Cukup lama Xander terdiam di dalam mobilnya, masih di lahan parkir rusun. Lelaki itu tampak menggenggam sebuah buku di tangannya.
Sebuah buku diary milik Mischa yang sebelumnya koyak namun kini tampak utuh setelah Xander sendiri yang merapikannya.
Setiap kali membaca ulang isi buku harian itu, Xander merasa hatinya kian berbunga-bunga.
Meski, hal itu tak kunjung menghilangkan kekalutan dihatinya malam ini.
Ternyata, benar apa yang telah dikatakan Aldrian bahwa saat ini, Mischa sepertinya memang sudah benar-benar membencinya.
Xander diam bukan karena dia terlalu pengecut untuk mengutarakan isi hatinya, tapi karena memang dia memiliki alasan lain untuk itu.
Dia merasa, belum saatnya untuk berkata jujur pada Mischa tentang perasaannya saat ini.
Xander mendesah pasrah. Kepalanya dia sandarkan dalam-dalam ke sandaran jok mobil seraya memejamkan mata. Tub
Akhirnya, Mischa dan Xander baikan... Siapa yang ikutan seneng??? Kuy komen di kolom ulasan...
Xander sudah selesai mengganti pakaiannya. Lelaki itu duduk kembali di sofa ruang tamu untuk menunggu sang pemilik rumah karena dirinya belum berpamitan untuk pulang. Sesekali Xander melongok ke arah kamar mandi setelah hampir tiga puluh menit terlewat dan tak terdengar suara apapun dari dalam kamar mandi. Tak ada guyuran air atau gemericik air mengalir. Sedang apa dia di kamar mandi? Lama sekali? Pikir Xander membatin. Diantara bingung dan cemas. Xander bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi di dapur. Dia hendak mengetuk pintu kamar mandi untuk memastikan keadaan Mischa baik-baik saja, meski setelahnya, dia menahan sejenak tangannya sebelum sempat menyentuh daun pintu. Entah apa yang terjadi, Xander tahu dirinya susah payah menahan gejolak aneh yang terus mendesak keluar dari dalam dirinya sejak tadi. Tepatnya sejak Mischa memeluknya secara tiba-tiba. Ked
"Kita harus segera melakukan sesuatu, Al! Aku tidak bisa tenang begitu tahu kalau sekarang Xander sedang bersama Mischa," "Apa yang sebenarnya kamu khawatirkan, Mendy? Bukankah seharusnya kamu senang jika kini Xander menemukan wanita lain yang bisa dia jadikan sebagai penghangat ranjangnya? Entah kenapa, aku baru teringat akan hal ini sekarang. Kemarin itu aku terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa membantu Mischa memenangkan hak asuh Arsen, aku benar-benar terobsesi untuk membalaskan dendam keluargaku pada Xander. Tapi sekarang aku ingat, bukankah sejak awal kamu mengatakan padaku bahwa kamu membenci Xander? Kamu mengatakan kalau Xander sudah menjebakmu dengan video asusila itu? Lantas jika memang begitu kenyataannya, untuk apa kamu ketakutan bahwa Mischa akan merebut hati Xander? Bisakah kamu menjelaskan hal itu padaku Mendy? Aku tak ingin ada yang disembunyikan di antara kita. Sebagai seorang partner
Seperti yang dikatakannya tadi malam, pagi ini Xander berniat menjemput Mischa untuk kemudian berangkat ke kantor polisi bersama-sama. Mereka harus tahu bagaimana perkembangan kasus atas hilangnya anak mereka. "Halo Mischa? Kamu di mana? Aku sudah di rusunmu?" tanya Xander di telepon. Lelaki itu berdiri tepat di depan pintu rusun Mischa. Dia sudah memencet bel berkali-kali tapi si empunya rumah tak kunjung membukakan pintu juga. Jadilah dia terpaksa menelepon Mischa. "Maaf Xander, aku sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, hari ini kita berpencar saja mencari Arsen ya?" ucap Mischa dari seberang, saat itu Mischa sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat Diana di rawat bersama Aldrian. Mischa berbicara dengan nada sungkan. Dia merasa sangat tidak enak hati pada Xander jika harus mengatakan hal yang sebenarnya, terlebih mengenai kebersamaannya dengan Aldrian saat ini. "Bagaiman
"ARSEN?" suara Xander terdengar nyaring saking kaget, membuat Jarvis dan Raga di depan menoleh ke arahnya. "Iya Pah, ini Arsen, Papah bisa jemput Arsen tidak di rumah sakit, tempat Opah di rawat?" ucap suara mungil Arsen di seberang. Dari suaranya yang ceria, Arsen terdengar baik-baik saja dan hal itu sangat-sangat membuat Xander lega luar biasa. "Baik, Papah ke rumah sakit sekarang juga, Arsen jangan kemana-mana, tunggu Papah di sana, oke?" "Oke Papah," Klik. Sambungan telepon itu terputus seiring dengan suara Xander yang memerintahkan Raga untuk segera melanjukan kendaraannya menuju rumah sakit jiwa tempat dimana Dirga di rawat. Di sepanjang perjalanan Xander terus berpikir, bagaimana bisa Arsen ada di sana? Lantas, bagaimana bisa Arsen tahu dan mengenal Dirga, bahkan panggilan A
"Perjuangkan cintamu, Mischa... Bahagiakan Xander..." tambah Diana di akhir kalimatnya. "Aku merestui hubungan kalian..." Mischa tertegun sejenak mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Diana kepadanya. Diana merestui hubungannya dengan Xander? Berjuang? Kenapa hal itu terdengar lucu bagi Mischa? Mengingat bahwa antara dirinya dengan Xander saat ini bahkan tidak saling menjalin hubungan apapun. "Maaf Tante, kita semua tahu kalau sekarang ini Xander sedang menjalin hubungan dengan Mendy, aku memang mencintai Xander, tapi aku bukan wanita perusak hubungan orang lain. Xander berhak menentukan pilihannya sendiri," jawab Mischa apa adanya. Mischa tak ingin larut dalam rasa bahagia meski dirinya tahu bahwa kini Ibu dari laki-laki yang dia cintai mendukungnya, berada di pihaknya. Mischa tidak ingin egois dengan memaksa siapapun untuk menjalin hubungan dengannya. Diana
Setelah seharian puas bermain bersama sang Opah di rumah sakit, sore harinya Arsen pun pamit untuk pulang. Dirga melepas kepulangan sang cucu dengan berat hati. "Arsen tahukan apa yang harus Arsen lakukan jika Arsen mendapat kesulitan seperti kemarin malam?" ucap Dirga pada Arsen sebelum anak itu pergi. Arsen mengangguk yakin. "Arsen tahu Opah," "Anak pintar," Dirga mengacak lembut ubun-ubun kepala Arsen. Dia mengecup kening Arsen satu kali. "Sekarang Arsen pulang bersama Mamah dan Papah ya. Besok Arsen harus masuk sekolah," "Iya, Opah. Opah juga harus banyak beristirahat supaya bisa cepat pulang. Kalau Opah sembuh, nanti kita bermain sama-sama di rumah Papah yang bessssaaar sekali," celoteh Arsen dengan gerakan tangannya yang lucu ketika memberikan perumpamaan kata besar. "Opah berjanji akan cepat sembuh supaya bisa lebih sering bermain dengan Arsen,"
Sebuah gedung pencakar langit berdiri megah disalah satu sudut kota. Di mana gedung tersebut merupakan sebuah hotel termewah di indonesia dengan pelayanan restoran kelas internasional. Bagi para miliarder sukses atau konglomerat, biasanya seringkali menyewa bagian rofftop gedung sebagai jamuan makan malam untuk orang terkasih atau sebagai acara lamaran. Sebab dari atas tempat itu suasana akan terasa semakin romantis apalagi jika cuaca sedang mendukung. Seperti halnya malam ini. Sebuah karpet merah telah digelar menyambut kedatangan aktris papan atas kenamaan Indonesia, Mendy Clarissa. Jarvis yang ditugaskan oleh Xander untuk menjemput Mendy terlihat berjalan tepat di belakang Mendy layaknya seorang bodyguard. Untung saja, Mendy
Malam itu usai menuntaskan urusan dengan Mendy, Xander langsung melajukan kendaraan super mewahnya menuju kediaman utama keluarga Malik untuk menuntaskan masalah dengan sang Omah. Kali ini Xander perlu bertindak tegas untuk tidak membiarkan sang Omah berbuat seenaknya lagi. Dan Xander sudah memutuskan bahwa Arsen akan tinggal di apartemen pribadinya untuk sementara. Xander takut Arsen trauma. Sepertinya, anak itu benar-benar takut pada Sarah. Sesampainya di kediaman utama Keluarga Malik, Xander tak mendapati Sarah di sana. Sean, selaku asisten pribadi Sarah pun tidak ada. Xander hanya bertemu dengan Ashton dan istrinya. "Kemana Omah pergi, apa ada yang tahu?" tanya Xander curiga. Perasaannya mendadak tidak enak. Xander takut sang Omah kembali mengulang kesalahannya dengan mengambil paksa Arsen yang kini berada di rusun bersama Mischa. Se