Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 20 Sebuah Kecelakaan

Share

Bab 20 Sebuah Kecelakaan

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-18 22:03:38

Aku telah tiba di apartemen lima menit yang lalu dan kini aku menunggu kedatangan Max di ruang tamu. Aku menatap jam tangan ku yang menunjukkan pukul 22:35. "Apakah dia tidak pulang ke Apartemen hari ini?"

Pintu Apartemen terbuka menampilkan sosok Max dengan tas panjangnya memasuki Apartemen. Tibanya Max di ruang tamu ia menyadari jika Shella berada disana, namun Max tidak berkeinginan menyapa dan memilih memasuki kamar.

"Bisa kita bicara Max?"

Tangan Max sudah menarik kenop pintu pun tertahan untuk mendorongnya karena tiba-tiba Shella berkata seperti itu. "Tunggulah..." ucapnya kemudian memasuki kamar.

Karena mendapat jawaban yang memungkinkan, aku menunggu Max hingga dia keluar dari kamarnya.

Berselang beberapa menit Max, akhirnya keluar dan menghampiri Shella yang tengah duduk di sofa. "Apa ini tentang Alex?"

"Lebih tepatnya tentang kalian berdua. Apa yang telah terjadi tadi malam?"

"Aku benci menjelaskan Shella."

"Perkelahian kalian hari itu... Apakah berhubungan dengan ku?"

"Tidak."

Aku mengeluarkan plester luka dari saku celana ku dan memberikannya pada Max. "Aku minta maaf jika Alex yang memulai perkelahian ini."

Max menerimanya dan pergi begitu saja ke kamar.

Pagi harinya, setelah kejadian malam itu aku dan Max bersikap seperti seseorang yang baru pertama kali bertemu. Walaupun aku yang selalu memimpin pembicaraan tetapi Max berusaha mengakhirinya dengan singkat.

Hingga akhirnya beberapa minggu kemudian saat usia pernikahan kontrak kami telah mencapai satu bulan.

Seperti rutinitas ku, aku bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Setiap harinya aku selalu sarapan di kantin dan hanya menyeduh teh saat pagi dan malam hari di Apartemen. Rutinitas itu berlangsung setelah hari itu dimana aku dan Max saling berprilaku asing.

"Huh... Teh ini sangat membantu meringankan beban pikiran ku." Aku menaruh kembali segelas teh yang baru ku habiskan.

"Shella... Hari ini kau tidak istirahat?" ucap Max.

Aku menatap ke arahnya. Sejujurnya aku sedikit terkejut karena Max pertama kalinya menyapa ku lebih dulu setelah sekian lama.

"Iya?"

"Bisa kau istirahat berkerja untuk hari ini?"

"Kenapa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku?"

"Tidak... Aku hanya... Mobil! Pinjamkan mobil mu padaku."

"Bagaimana dengan milikmu?"

"Mobilku rusak."

Aku mendekat dan memberikan kunci mobilku pada Max. "Pakailah. Aku akan meminta Alex untuk-"

"Tolong... Tolong jangan pergi hari ini Shella."

Max mencekam pergelangan tangan ku dengan raut wajahnya yang terlihat seperti gelisah. "Kau baik-baik saja Max?" tanyaku yang tidak terbiasa melihat ekspresi wajah Max seperti itu.

Max sontak melepaskan tangannya yang mencekam Shella. "Hanya kali ini Shella... Tolong ikuti perkataanku."

Aku menatap Max dengan lekat. Terlihat sebuah guratan kegelisahan mendalam melekat pada wajahnya. "Ceritakan padaku alasan dibalik aku harus mengikuti perkataan mu yang terdengar konyol ini Max?"

"Kau bebas mengkritik ku konyol atau bahkan bodoh sekalipun Shella. Tetapi aku mohon jangan pergi hari ini! Hanya hari ini Shella! Tolonglah..."

"Max!" Aku sontak membeku setelah Max memeluk ku dengan cukup erat tetapi dia masih memberiku ruang untuk bergerak.

"Apakah sulit mengabulkan permintaan ku Shella? Aku berjanji ini adalah yang terakhir kalinya yang aku meminta."

"Baiklah... Bisa kau melepaskan ku."

"Kau berjanji?"

"Iya aku berjanji."

Max mengetuk kening Shella dengan jari telunjuknya lalu pergi.

Di Mobil

Max termenung didalam mobil milik Shella. Rasa khawatirnya akan keselamatan Shella semakin hari semakin bertambah, itu semua karena pengaruh Elisa. Beberapa hari yang lalu Max tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita yang memiliki ciri-ciri serupa dengan Elisa. Alhasil ia mengikuti wanita itu dan mendapat sebuah fakta jika dia benar-benar Elisa seperti dugaannya.

Max yang saat itu melihat sebuah buku catatan milik Elisa tertinggal di kursi taman. Tanpa banyak membuang waktu, Max mengambil buku catatan tersebut dan membawanya pulang. Ketika ia tiba di Apartemen ia membaca isi dalam buku tersebut dan membuatnya tercengang. Bagaimana tidak? Dalam buku tersebut tersusun runtutan rencana Elisa untuk mencelakai Shella.

Dari hari itu Max memutuskan untuk terus mengawasi Shella hingga saat ini. Max mengeluarkan buku catatan tersebut lalu membukanya. Tertera di catatan itu jika rencana terkahir Elisa adalah membuat Shella kehilangan kepercayaan dirinya.

Hampir semalaman Max menyimpulkan tentang apa yang di maksud Elisa, dengan membuat Shella kehilangan kepercayaan dirinya? Dan akhirnya Max menarik kesimpulan jika kepercayaan diri mungkin saja berkaitan dengan wajah ataupun tubuh. Untuk itulah ia meminta Shella untuk tidak keluar rumah dalam kurun sehari.

"Seandainya pemikiran ku benar itu artinya aku mengorbankan keselamatan ku untuk Shella bukan? Kenapa aku sampai melindunginya sejauh ini? Apa kau menyukainya Max?" Max terdiam setelah mengatakan hal tersebut dan berpikir. Selama ini sejak Shella menetap di Apartemen nya kepribadian lain dalam dirinya muncul seiring berjalan nya waktu.

Emosi, ketidaksukaan terhadap Alex dan rasa nyaman dari Shella. Ketiga sifat itu memeluknya setiap saat dan menguasai sifat aslinya yang dingin dan tidak peduli. "Aku rasa aku tidak dapat menyangkalnya lagi... Ternyata aku menyukai Shella." Ia menutup wajahnya.

"Baiklah Max! Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan tentang perasaan. Jika saatnya tiba kau tidak perlu menahannya lagi." Max akhirnya mengeluarkan mobil Shella dan mengemudikan untuk keluar dari parkiran.

Saat mobil Shella yang dikendarai Max telah keluar dari area parkiran, tiba-tiba suara deru mobil yang amat kencang menghampiri ke arahnya. "Sial!!" Max membanting setir namun ia terlambat.

BRUAK!!!

Mobil yang dikendarai Max terseret oleh mobil yang menabraknya hingga jarak 20 meter.

"Akh..." Salah satu kakinya terjebak di dashboard mobil yang kini sudah tidak lagi berbentuk dasboard mobil pada umumnya, karena mobil yang menabraknya mengincar area depan mobil hingga mengalami pergeseran yang sangat jauh dan menjepit kaki kirinya.

Darah mengucur dari pelipis, lengan dan mulutnya secara bersamaan. Max tidak mampu lagi mempertahankan kesadarannya hingga ia akhirnya pingsan.

Di Rumah Sakit

"Max... Max!" Aku berteriak berusaha membuat Max sadar namun upaya ku tersebut tidak ada artinya.

"Tolong tunggu di luar."

Aku hanya mampu terdiam saat para Dokter memasukkan Max ke ruang IGD. Tidak ada yang mampu aku lakukan kecuali menangis. "Max..."

Di Rumah Lain

Elisa mengikat tubuh seorang wanita tua yang beberapa jam lalu ia berikan tugas untuk mencelakai Shella. Namun justru sebaliknya, bukan Shella yang terluka melainkan Max. Dengan wajah yang penuh amarah, Elisa mencekam wajah wanita itu sekuat-kuatnya. "Jal*** gila! Kenapa kau mencelakainya! Kenapa!! Kenapa!!"

Wanita tua tersebut sudah bersimbah darah dari ujung kepala hingga kaki namun ia masih mampu tersenyum. "Aku... Hanya menuruti... Perintah mu..."

Elisa menendang tubuh wanita tua yang ia ikat tersebut hingga jatuh ke lantai. Tidak berbeda jauh dengan wanita tua tersebut, kini Elisa pun berpenampilan berantakan dengan berbalut bekas darah. "Dasar jal*** bodoh! Bisa-bisanya kau tidak menyadari jika Max ada di mobil itu!! Seharusnya kau menyadarinya bajin*** gila! Akh!!" Elisa terus menyiksa dan berkata kasar pada wanita tua tersebut hingga akhirnya wanita itu tidak bergerak lagi.

Elisa terduduk untuk memeriksa wanita tua tersebut namun sayangnya wanita tua itu sepertinya telah pergi kedua lain. "Bagaimana bisa kau pergi secepat ini? Tidak! Itu tidak benar! Kau harus pergi dengan lebih menyakitkan sebagai permintaan maaf mu pada Max, kekasihku." Elisa menarik kaki wanita tua tersebut dan membawanya ke ruang bawah tanah untuk sedikit di hias.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status