All Chapters of OSIS LYFE (INDONESIA): Chapter 1 - Chapter 10
17 Chapters
Chapter 1 : Monochrome
"Mah aku berangkat...""Iya hati hati..."Hari biasa, senin pagi seperti orang normal lain nya, bersekolah dan belajar lalu mengulangnya kembali dikemudian hari. Membosankan memang. Tapi mau bagaimana lagi?Sambil menenteng sepeda tua yang diberikan ayahku yang sekarang entah kemana, aku berangkat sekolah dengan roti dimulutku. Mungkin Jam enam terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, tapi sebagai sekertaris osis yang harus mengumpulkan data semua kelas tiap minggu, ini mungkin hal yang biasa."ICHAAAA!!!..."Suara bising yang menjadi menu sarapanku dipagi hari, tidak salah lagi..."Hana?! Udahku bilang jangan teriak teriak pagi pagi gini, ganggu orang yang masih tidur"."Yaelah, sejak kapan seorang Erika peduli dengan orang lain? Lagian manusia mana yang masih tidur jam segini? pengangguran?".Erika, namaku Aizawa Erika. Dengan 'Aizawa' sebagai nam
Read more
Chapter 2 : Dasi
"Anggaran buat eskul minggu ini udah kekumpul?" Kata Erin sambil mencatat sesuatu di buku agendanya."Fyuh... aku udah janji ke setiap ketua eskul disekolah kalau mereka akan mendapat bagian yang lumayan banyak" Kata Hana menghela nafas."Lalu? Icha kemana?"Ini jam istirahat. Karna aku tidak mau membuang waktu dengan hanya berdiam diri di kantin, aku pergi ke ruang Guru lebih awal untuk menyerahkan agenda absen pagi ini.Karna ruang guru ini berada di lantai paling bawah sedangkan Ruang osis berada dilantai paling atas, aku berencana pergi ke kantin hanya untuk sekedar membeli minuman. Aku meletakan agenda nya di kelasku. Dan aku baru sadar, disini letak kesalahanku..."Eh itu osis kan? tumben ke kantin? biasa ngadem di BK Hahaha" Suara tawa seorang perempuan dimeja yang berada tepat di
Read more
Chapter 3 : Who?
"Ayo Zulfa cepetan kelasnya dimana?!" Teriak Hana."Itu di ujung kak, yang ada banyak orang" Jawab Zulfa."Jangan jangan? sudah dimulai?!...".******Dua diantara mereka mulai memegangi tanganku, aku hanya tinggal menunggu satu orang lagi untuk memukulku. "Hah?! berani juga babu sekolah dateng ke kelas ini, udah kuat lu?!" Bentak dia sambil mengangkat seragamku."Ayo Ze, pukul aja ayo!!" Kata orang yang memegangi tangan kananku.Aku baru ingat, dia Zeinal. Salah satu kapten tim basket di sekolah kami. Orang sekitarnya memanggil dia dengan sebutan Ze, dia juga yang selalu memimpin pertandingan menuju kemenangan sampai saat ini. Aku tau ini hal yang gegabah karna sebelumnya aku tak tau permasalahan dia dengan Zulfa seperti apa. Tapi yang kulihat sejauh ini, dia dikenal dengan tempramen nya yang begitu keras dan mudah emosi sehingga
Read more
Chapter 4 : Zulfa
"Jadi? ada perlu apa Kak Hana?" Tanya Ze."Silahkan duduk dulu..." Hana mempersilahkan."Erika? lu gapapa?" Tanya teman nya Ze.*Aku menggelengkan kepala"Jadi gini... kita mau tanya tanya perihal Zulfa. Aku, Icha sama Erin udah bahas ini barusab, tetapi masih ada yang belum kita ketahui tentang dia" Hana memperjelas."Bukan untuk memperburuk suasana, aku benar benar ingin tau alasan jujur kalian dan anggota lain membully Zulfa" Sambungku."Aku gatau ini bisa disebut pembullyan atau tidak. Karna kami hanya meminta mengganti bola basket kami yang sudah rusak pada Zulfa" Ze mulai menjelaskan."Lalu?""Ya... kan kita tau, anggaran eskul hanya diberi dua kali dalam sebulan. Dan saat eskul lain udah dapat anggaran saat minggu kedua bulan ini, kami buru buru menagihnya ke Zulfa dong?!" Sambung teman nya Ze."Sedangkan Zulfa baru mengambil
Read more
Chapter 5 : Bedroom
Malam ini aku menginap dirumah Hana. Setelah kesalah pahaman yang terjadi tadi siang di sekolah, aku terpaksa untuk tidak pulang kerumah. Walaupun sebenarnya bisa saja aku berkata jujur pada ibuku, tetapi sepertinya ini jalan yang tepat agar aku tidak menambah beban pikiran ibuku.Entah apa yang terjadi pada Erin di telfon tadi, tapi aku dan Hana sudah berusaha menghubungi Erin kembali dan hasilnya tetap sama.Lalu aku juga sudah menghubungi ibu bahwa aku akan menginap dirumah Hana malam ini. Respon nya tetap dingin. Kemanapun aku pergi asalkan meminta izin terlebih dahulu, pasti ibu izinkan. Dia juga tak pernah bertanya alasanku pergi ke suatu tempat, seperti sekarang. Padahal aku menginap dirumah Hana, tetapi dia tak bertanya sedikitpun alasanku menginap."Erika-San? udah mau tidur?" Hana menyadarkanku dari lamunan."Ah iya, kamu duluan aja" Jawabku."Enggak maksudku ini kasurnya kan cuman ada sat
Read more
Chapter 6 : Mom
"Bu... kami berangkat ya..." Hana berteriak dari luar."Iya, Hati hati dijalan..."Kami pun berangkat menuju sekolah, ah tidak. Maksudku hanya Hana. Biasanya aku yang membonceng dia, sekarang giliran dia yang memboncengku. Hana akan mengantarkanku terlebih dahulu menuju kerumah."Eh iya. Kalau kamu gak kesekolah, berarti aku harus jalan kaki dong hari ini?" Tanya Hana."Iya juga. Em... Hana bawa aja sepedaku nanti ke sekolah" Jawabku."Emang gapapa? tante Raisa gak akan marah?"."Memangnya semenakutkan apa sih ibuku di pikiranmu?" Jawabku dengan becanda."Enggak gitu Icha..., yang namanya orang tua pasti khawatir sama anaknya. Apalagi ini kan satu satunya sepeda yang kamu punya""Iya juga, ibuku bilang ini punya ayahku. Tapi entah kemana dia sekarang. Gapapa kamu bawa aja, nanti sore kan kita mau kumpul dirumah mu..." Jawabku."Ngom
Read more
Chapter 7 : Dad
Setelah Hana pergi berangkat ke sekolah. Akupun kembali masuk ke rumah.Ibu terlihat masih membaca surat dari sekolah yang kuberikan tadi. Benar apa yang dikatakan Hana, wajahnya tak terlihat seperti sedang marah. Tapi walaupun begitu, aku masih harus berjaga-jaga agar tak dimarahi olehnya.Akupun berniat untuk pergi ke kamar lalu mengunci nya supaya ibu tidak bisa masuk dan memarahiku. Tapi seperti yang kupikirkan sebelumnya, ibu pasti sudah menyadari rencana klasik yang sudah kuulangi beberapa kali ini."Erika, kesini sebentar..." Ibuku memanggil dengan suara yang nyaris tak bisa kudengar saking kecilnya.Akupun menghampirnya dengan perasaan campur aduk antara takut dan sedih. Kepalaku menunduk dan mencoba untuk tak memandang sorot matanya yang lebih menyeramkan dari penyihir abad pertengahan."Hana nya udah berangkat kan? duduk!...".Akupun mulai duduk di sofa. Aku masih saja tak
Read more
Chapter 8 : Diskusi
"Oke oke, jadi gimana? langsung kita mulai aja?"Aku keluar dari kamar.Semua orang sudah berkumpul di rumahku. Setidaknya sampai adikku juga ikut bergabung dalam diskusi ini. Semua orang tampak serius. Belum juga dimulai, aku sudah mempunya prasangka buruk tentang dua teman Zulfa ini. Kenapa mereka yang awalnya mendukung Zulfa mendadak ikut dengan diskusi ini yang sudah jelas jelas akan membicarakan sahabatnya itu. Apakah sebelumnya mereka berdua tidak diberitahu oleh yang lain tentang apa yang akan kita bahas sekarang?."Eh iya, kalian temannya Zulfa kan? Nama kalian siapa?" Aku memulai percakapan."Namaku Zahra, dan dia Alika. Rumah kami berdekatan, jadi kami selalu berangkat sekolah bersama-sama" Ujar salah satu dari mereka."Lalu kalian mulai kenal Zulfa dari kapan?" Tanya Hana."Sekitar tiga tahun lalu, pas baru pertama kali kita masuk SMK. Awalnya aku sama Zahra yang udah temenan dari k
Read more
Chapter 9 : This is Love?
"Mamah pulang..."Seseorang membuka pintu depan."Ah, mamah... selamat datang"Aku menyambutnya."Eh... banyak temen Erika ya, kerja kelompok? udah pada makan belum?""Udah kok tante, gapapa"Jawab mereka serempak.Ibuku baru pulang dari toko tempat dia bekerja, jam empat sore tepatnya. Dia membawa kantong belanjaan yang sangat banyak, tak seperti biasanya. Apa mungkin dia akan membuat sesuatu yang spesial hari ini setelah tadi pagi kami berbaikan?."Oh... yaudah, nanti pulangnya jangan kemalaman, nanti dicariin"sambung ibuku.Aku ragu ibu senang dengan kehadiran teman temanku. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya dia ingin mereka segera pulang."Ah iya Dek Hana... Tante Anna gimana kabarnya? baik-baik aja?""Baik kok Tante, sekarang ibu lagi ada tamu temen kerjanya ayah, jadi kita numpang disini"Jawab Hana.Karn
Read more
Chapter 10 : Fact
Setelah mengantar Ze pulang menuju stasiun, aku pun pulang dengan menaiki sepeda tua dibawah langit sore yang mulai gelap, sedangkan pikiranku masih membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu. Senang dan sedih bercampur, akhirnya hidupku perlahan lahan menunjukan warna yang tak hitam putih lagi. Aku tak tau apa yang sedang terjadi sekarang didalam hatiku. Tapi selama itu membuatku senang, aku tak perduli. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, aku memacu pedal sepeda sebelum akhirnya langit benar benar gelap. "Ah, udah gelap. Mamah pasti udah nungguin"Gumamku. *Sesampainya dirumah... "Aku pulang..." Aku mulai masuk kedalam rumah, tidak ada siapa siapa. "Eh kok sepi? gak ada siapa siapa? tapi pintunya kebuka" Aku memutuskan untuk mengecek nya ke dapur... Dan... 
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status