Share

Chapter 3 : Who?

Aвтор: Ananta
last update Последнее обновление: 2021-03-31 17:45:03

"Ayo Zulfa cepetan kelasnya dimana?!" Teriak Hana.

"Itu di ujung kak, yang ada banyak orang" Jawab Zulfa.

"Jangan jangan? sudah dimulai?!...".

******

Dua diantara mereka mulai memegangi tanganku, aku hanya tinggal menunggu satu orang lagi untuk memukulku. 

"Hah?! berani juga babu sekolah dateng ke kelas ini, udah kuat lu?!" Bentak dia sambil mengangkat seragamku.

"Ayo Ze, pukul aja ayo!!" Kata orang yang memegangi tangan kananku.

Aku baru ingat, dia Zeinal. Salah satu kapten tim basket di sekolah kami. Orang sekitarnya memanggil dia dengan sebutan Ze, dia juga yang selalu memimpin pertandingan menuju kemenangan sampai saat ini. Aku tau ini hal yang gegabah karna sebelumnya aku tak tau permasalahan dia dengan Zulfa seperti apa. Tapi yang kulihat sejauh ini, dia dikenal dengan tempramen nya yang begitu keras dan mudah emosi sehingga aku berfikir Zulfa menjadi korban kemarahan nya.

"Cuih... Lu yang mukul Zulfa sampe lebam gitu kan?!" Aku meludahi tepat di muka nya.

"Oh... Lu mau jadi pahlawan ceritanya?! orang kek dia mau lu bela hah?"

*Bruk...

Dia menendang perutku.

Aku sudah tak bisa berfikir jernih, tanganku sudah mengepal sedari tadi. Ini hal ternekat yang pernah kulakukan selama hidupku.

Aku mulai berdiri. Walau tak pernah belajar beladiri, aku tetap memasang kuda kuda. Seragam yang sudah kotor gara gara tendangan nya, akhirnya kulepas kancingnya dan hanya terlihat kaos hitam polos yang sering kupakai setiap hari lalu mulai kembali mengencangkan dasi yang kuikat di tangan kananku.

"Argghhh!!!!"

Aku berlari menuju mereka. Rasanya, setiap pukulan yang dilayangkan olehku tak mengenai satupun dari mereka.

"Babu kek lu ga mungkin bisa ngalahin gue anj-" Teriaknya sambil memegangi badanku dari belakang.

Badanku dilempar kearah papan tulis. Hidungku mulai mengeluarkan darah dan menetes ke seragamku. Aku terduduk lemas, sesekali melihat kearah jendela. Tatapan dingin mereka seakan menikmati pertarungan ini, senyum puas pun mulai menghiasi wajah mereka.

*Hana dan Zulfa pun datang...

"Ichaaaaaa?! Hei buka pintunya! Seseorang buka pintunya!" Teriak Hana.

Hana masuk ke dalam kelas, mulai merangkulkan tanganku di pundaknya, Zulfa hanya menangis diluar sambil ditenangkan oleh beberapa teman nya.

"Kamu ngapain sih? biar apa?!" 

*Para Guru pun datang...

"Ada apa ini? kenapa? Kalian berempat ikut saya ke ruang BK!"

"Bu, ini Icha ga dibawa ke UKS Dulu?". Tanya Hana.

"Gausah Na, kamu ke ruang osis aja bantuin Erin. Kasian dia..." Ucapku.

"Enggak enggak, kamu bodoh? hidungmu berdarah! aku ikut ke BK, aku ingin tau alasanmu melakukan hal bodoh seperti ini" Paksa Hana.

Sejauh ini, hanya dia yang paling khawatir tentang keadaanku, padahal dulu dia tak sepeduli ini.

Kami pun mulai keluar dari kelas ini, dan seperti biasa. Para murid beramai ramai menyoraki dan melempari kami dengan kertas. Aku berjalan dengan dirangkul oleh Hana padahal, sebenarnya aku bisa saja berjalan sendiri, tetapi aku lebih nyaman seperti ini.

*Sesampainya di ruang BK

"Jadi? kenapa kalian berantem? Erika? Anggota Osis sepertimu seharusnya memberikan contoh yang baik! Padahal ibu tadi baru menyuruh kamu untuk menata absen guru yang tidak hadir hari ini. Ibu gak menyangka kamu melakukan ini..." Kata Guru BK dengan nada kesal bercampur kecewa.

"Dia duluan bu! datang datang langsung mukul muka saya" Bantah Ze.

"Erika? apa betul?" 

*Aku menganggukan kepala.

"Bisa bisanya Osis seper-" Aku memotong omongan nya

"Lalu? Apa peran ibu sebagai guru disini? membiarkan pembullyan ini tetap berjalan? Saat Zulfa menjadi korban bully mereka... apa peran anda sebagai guru disini? apakah anda peduli? tidak! anda hanya memikirkan diri anda sendiri, Saya ya- "

"Udah Icha cukup! udah. kumohon..." Hana mencoba menenangkan.

"Baik, Aizawa Erika. Anda di skors selama tiga hari, silahkan keluar!..." Sambil menyerahkan surat pemberitahuan.

*Kamipun keluar dari ruang BK.

"Heh kalian bertiga, entar pulang sekolah jangan dulu pulang! Ada yang harus kita omongin" Kata Hana.

"E-eh iya kak..." Jawab mereka.

Tentu saja respon mereka pada Hana berbeda dengan respon mereka kepadaku.

Kamipun menuju ruang osis untuk mengobati luka luka ditubuhku. Sesampainya disana, ada Erin yang tertidur di meja nya, sebelum akhirnya menyadari kehadiran kami.

"Icha? Hana Icha kenapa?" Tanya Erin.

"Kenapa kau mendadak tiba tiba peduli sama Icha? padahal tadi gak percaya sama omonganku" Jawab Hana.

"Aku bukan gak percaya sama omonganmu, aku hanya... ya aku hanya ga habis pikir kalau Icha beneran bakal ngelakuin itu... Jadi a-"

"Udahlah Erin, gausah berbelit belit. Kau urus saja urusanmu dengan buku buku itu" Bantah Hana kesal.

"Jadi Icha? kenapa kamu berbuat senekat itu?" Tanya Erin.

"Entahlah. Aku paling tak bisa melihat temanku menangis. Kemarin kamu nangis gara gara dituduh korupsi sama anggota eskul basket kan? kau tau alasan nya? karna Zulfa telat mengambil anggaran nya dari Hana. Kau tau kenapa Zulfa telat?" Aku bertanya pada Hana.

"Karna... Zulfa dibully sama anggotanya. Mungkin? jadi dia selalu sendirian dan akhirnya lupa buat ngambil?" Jawab Hana.

"Jadi menurut kalian ini salah siapa?" Aku bertanya kembali.

"Zulfa!" Jawab Erin

"Anggota eskul basket!" Jawab Hana

Mereka menjawab secara bersamaan.

"Erin? kenapa menurutmu ini salah Zulfa?" Sambil kumenatap pada Erin.

"Bukan nya sudah jelas? ini semua gara gara Zulfa yang telat bawa anggaran buat eskulnya".

"Enggak! Zulfa telat kan karna salah anggotanya sendiri yang ngebully dia! jadi ini bukan salah Zulfa dong?!" Bantah Hana.

"Lalu, Hana? menurutmu... kira kira akan digunakan apa anggaran tersebut?" Aku bertanya kembali.

"Untuk membeli bola basket baru? kita kan menonton pertandingan mereka minggu ini dan bolanya rusak setelah dipake"

"Lalu... Erin? jika menurutmu Zulfa bersalah. Apakah dia sengaja tidak membawa uang anggaran minggu ini supaya anggota eskul nya tidak bisa latihan karna tidak ada bola baru dan akhirnya kalah di pertandingan selanjutnya?" Aku terus memberikan pertanyaan pada mereka.

"Ya, benar! Wajar saja jika anggotanya membully dia. Ya... karna mereka terus menagih bola baru dan secara Zulfa ini adalah ketua eskul basket" Jawab Erin.

"Nah, satu lagi. Jika dalam sebulan anggaran hanya diberikan dua kali dan alasan para anggotanya membully adalah anggaran minggu ini. Lalu untuk apa Zulfa masuk ke ruang BK berkali kali dan melaporkan keluhan yang sama pada guru?" Aku bertanya lagi pada mereka.

"Untuk itulah aku menyuruh mereka kesini..."

TO BE CONTINUED....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 17 : Teori dan Solusi

    Gelap malam menjadi titik tumpu pandanganku hari ini, membiarkan pikiran melayang bebas mencari jawaban setelah apa yang terjadi sejauh ini sebelum akhirnya dering telpon menyadarkan ku dari lamunan."Iya Halo?," aku mengambil ponsel di sebelahku."Erin ngajak keluar, ikut gak?" Suara serak Hana mulai terdengar."Kenapa dia gak langsung bilang aja?," Tanyaku. "Pulsa dia gak bakal cukup buat nelpon kamu yang dari tadi di spam gak bales bales".Benar saja, setelah mengecek kembali, Erin mengirim puluhan pesan sejak dua puluh menit yang lalu. Dia mengajak kami berdua untuk datang berkunjung kerumahnya dengan alasan kesepian karena orang tua nya sedang tidak ada di rumah."Iya-iya, tapi kita gak pernah pergi kerumahnya, katanya kemarin Deket perumahan?" Tanyaku."Pokoknya bawa sepeda mu".Dia menutup telfon tanpa menjawab pertanyaan ku, sekali lagi pandanganku teralih pada malam deng

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 16 : Insiden

    "Eh eh eh ini seriusan?" Aku memegang erat pundak Hana sambil melihat ke lantai dasar."Tenang dulu Cha, kita periksa dulu ke bawah" Hana menarik tanganku yang disusul oleh Erin.Kami berlari menuruni tangga satu persatu menuju lantai bawah tempat Ze terjatuh. Rasa cemas terus menyelimuti, berharap satu satunya petunjuk yang kami punya tidak hilang begitu saja."OSIS mana OSIS?! Bantu ibu sini!" Seseorang dari kerumunan memanggil-manggil kami sambil melambaikan tangannya."Hadir bu, kita harus bagaimana?" Tanya Erin sebagai ketua kami."Emm..., gini. Erika sama Hana tolong bilang ke murid yang lain untuk masuk kelas terlebih dahulu, Erin bantu ibu menghubungi orang tuanya" Perintah guru BK kami."Tapi bu, kita harus bilang apa sama murid lain?" Tanyaku."Ah Iya, oke gini aja deh. Biar semua gak pada ribut, kamu suruh mereka kumpul di lapangan belakang, karna ini udah mau jam terakhir juga, nan

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 15 : Ze

    Akhirnya hari ini aku sudah bisa masuk sekolah setelah tiga hari diskors, sampai akhirnya aku harus menerima fakta bahwa sebelum kita menyelesaikan kasus uang hilang ini, kita akan menjadi bahan untuk orang orang melampiaskan emosinya."Tumbenan Hari ini gak ada yang manggil manggil koruptor" Ujar Hana yang baru kembali dari kantin.Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, aku pribadi memang tak terlalu peduli dengan omong kosong mereka, begitu pun Erin dan juga Hana. Sepertinya mereka sudah mulai terbiasa dengan hal hal semacam itu sehingga orang orang ini sepertinya sudah mulai bosan mempermainkan kami, walaupun sebenarnya Hana cenderung tak mendapat ejekan apa-apa."Orang pada bosen... emang apa yang mereka harapkan dari ngatain kayak gitu kalo bukan reaksi marah dari kita?" Jawabku sambil mengeluarkan beberapa camilan yang dia bawa."Terus, yang kemarin udah ditanyain belum? yang kelas B sama F?" Sambungku.

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 14 : Semakin rumit

    Hari ini kami melanjutkan membahas tentang masalah yang baru muncul lagi hari ini, masih tentang hal yang sama."Uang sumbangan kelas perbulan ilang? seriusan?" Aku bertanya seakan tak percaya dengan apa yang kudengar barusan."Iya, uang sumbangan itu kan tadinya buat gantiin peralatan sekolah yang udah rusak" Erin mencoba menjelaskan."Aku takut kita dituduh korupsi lagi Cha..." Sambungnya."Iya aku tau, maksudku... ya masa ilang lagi? lagian kan uang itu disimpan di setiap ketua masing masing kelas?""Tapi Cha, yang kehilangan uang cuman beberapa kelas doang, termasuk kelasnya si Ze" Hana memperjelas."Eh, gimana maksudnya cuman beberapa kelas?" Tanyaku kembali."Cuman tiga kelas doang yang kena. Kelas dua belas B, dua belas D sama Kelas kita bertiga, kelas F" Ze mulai angkat bicara."Ahh....." Kami menghela nafas panjang sambil me

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 13 : New day new problem

    Mata kami saling bertemu, sebuah kebetulan dia bisa datang ke tempat dimana aku bekerja selama bertahun-tahun, atau mungkin bukan sebuah kebetulan.Dia memakai setelan hoodie dan juga topi. Hampir saja aku tak mengenalinya kalau bukan karna tas merah yang dia pakai di punggungnya."Hei tunggu!" Aku mengejar dia yang berlari keluar meninggalkan toko buku.Dia berlari perlahan, mencoba untuk tidak menarik perhatian orang-orang disekitar. Aku terus mengikutinya sampai tiba disebuah gang buntu nan sempit."Gausah main kejar-kejaran lagi... " Aku menyandarkan tubuhku di tembok kotor yang sepertinya tidak pernah disentuh oleh makhluk hidup manapun."Kenapa kak Erika ada disana?" Dia bertanya dengan kepala yang masih menunduk, tak mau menatapku."Maksudmu toko buku itu? itu tempat aku kerja, lagian yang harusnya bertanya itu aku, kenapa kamu ada disini saat jam seko

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 12 : I'm Working

    "Kak bangun... kata mamah anterin Za ke sekolah"Seseorang membangunkanku dari nikmatnya tidur."Ahh iya iya, kamu mandi duluan, kakak siapin sarapan"Jawabku Sambil menarik kembali selimut.Hari kedua sejak aku di skorsing dari sekolah, aku yang biasa kerja paruh waktu sekarang memutuskan untuk bekerja full time. Setidaknya sampai aku mengingat sesuatu."Eh Rei pulang sekolah nya siang kan? mamah udah berangkat kerja?""Udah, makanya... Aku udah mandi dari tadi, sarapan udah dibuatin sama ayah, tinggal kakak yang siap siap"Jawabnya sambil meninggalkan kamarku.Ah iya, dia tinggal disini sekarang, aku tak perlu repot-repot menyiapkan sarapan lagi. Tapi tetap saja aku masih merasa canggung karena ucapanku padanya kemarin, secara kita baru pertama kali bertemu setelah bertahun-tahun, dan kalimat yang pertama kali muncul di bibirku malah terkesan seperti tak menerima

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status