekitar sini. Jika kau mau, lain kali aku bisa memberikannya." Alex meminta parfum yang dimaksud Shella.

Aku menolak dan memasukan parfum itu kedalam saku. "Lain kali aku sendiri yang akan mengembalikannya." Aku pun pergi mendahului Alex.

Di Perjalanan

Aku terus memandangi parfum itu sejak tadi. Aku sedikit penasaran seperti apa wanginya. Alhasil aku membuka tutupnya dan menghirupnya.

Parfum tersebut membuatku teringat oleh seseorang karena wewangiannya sungguh tidak asing ku hirup. Namun aku merasa sebuah keganjalan dan berhenti melangkah ke arah parkiran.

"Ini..." Aku kembali menghirupnya dan ingatanku tertuju pada seseorang yang begitu lekat dengan parfum ini.

"Max!" Sontak aku memutar langkahku dan pergi ke tempat aku melihat badut itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status