Mischa berbaring dipelukan Xander.
"Sudah hampir pagi, kamu tidak tidur Mischa? Sampai kapan kamu akan memperhatikan aku terus seperti itu?" ucap Xander dengan kedua matanya yang sudah terpejam meski dia tidak tidur betulan.
Mischa tersenyum lebar. Ditariknya wajah Xander agar menghadap ke arahnya, membuat si pemilik wajah kembali membuka mata. Hingga tatapan keduanya saling beradu satu sama lain dengan jarak yang terbilang cukup dekat.
Sore harinya, Mischa dan Xander kembali ke kediaman Mischa setelah sebelumnya mereka menghabiskan waktu berdua seharian dengan berkeliling kota Surabaya.Hari itu Mischa terlihat sangat bahagia, sama halnya seperti Xander. Mereka pulang dengan begitu banyak tentengan belanjaan yang kebanyakan berisi mainan.Itu adalah salah satu cara Xander untuk menyuap Arsen supaya bocah itu tidak merajuk karena terlalu lama ditinggal pergi kedua orang tuanya.Arsen sangat senang setelah melihat betapa banyak mainan baru yang dibelikan sang Papah untuknya. Dia langsung sibuk dengan mainan-mainan itu."Ini ponselmu, Nak Xander, tadi siang seorang kurir yang mengantarnya ke sini," beritahu Hindun seraya memberikan benda pipih di tangannya pada sang menantu.Xander tahu, pasti Jarvislah yang telah mengirimkan ponsel miliknya itu melalui jasa pengiriman barang."Terima kasih Bu," ucap Xander
Setibanya di Jakarta siang tadi, Jarvis dan Aliana langsung mendatangi bekas kediaman keluarga Denis di daerah kebayoran.Mereka hendak menggali informasi lebih lanjut mengenai almarhum ayah Denis yang sempat bekerja sebagai pembunuh bayaran setelah sebelumnya mereka berusaha mencari informasi dari beberapa rekan dan kerabat jauh dari keluarga Denis sendiri.Rumah itu memang sudah lama tak berpenghuni. Tak ada satu pun keluarga Denis yang berani menempati rumah itu setelah apa yang terjadi menimpa keluarga Denis di dalam rumah itu. Bahkan ketika mereka berusaha untuk menjualnya, sampai detik ini, tak ada satu pun orang yang berniat membelinya.Di temani seorang anggota keluarga Denis, Jarvis dan Aliana sempat mengobrak-abrik isi rumah itu dimana perabotan di sana masih terlihat utuh meski sangat berdebu.Setelah berkutat kurang lebih tiga jam, tak ada satu pun bukti yang bisa mereka jadikan pegangan untuk
"Xander, tidurlah, ini sudah malam," ajak Mischa saat itu.Sejak kedatangan Sarah tadi sore ke kediaman Mischa dan memberitahukan peristiwa penculikan yang dilakukan Ayahnya terhadap sang Ibu, membuat perasaan Xander terus dirundung cemas.Meski pihak kepolisian telah dikerahkan untuk menyelidiki kasus itu, tapi tetap saja, Xander tidak bisa tenang. Jangankan untuk tidur, makan saja Xander mendadak kehilangan selera. Dia sungguh mencemaskan keadaan Ibunya."Aku benar-benar tak menyangka Om Dirga bisa melakukan tindakan seperti itu, entah kenapa, aku merasa semua ini mustahil terjadi. Aku cukup mengenal Om Dirga, dia itu laki-laki yang baik, dan setahuku dia sangat mencintai Tante Diana, jadi... Rasanya tidak mungkin jika dia sampai tega menyakiti Tante Diana," ucap Mischa menuturkan isi hatinya. Bagi Mischa, kejadian ini terasa janggal.Xander yang sejak tadi terdiam di sisi tempat tidur langsung bergeming
Sayup-sayup suara adzan shubuh terdengar berkumandang.Perlahan Xander membuka matanya.Semalam dia tertidur setelah lelah menangis dalam pelukan istrinya. Genangan air matanya terasa mengering di pipi. Dan saat Xander sudah sadar sepenuhnya, dia justru dikagetkan dengan posisi Mischa yang tertidur dalam posisi duduk dengan kaki yang berselonjor di kasur, sementara kepala Xander berada di atas pangkuannya.Xander tersenyum tipis. Semalaman dirinya diperlakukan layaknya anak kecil oleh sang istri sampai Mischa tertidur dalam posisi itu. Pasti rasanya sangat tidak nyaman.Xander hendak membetulkan posisi tidur Mischa, tapi di saat yang bersamaan Mischa justru malah terbangun.Wajah Mischa sedikit meringis karena dia merasakan kakinya yang sedikit kram. "Eh, kamu sudah bangun?""Tidurlah lagi, pasti tidurmu tidak nyenyak karena harus menjaga bayi besar seperti aku semalaman t
Suara alarm yang berbunyi nyaring terdengar dari ponsel milik Aliana dan hal itu cukup mengejutkan sang pemilik.Aliana bergeming dari posisi tidurnya saat itu, kedua matanya masih begitu berat untuk di buka. Kepalanya pening, dan seluruh tubuhnya terasa pegal. Dia meraba-raba ke sembarang arah, berusaha meraih ponselnya yang jelas-jelas tergeletak jauh darinya. Ingatannya akan kejadian tadi malam belum sepenuhnya timbul.Hingga setelahnya, tangan Aliana mendapati tubuh lain tengah tertidur di sisinya. Bahkan dalam samar, Aliana bisa mendengar suara dengkuran halus yang keluar.Kedua mata Aliana langsung terbuka dan menjadi sangat terkejut saat dilihatnya Jarvis tengah tertidur di sisinya dalam keadaan pria itu yang bertelanjang dada. Bahkan Jarvis hanya mengenakan celana pendek saja saat itu.Aliana membuka selimut yang membalut tubuhnya dan mendesah lega ketika mendapati pakaiannya masih utuh seperti sem
Mischa keluar dari kamar dengan ekspresi wajahnya yang tidak biasa setelah dia sempat menerima telepon dari Jarvis di dalam kamarnya tadi.Usai berpamitan pada Hindun dan Suroto, Mischa keluar dari rumahnya dan beranjak ke arah mobil sang suami, di mana di dalamnya, sang Omah beserta asistennya sedang menunggu.Kalimat demi kalimat yang dilontarkan Jarvis di telepon cukup membuat Mischa merinding.Mendadak dia jadi takut pada manusia di sampingnya saat ini.Tapi, Jarvis sudah menyusun rencana dan lelaki itu meminta bantuan Mischa.Jadilah, untuk sementara Mischa harus bersandiwara."Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Aldrian, bisa-bisanya dia memfitnah Kakaknya sendiri, Omah yakin Xander tidak bersalah. Kamu tenang saja Mischa, kita akan cari cara untuk membebaskan Xander, tapi yang terpenting kita juga harus menemukan di mana lokasi Dirga menyekap Diana," ucap Sarah
Jarvis sudah berhasil melacak lokasi di mana ponsel Mischa terakhir aktif. Lelaki itu pun meminta bantuan pada kawan-kawan mantan anggota genknya terdahulu untuk ikut serta mencari di mana keberadaan Mischa saat ini. Sebab, dia tahu, dia tak mungkin bisa menangani masalah ini seorang diri. Kendaraan mereka kini sudah menelusuri daerah sekitar hutan di mana signal ponsel Mischa mengarah ke sana dan mengikuti jejak mobil yang masuk ke area sekitar hutan tersebut. Namun, mereka tak menemukan siapapun di dalam hutan belantara itu. Hanya sebuah pondok kosong yang tak berpenghuni. Setelah menggeledah seluruh sisi ruangan pondok tersebut, salah satu kawan Jarvis menemukan sebuah tas di mana isi tas itu berisi dompet dan ponsel milik Mischa. Tidak salah lagi dugaannya, jika Shinta memang berniat ingin mencelakai Mischa. Jarvis kembali memutar otak hingga setelahnya, dia meminta sebagian kawan
Malam itu juga, setelah berhasil membekuk Shinta dan Sean, Jarvis langsung membawa kedua orang itu menuju hotel tempat di mana Aldrian menginap.Shinta harus menjelaskan semua duduk perkaranya dihadapan Aldrian langsung, agar kesalahpahaman di antara Aldrian dengan Xander terselesaikan.Di sepanjang perjalanan, Jarvis terus mencecar Shinta agar wanita tua bangka itu memberitahunya mengenai keberadaan Mischa saat ini, tapi sayangnya, Shinta sama sekali tak mau buka suara sama halnya dengan Sean.Kedua wanita itu terus saja diam, meski sempat mendapat beberapa ancaman dari Jarvis.Shinta dan Sean sama sekali tak bergeming.Bahkan sesekali dia tersenyum kecut tatkala Jarvis yang kehilangan kendali atas emosinya justru menumpahkannya melalui satu tamparan keras di wajah Sean."Sampai mati pun, aku tak akan memberitahukan di mana kini Mischa berada!" desis Shinta di tengah keka