Home / Romansa / OTW Janda! / 1. Gairah Kakak Ipar

Share

OTW Janda!
OTW Janda!
Author: Nadia Styn

1. Gairah Kakak Ipar

Author: Nadia Styn
last update Last Updated: 2025-09-28 19:39:43

Wanita berambut hitam yang berbaring telentang di bawahnya, tak henti menggaungkan desahan di tengah peraduan tubuh mereka.

Kedua tangan atletisnya memegang kedua kaki mulus wanita itu yang terangkat dan terbuka lebar. Sekilas dia menggigit bibir bawahnya sendiri dan mengerang pelan kala himpitan pada kejantanannya mulai terasa kian menjadi-jadi.

“Chris ... lebih cepat ...,” lenguh wanita itu sembari berusaha menggapai salah satu tangan Chris, menuntun tangan yang keras itu untuk menyentuh salah satu gundukan dadanya.

Chris meremasnya dengan penuh nafsu, lantas menunduk untuk meraup bibir merah wanita itu yang sedari tadi terbuka, lantas membawanya ke dalam ciuman panas.

Bunyi dari penyatuan mereka tak henti-hentinya mengisi seluruh penjuru ruangan. Ditambah bunyi decak dari ciuman panas mereka, lalu napas berat mereka saling berlawanan. Kamar luas yang di sudutnya terdapat tumpukan barang bayi yang baru dibeli dan belum disusun itu seperti menjadi kotak panas yang menggairahkan.

“Chris ... Ya Tuhan ....”

Nama Tuhan terlalu suci untuk keluar dari mulut wanita itu yang terus meluncurkan desahan nista. Wanita itu memeluk Chris dengan erat ketika Chris kembali menunduk, membuat tubuh mereka semakin rapat selagi Chris bergerak menghujamnya lebih dalam dan cepat.

Chris tahu ini tidak benar. Dia sudah punya istri. Emily Olsen Alison atau yang lebih dikenal sebagai Emma Alison—istrinya—pun sedang hamil besar. Namun, saat ini ia justru malah menikmati tubuh Evelyn, kakak kandung Emma, alias kakak iparnya sendiri.

Sebentar lagi Emma mungkin akan pulang. Sejujurnya Chris lumayan panik dan khawatir jika Emma tiba di rumah ketika ia belum selesai menuntaskan gairah liarnya dengan Evelyn.

Kepanikan dan kekhawatiran di tengah gairah yang menggebu-gebu, sebenarnya bukan pertama kali ia rasakan. Selama beberapa minggu belakangan, tiap kali ‘bermain’ dengan Evelyn, ia pun selalu merasakan hal yang sama.

Panik, khawatir, tetapi juga senang dan nikmat.

Ia menikmati segala perasaan campur aduk itu. Adrenalin yang berpacu tiap kali bertemu Evelyn, membuatnya merasa bahwa jiwanya sebagai pria dan hasratnya seperti terasah, membawanya terlena dalam perselingkuhan ini.

Tentu, sebenarnya ada rasa bersalah yang kerap timbul dari dalam diri Chris. Hanya saja, rasa bersalah itu tidak lebih besar dari gairah dirinya dan Evelyn yang seimbang. Persetan soal rasa bersalah, ia menyukai kenikmatan yang ia dapatkan dalam hubungan rahasianya dengan kakak iparnya sendiri.

Tak lama kemudian, ketika akhirnya sampai pada klimaks yang ia harapkan, Chris menjatuhkan tubuhnya menindih tepat di atas Evelyn yang sejak tadi berbaring di atas kasur, kasur yang merupakan tempat tidur Chris dan Emma.

Chris tertegun di tengah embusan napas beratnya yang berusaha ia kontrol.

Evelyn pun melakukan hal yang sama, sebelum kemudian dia tertawa kecil sambil mengelus-elus bahu Chris dan berkata dengan suara menggoda, “Kau memang ahlinya, Chris .... Aku benar-benar mencintaimu ....”

Chris tersenyum. Dia mengangkat kepalanya dan melayangkan kecupan di pipi kiri Evelyn, lalu melepaskan penisnya dari Evelyn sebelum bergeser ke samping dan duduk tepat di samping kiri wanita itu.

Chris meraih ponselnya dari atas meja kecil di sebelah kasur. Sebenarnya ia sadar kalau sejak tadi ponsel itu bergetar berkali-kali, menandakan ada telepon dan pesan pesan masuk. Akan tetapi, ia mengabaikannya karena memang ingin menikmati waktu ‘bermain’ dengan Evelyn. Ia mengaktifkan mode getar pada ponselnya itu bukan tanpa alasan.

Begitu menyalakan ponsel, Chris mendapati ada tiga panggilan tak terjawab dan enam pesan masuk dari Emma. Istrinya yang lebih muda tiga tahun darinya itu mengabari kalau dia akan pulang terlambat lagi hari ini.

Chris langsung mengetik balasan pesan ke nomor Emma. Tapi baru satu balasan singkat saja yang terkirim, tiba-tiba Evelyn bangkit dari baring dan mengambil alih ponsel dari tangannya.

Wanita itu menggeletakkan ponsel Chris sembarangan di atas kasur. Dengan tubuhnya yang masih telanjang bulat, dia menaiki tubuh Chris dan duduk tepat di atas kedua paha Chris.

Chris bergeming sesaat menatap wanita itu. Sebelah alisnya terangkat, bibirnya yang tipis mengulas senyum miring ketika Evelyn sengaja mulai bergerak-gerak di pangkuannya dan membuat bagian intim mereka saling bergesekan.

“Apa kau menyukai ini?” tanya Evelyn tanpa menghentikan gerakannya.

Chris menempatkan tangan kanannya di pinggul kiri Evelyn, melirik pinggul yang masih bergerak sensual itu dengan kilatan nafsu di kedua matanya. “Itu adalah sesuatu yang tidak perlu kau tanyakan, Eve.”

“Kau punya kesempatan untuk merasakan ini sejak dua menit yang lalu. Tapi ... kau malah langsung fokus pada ponselmu dan seperti mengabaikanku. Apa kau tidak ingin melanjutkan permainan kita? Aku masih menginginkanmu ...,” tutur Evelyn seraya menopang kedua tangannya di bahu Chris, sengaja memajukan dadanya di depan wajah Chris, lantas tersenyum nakal dan terus bergoyang di atas paha suami adiknya itu.

Alih-alih menjawab penuturan Evelyn, setelah beberapa saat memandangi dada Evelyn yang sangat menggoda, Chris menoleh pada jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore kurang beberapa menit.

Setelah beralih menatap wajah Evelyn, Chris berkata, “Emma lembur. Dia bilang, dia baru pulang pukul delapan.”

“Bukankah itu bagus?” Evelyn tersenyum semringah. "Tadi saat aku mengabarimu bahwa hari ini aku tidak bekerja dan sedang libur, kau meneleponku dan menyuruhku datang ke sini karena kau pulang lebih cepat. Dan seingatku, begitu aku baru sampai di rumah ini ... kau membujukku untuk langsung melepas baju bersamamu dan berkata kalau kau menginginkan tubuhku. Sekarang, ternyata Emma akan lembur. Bukankah ini berarti semesta sangat berpihak pada kita? Aku libur, kau pulang cepat, dan Emma lembur.”

Chris tertawa pelan seraya memegang dagu Evelyn dan mencium bibir merah wanita itu.

Evelyn membalas ciuman Chris tanpa menghentikan gerakan pinggulnya. Dengan cepat, dia berhasil membuat Chris kembali menegang.

Mereka melakukan penetrasi lagi dalam posisi itu selepas Chris mengambil kondom dari laci meja nakas dan memakai pengaman tersebut dengan cepat.

Chris tidak tahu harus berkata apa melihat tubuh seksi kakak iparnya itu bergerak dengan penuh semangat di atas tubuhnya, bergoyang tanpa henti selagi ia setengah berbaring dengan punggungnya yang bersandar pada headboard kasur.

Tak hanya tubuhnya yang seksi, suara Evelyn pun terdengar seksi sekali di telinga Chris ketika Evelyn bertanya, “Apakah semuanya masih aman? Emma sama sekali tidak curiga, ‘kan?”

Pandangan Chris terkunci mengagumi tubuh Evelyn. Suaranya agak pelan namun tajam kala dia menjawab, “Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Akan kupastikan semuanya aman dalam kendaliku.”

***

Bersambung .....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
dewulan2312
mampir krn penasaran kisah emma♡andrew
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • OTW Janda!   106. Bukan Hanya Tentang Janda (END)

    (Tiga Tahun Kemudian)Televisi yang ada di dapur menyala, Emma membuat jus dan memotong buah sambil terus menonton video yang terputar di televisi itu dengan senyum yang tak henti tersungging.Televisi tidak sedang menayangkan film atau acara komedi. Tidak pula menayangkan film romantis. Melainkan menayangkan video pernikahan Andrew dan Emma.Pada bagian ia dan Andrew berdansa, senyum Emma kian melebar. Sesekali ia tertawa kecil ketika dalam video itu ia dan Andrew tiba-tiba tertawa tanpa sebab di tengah Dansa Waltz yang mereka lakukan.Sejak ia dan Andrew menikah dua tahun lebih, ia sudah menonton video pernikahan itu puluhan kali. Atau mungkin ratusan.Emma tak ingat.Tapi yang pasti, segala yang ada dalam acara pernikahan itu, mulai dari gaun pengantinnya, tuksedo Andrew, dekorasi tempat acara dilaksanakan, suasananya, ciuman pertama setelah resmi menjadi suami-istri, buket dan mawar pink yang bertaburan indah, hingga dansa pertama mereka ... semuanya tak pernah membuat Emma bosan.

  • OTW Janda!   105. Calon Istri

    “Andrew!”Andrew menoleh ke belakang dan berbalik.Senyum pria yang mengenakan kemeja abu-abu tua itu merekah hangat saat melihat Emma berlari menghampirinya. Ia langsung menyambut Emma ke dalam pelukan erat saat Emma tiba tepat di hadapannya.“Sudah kuduga, memang ada yang aneh. Dari kemarin aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Ternyata kau diam-diam datang ke New York, ya?” tutur Emma setengah terharu sambil memeluk Andrew erat-erat.Andrew tertawa, tangannya membelai rambut cokelat Emma yang tergerai.Aroma parfum mahal Andrew yang selalu terasa segar di hidung dan sangat menonjolkan sosok maskulinnya, makin lekat di indra penciuman Emma saat ia memeluk erat. Itu membuat Emma semakin senang. Ia rindu sekali pada aroma tubuh Andrew yang tak bisa ia hirup dari dekat begini selama dua bulan belakangan.“Kau membuatku khawatir sekali, Andrew,” keluh Emma seraya mengendurkan pelukan dan mendongak untuk menatap Andrew. “Kau tidak bisa dihubungi. Aku takut sesuatu terjadi padamu ...

  • OTW Janda!   104. West Harlem

    “Siapa Tuan Putri paling cantik di dunia?”Nancy yang sudah mulai belajar bicara, menunjuk wajah Emma sambil tersenyum lebar dan berkata, “Ma-ma ....”Emma tertawa gemas dan mencium pipi Nancy. “Itu kurang tepat, Sayang. Kaulah Tuan Putri paling cantik di dunia. Siapa nama Tuan Putri paling cantik ini?”“Nanci.”Tawa Emma makin lebar. “Nanci? Apakah kau menyebut dirimu Nanci karena ibu sering bergurau menyebutnya, lalu mengatakan bahwa sebutan itu adalah namamu yang bisa disebut dengan cara berbeda di belahan dunia lain?”Nancy tak tahu makna kalimat panjang lebar Emma, tetapi dia merespons bunyi akhir kalimat yang menyuratkan tanda tanya, sehingga dia tetap tersenyum lebar dan mengangguk seolah paham.“Nan-cy. Namamu Nancy, Sayang. Cy dibaca ‘si’ seperti dalam bahasa Spanyol. Tapi tidak apa-apa. Kau baru sebelas bulan. Kau adalah bayi paling hebat!”Selama bermain di ruang tengah bersama Nancy, Emma melirik ponselnya untuk menunggu telepon dari Andrew.Dua bulan terakhir, selama Andr

  • OTW Janda!   103. Titik Balik

    Emma sudah bersiap untuk keluar dari apartemennya. Ia akan pergi ke Gedung Pengadilan Wilayah bersama Jack pagi ini.Jack akan mengurus dokumen dan identitas kenegaraan Andrew sebelum nanti Andrew kembali ke New York.Andrew memiliki kewarganegaraan ganda selama belasan tahun terakhir, semenjak Medtronic melebarkan sayap cabang sampai ke Australia dan Andrew yang memegang tanggung jawab atas cabang tersebut. Jadi, Andrew adalah warga negara Amerika Serikat dan mendapatkan legalisasi kewarganegaraan Australia juga setelah berjalan empat tahun berbisnis di sana.Maka dari itu, Jack sebagai asisten pribadi Andrew, perlu mengurus beberapa dokumen kenegaraan Andrew yang memang harus diperbarui secara rutin, baik di Amerika Serikat maupun di Australia, sebagai bentuk registrasi legal yang juga dibutuhkan untuk keperluan perusahaan di dua negara. Apalagi Andrew akan memiliki ekspansi besar di New York.Emma meminta untuk ikut dengan Jack, sebab hari ini jam praktiknya dimulai pukul tiga sore

  • OTW Janda!   102. Profesor Maurice

    Lift sudah sampai di lantai dasar gedung utama Cornell Hill. Emma melangkah keluar dari lift sembari membenarkan posisi tas yang tersampir di bahu kanannya.Saat ini waktu menunjukkan pukul empat sore. Emma akan pulang ke apartemennya menggunakan taksi.Ia tidak mau naik mobil selagi sedang hamil lagi, bahkan meskipun kehamilannya baru berjalan tiga bulan dan belum kelihatan sama sekali. Perutnya masih datar.Tapi sebelum sempat sampai ke pintu keluar di lobi Cornell Hill, langkah Emma terhenti. Ia melihat seorang pria yang sedang duduk di salah satu kursi ruang tunggu lobi, berkutat dengan iPad.Itu Jack. Asisten pribadi Andrew.Emma berjalan menghampiri Jack, lalu setelah Jack menyadari kedatangannya dan langsung berdiri, ia berkata, “Apa yang kau lakukan di sini, Jack? Aku, ‘kan, sudah bilang, kau tidak perlu repot-repot mengikutiku terus. Sana, pergilah ke Sydney!” “Kau mengatakan kalimat yang sama pada Tuan Andrew untuk memintanya membawaku kembali ke Sydney, tapi Tuan Andrew me

  • OTW Janda!   101. Aku Mencintaimu

    Tangan mungil Nancy yang lembut terus menggenggam jari telunjuk Emma sejak setengah jam yang lalu.Ketika sadar kalau Nancy sepertinya benar-benar sudah pulas dalam tidur, pelan-pelan Emma menarik jarinya dari genggaman putrinya tersebut, lalu menjauh dari ranjang bayi Nancy, yang mana ranjang bayi itu sudah disiapkan oleh pelayan rumah Keluarga Maurice di dalam salah satu kamar tamu yang disediakan untuknya.Saat ini waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Emma belum mengantuk sama sekali dan tidak bisa tidur. Ia berpikir mungkin berkeliling sebentar di halaman depan rumah yang sangat luas bisa membuatnya cepat lelah, lalu lebih mudah tertidur nantinya.Setelah memastikan kamera pada monitor bayi portable yang ia bawa sudah aktif dan terhubung ke ponselnya, ia keluar dari kamar. Jadi, ia tetap bisa memantau Nancy lewat ponselnya untuk mengantisipasi keadaan putrinya tersebut.Saat Emma melewati ruang keluarga, di mana di sana terdapat pohon Natal yang sangat besar dan dihias sangat i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status