หน้าหลัก / Romansa / ONE NIGHT STAND / TRUTH OR DARE (SPINNOF ARSEN)

แชร์

TRUTH OR DARE (SPINNOF ARSEN)

ผู้เขียน: Herofah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-10-09 01:57:49

Satu Bulan sebelum prolog...

Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah.

Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas.

Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen.

Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang.

"Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar.

"Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju.

"Cemen lu Bro!" timpal Roni yang saat itu sudah setengah mabuk. Roni memutar botol Vodka di tengah meja itu sementara Bagas tidak banyak berkomentar karena asik dengan perempuan, lain halnya dengan Arsen yang diam karena dasarnya memang lelaki itu yang paling irit bicara di antara ke empat sahabat seperjuangannya yang lain.

"Woy, udahanlah grepeannya, kita main dulu," ajak Alvin yang menarik Bagas agar melepas pagutan bibirnya dengan seorang wanita yang bahkan baru dikenalnya tadi di lantai dansa.

Bagas berdecak. "Main apaan sih?"

"Truth or dare," jawab Alvin cepat.

"Permainan yang dulu itu?" tanya Bagas lagi.

"Iya, yang waktu itu pernah kita mainin di dalam mes, terus si Tio kalah dan mau nggak mau harus terima tantangannya Arsen buat lari satu puteran di tengah lapangan tapi telanjang,"

Sontak tawa ke empat perwira itu pecah. Terutama Arsen.

"Oke ayo kita main! Gue mau bales dendam sama Arsen," sahut Tio kemudian. "Kali ini lo nggak akan gue lepasin Sen! Gara-gara lo, gue kena hukuman sama Kapten Drajat! Sialan!"

Saat itu Arsen yang memang dikenal paling pendiam tetap bertahan dengan gayanya yang cool. Hanya senyuman miringnya yang tersungging di wajah tampannya.

Permainan pun dimulai.

Saat itu mereka memberi kesempatan pada wanitanya Bagas untuk memutar botol Vodka di tengah meja itu.

Botol itu berputar cepat searah jarum jam.

Suasana mendadak hening dan mencekam.

Fokus ke lima prajurit itu benar-benar tertuju pada ujung botol untuk menunggu hingga ujung mulut botol itu berhenti.

Botol yang tadinya berputar cepat semakin berkurang intensitas kecepatannya.

Putarannya semakin pelan.

Pelan...

Pelan...

Dan... Stop!

"ALVIN!" Kompak, ke empat lelaki lain berteriak ketika ujung mulut botol itu mengarah ke Alvin.

"Anjrit! Ide makan tuan!" keluh Alvin merasa sial.

"Trut Or Dare?" tanya Arsen lantang.

Alvin berpikir.

Cukup lama.

"Truth," jawab lelaki berpotongan cepak itu.

"Siapa yang mau bertanya?" tanya Bagas.

"Gue dong," sahut Arsen.

Alvin tampak menarik napas berat saat tatapan Arsen menyeringai ke arahnya. Sebab dia tahu apa yang hendak ditanyakan Arsen padanya. Sial!

"Dua minggu yang lalu, lo bilang nggak bisa ikut kumpul sama kita di sinikan? Alesan lo Nyokap lo sakit," ucap Arsen kemudian. Senyum di wajah tampannya kian mengembang.

"Terus malamnya pas gue pulang ke rumah, nyokap gue bilang malam itu dia abis pulang arisan dan nyokap lo dateng ke arisan itu, itu tandanya lo udah bohongkan sama kita-kita?"

Ke dua rahang Alvin mengeras. Ingin sekali rasanya dia menjahit mulut nyinyir Arsen. Sayangnya kondisi tidak memungkinkan baginya. Alvin benar-benar terpojok.

"Dan pertanyaan gue itu simpel sih," lanjut Arsen masih dengan wajahnya yang terlihat menyebalkan di mata Alvin.

Ke tiga lelaki lain tampak mendengarkan dengan penuh antusias.

"Pergi kemana lo malem itu? Kenapa lo mesti bohong?"

Alvin tersenyum sinis. "Lo mau ngejebak gue Sen?"

Arsen menggeleng. "Gue nggak ngejebak lo kok, gue cuma tanya. Dan lo tinggal jawab. Gampangkan?"

"Jelas-jelas lo udah tau jawabannya, ngapain lagi lo masih tanyain sekarang!" sambung Alvin cepat. Lelaki itu terlihat kesal.

"Jujur itukan lebih baik daripada harus main petak umpet terus," jawab Arsen santai.

Alvin menarik napas panjang dengan lirikan kecil ke arah Roni. Sungguh ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan hal ini!

"Jawab, Vin!" ucap Tio tak sabar.

"Oke-oke, gue jawab. Waktu itu gue pergi sama Silla," jawab Alvin cepat.

Arsen tersenyum penuh kemenangan sementara ke dua lelaki lain tampak syok berat. Mereka Bagas dan Tio. Keduanya sontak menatap Roni dengan tatapan prihatin.

"Sorry, Ron. Gue nggak ada maksud nikung lo. Tapi, Silla sendiri yang terus-terussan ngejar-ngejar gue," ungkap Alvin merasa tak enak hati.

Siapa yang tidak tahu bahwa Silla adalah wanita yang pada awalnya hendak meresmikan hubungan dengan Roni. Sayangnya pernikahan mereka kandas begitu saja tanpa sebab yang jelas. Dan sikap Roni yang introvert membuat tak banyak yang tahu tentang alasan mengapa Roni dan Silla batal menikah.

"Slow aja Men! Justru gue bersyukur bisa lepas dari Silla," ucap Roni dengan suaranya yang terdengar pedih.

Bagas menepuk bahu Roni memberi kekuatan.

"Sejak awal menjalin hubungan sama Silla, gue udah tahu kalau Silla itu sebenernya deketin gue cuma karena dia pengen deket sama lo Vin, cuma guenya aja yang egois dan memilih memaksakan kehendak. Bahkan gue justru yang harusnya minta maaf sama lo karena sempet jelek-jelekin lo ke Silla,"

Arsen tersenyum.

Sebagai seorang sahabat, Arsen jelas tidak ingin ada rahasia di antara mereka apalagi itu menyangkut soal hati.

"Oke, sesi curhat selesai! Kita lanjutin pemainan! Puter Vin!" ucap Tio tiba-tiba yang jelas-jelas sudah sangat gatal ingin membalaskan dendam terpendamnya pada Arsen.

Alvin pun memutar kembali botol di tengah meja.

Kembali keadaan di sekeliling mereka sunyi.

Ke lima cowok itu kembali menunggu dengan cemas dengan harapan jangan sampai ujung mulut botol itu berhenti ke arah mereka.

Detik-detik berlalu bagai bom waktu yang siap meledak.

Hingga akhirnya...

"ARSEN!"

Kembali mereka berteriak. Suara Tio paling keras.

Arsen mengesah seraya membuang muka. Wajah coolnya mulai tak tenang. Sepertinya malam ini dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya.

"Lo mau bales dendamkan Yo?" ucap Alvin dengan seringai licik.

"Yoi dong pasti!" sahut Tio sumringah.

Ke dua lelaki itu saling berpandangan dengan beribu ide jahil dikepala.

"Sini gue bisikin," kata Alvin lagi. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Tio sementara Bagas dan Roni hanya senyum-senyum.

"OKE!" ucap Tio tiba-tiba. Lelaki itu memajukan duduknya agar lebih dekat dengan Arsen.

"Udah siapkan Sen terima tantangan dari kita?"

"Eh, gue belum pilih ya?" jawab Arsen dengan mata melotot.

"Oke, lo mau pilih jujur apa tantangan?" tanya Alvin. "Soalnya, gue udah siapin pertanyaan pamungkas buat lo kalau lo pilih jujur. Dan juga tantangan super kalau lo pilih tantangan. Gimana?"

Arsen tau dirinya tersudut dan melihat kelicikan Alvin rasanya akan sangat tidak mungkin jika dia memilih jujur.

Alvin tahu satu rahasia besar Arsen yang selama ini Arsen sembunyikan dari dunia. Dan hal itu sangat memalukan.

"Gue pilih tantangan," jawab Arsen pada akhirnya.

Alvin dan Tio saling bertos ria.

"Gue apa lo yang ngomong?" tanya Tio pada Alvin.

"Lo aja deh,"

"Oke. Jadi gini ya Sen. Bukan rahasia lagi kalau di antara kita berempat satu-satunya lelaki yang masih perjaka itu cuma lo," jelas Tio sambil cengengesan.

Wanita di samping Bagas tampak terkejut. Tatapannya terkesan remeh ke arah Arsen.

"Hari gini ya kan, masih perjaka?" ejek Alvin.

Meski jengkel, tapi Arsen tetaplah Arsen. Seorang perwira yang paling pintar dalam mengatur strategi perang dan dialah prajurit tertangguh di antara ke empat sahabatnya yang lain. Dengan wajahnya yang hampir tanpa ekspresi, Arsen sukses membuat Tio dan Alvin merasa kalah.

"Jadi mau lo berdua apa sebenernya?" tanya Arsen mulai tidak sabar.

"Lo harus melepas perjaka lo malam ini sama salah satu pelacur di dalam club ini! Gimana?"

Arsen tercengang.

Meski setelahnya dia tetap memasang ekspresi datar dan tenang.

"Udah itu doang?"

"Dan lo harus videoin!" tambah Alvin setelahnya.

Mendengar hal itu sontak wajah Arsen mengeras.

"Lo gila kali! Masa gue begituan harus di tonton sama lo pada?" elaknya tak setuju.

"Itu sebagai bukti kalau lo nggak ngibulin kita, Sen! Kita semua tahu lo itu pinter mengatur strategi di medan perang, tapi kali ini gue sama Alvin yang pegang kendali atas diri lo!"

Arsen terdiam sejenak. Dia tampak berpikir keras.

Hingga setelahnya, suara lain terdengar menyela percakapan para lelaki itu.

"Kalau kalian mau, aku bisa rekomendasikan pelacur terbaik di sini," ucap si wanita kenalan Bagas.

"Siapa Say?" tanya Bagas kepo.

"Huuu, masalah cewek aja lo cepet!" Roni langsung menoyor kepala Bagas si penjahat kelamin itu.

"Tuh..." ucap si wanita sambil menunjuk dengan tatapan matanya ke arah seorang wanita cantik yang sedang duduk berkerumun dengan beberapa wanita lain di meja bar.

Kompak tatapan ke lima lelaki itu mengarah ke si wanita yang ditunjuk tadi.

"Yang mana?" tanya Bagas lagi.

"Yang pakai gaun putih," jawab wanita kenalannya itu.

"Wuih," seru Bagas kemudian.

"Beautiful..." sambung Tio.

"Cantik banget tuh cewek," timpal Roni

"Itu sih bidadari," kata Alvin menambahi.

Suara decak kagum pun terdengar bersahut-sahutan.

Dan saat itu, hanya satu orang yang tidak berkomentar.

Bukan karena dia tidak menyukai wanita itu, hanya saja karena satu hal aneh yang membuatnya seakan terhanyut ke dalam dimensi lain tatkala tatapannya tertuju pada sang wanita.

Arsen tak tahu apa yang terjadi pada dirinya saat dia merasa jantungnya tiba-tiba saja berdebar keras.

Bahkan dia merasa waktu seolah berhenti berputar. Keadaan disekelilingnya melambat. Tak ada suara apapun yang terdengar selain detak jantungnya sendiri.

Sampai akhirnya panggilan sahabat-sahabatnya menghancurkan khayalan semu Arsen.

"Woy, malah bengong! Gimana? Lo mau sama yang itu nggak? Kalau nggak mau buat gue aja," ucap Bagas antusias.

Arsen membuang muka seraya berdecak. "Kalian atur ajalah," ucap lelaki itu pasrah.

Tio dan Alvin menyeringai puas. Walau kelihatannya tenang-tenang saja tapi sebagai sahabat dekat mereka tahu pasti bagaimana sejatinya Arsen.

Walau di medan perang Arsen selalu menjadi prajurit tertangguh, namun masalah wanita Arsen jelas yang paling bodoh di antara mereka semua.

Meski wajah lelaki itu terlihat tenang, Alvin dan Tio tahu dalam hati pasti Arsen sedang dilanda frustasi hingga mengutuki Alvin juga Tio karena sudah memberikan tantangan seperti ini padanya.

"Oke, kalau teman kalian setuju. Gue bilang ke temen gue dulu ya," ucap wanita berpakaian sexy di samping Bagas.

Wanita itu hendak bangkit untuk menghampiri wanita yang dia sebut sebagai pelacur itu ketika tangan Arsen tiba-tiba terangkat menangkap pergelangan tangannya.

"Boleh gue tau nama temen lo itu?" tanya Arsen yang mendadak kepo.

Wanita berpakaian sexy itu tersenyum.

"Namanya Paramitha," jawabnya kemudian.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (24)
goodnovel comment avatar
Thiy Thaty
thor kapan ya di lanjut ini novel
goodnovel comment avatar
Iis istiana
okay lah tu
goodnovel comment avatar
Veronika Tamba
Arsen yg membuat Paramita hamil? penasaran
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • ONE NIGHT STAND   TRUTH OR DARE (SPINNOF ARSEN)

    Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "

  • ONE NIGHT STAND   PROLOG THE BRYDAL SHOWER (SPINNOF ARSEN)

    Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu

  • ONE NIGHT STAND   135. EPILOG

    Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.

  • ONE NIGHT STAND   134. SEBUAH AKHIR

    Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.

  • ONE NIGHT STAND   133. KEAJAIBAN

    Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it

  • ONE NIGHT STAND   132. IN THE MORNING

    Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status