Beranda / Romansa / OTW Janda! / 2. Perbandingan Kehebatan di Ranjang

Share

2. Perbandingan Kehebatan di Ranjang

Penulis: Nadia Styn
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 19:42:06

Memanfaatkan waktu sebaik mungkin selagi Emma belum pulang, mereka masih terus berpacu pada gairah di dalam kamar yang dingin itu.

Tangan kanan Chris berada di dada kiri Evelyn, sementara tangan kirinya berada di punggung Evelyn, meraba punggung mulus tersebut dengan penuh kesensualan. Bersamaan dengan itu, bibir Chris tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati leher Evelyn ketika Evelyn mendongak di tengah desahan yang tak karuan. Sengaja ia tidak mencium bibir Evelyn, sebab ingin membiarkan mulut wanita itu terus menggaungkan desah yang semakin membangkitkan gairahnya.

“Kau ... sudah berapa lama kau tidak bercinta dengan Emma, huh? Apakah ... semenjak rutin bercinta denganku ... kau tidak pernah lagi menyentuh Emma?” tanya Evelyn di sela napasnya yang menggebu-gebu dan beradu dengan desahan.

Chris melirik wajah Evelyn sekilas, melihat bagaimana ekspresi wajah wanita itu menunjukkan kenikmatan yang luar biasa karena ia tak sedikitpun menjeda segala sentuhan dan cumbuannya.

“Itu bukan urusanmu, Evelyn,” jawab Chris kemudian.

Evelyn sadar adanya perubahan intonasi dari cara bicara Chris ketika menjawab pertanyaannya. Itu membuatnya sedikit tersinggung dan geram.

“Kau tidak akan bisa mendapatkan kenikmatan ini dari Emma, ‘kan? Ah ... aku tahu ... kau pasti lebih suka bermain di ranjang bersamaku,” ujar Evelyn seraya menggigit bibir bawahnya sendiri kala Chris sengaja menggigit putik salah satu gundukan dadanya.

Setelah ia selesai berujar seperti barusan, ia merasakan bibir Chris yang menempel di kulitnya, mengulas senyum lebar, disusul oleh tawa singkat yang memikat.

Hal itu membuat Evelyn makin kelimpungan dalam nafsu, yakin kalau senyum dan tawa itu adalah respons dari Chris bahwa yang ia katakan tadi memang benar, bahwa Chris lebih suka bermain di ranjang bersamanya dan lebih puas mendapatkan kenikmatan dari dirinya daripada Emma.

Beberapa saat kemudian, Evelyn menumpukan kedua telapak tangannya di kedua bahu berotot Chris. Ia beradu tatap dengan pria itu sewaktu ia lebih intens menggerakkan tubuhnya naik dan turun. Tangan Chris yang ada di pinggulnya, membantu pinggulnya untuk bergerak makin cepat.

Di sela deruan napasnya yang memburu, ia tersenyum nakal pada Chris seraya bertanya, “Apa kau menyesal? Kau pasti menyesal karena mengenal Emma lebih dulu daripada mengenalku, sehingga kau terlanjur menikahi Emma. Ya, kan? Kau ... kalau kau bisa memutar waktu ... kau pasti akan lebih tertarik padaku.”

Chris tak menjawab. Dia menegakkan posisi duduknya dan mendekap tubuh Evelyn di atas pangkuannya. Kepalanya menunduk untuk meraup dada Evelyn yang sejak tadi bergoyang-goyang di depan wajahnya dan sangat menantang.

Tak mendapatkan respons apa pun dari Chris atas pertanyaan menggodanya tadi, Evelyn yang butuh validasi, tetap mengharapkan jawaban.

Alhasil, dia sengaja melambatkan gerakan pinggulnya sampai akhirnya berhenti total, lantas ia menatap Chris dengan mata kelabunya yang membulat lugu saat dia kembali berujar, “Kau lebih puas bercinta denganku. Kau sendiri yang selalu mengatakannya tiap kali kita bercinta, bahwa aku lebih membuatmu puas di ranjang daripada Emma. Bagaimana jika akhirnya Emma tahu tentang kita? Kau tetap akan memilihku, ‘kan?”

Evelyn tak berekspektasi kalau keputusannya untuk berhenti bergerak dan mengatakan hal seperti itu, ternyata membuat Chris emosi.

Padahal, itu hanya pancingan saja agar Chris memujinya, memberinya validasi, dan menyetubuhinya lebih liar lagi agar mereka bisa kembali mendapatkan kepuasan bersama-sama dalam kegiatan mereka ini.

Sesaat saja setelah Evelyn selesai bicara, Chris mendorong kedua bahu Evelyn dan menjatuhkan Evelyn hingga wanita itu telentang di kasur.

Membalik posisi mereka, Chris merangkak menaiki tubuh Evelyn, lantas mencengkeram kedua pergelangan tangan Evelyn di atas sprei yang sudah berantakan, mencengkeram tangan Evelyn dengan sangat keras untuk membatasi ruang gerak kakak iparnya itu yang usianya lebih muda satu tahun dari dirinya.

Evelyn merasa kesakitan sebenarnya. Namun, ketika Chris berusaha menyatukan kelamin mereka lagi selagi mencengkeram tangannya seperti itu, Evelyn berpikir bahwa Chris hanya semakin membara dalam nafsu, sehingga ia tak keberatan sekalipun Chris akan menyetubuhinya dengan kasar dan penuh emosi. Karena agaknya ia juga menyukai pola bercinta seperti itu.

Beberapa saat kemudian, dengan tubuh mereka yang sudah menyatu lagi dalam posisi tersebut, Chris mencumbui leher dan dada Evelyn dengan sangat kasar, mungkin akan meninggalkan bekas yang samar.

Sampai akhirnya mendekati telinga kiri Evelyn, setelah melumat singkat daun telinga itu, Chris berbisik penuh ketajaman, “Jangan berani-berani memberitahu Emma tentang semua ini. Kalau kau menutup mulutmu, dia tidak akan pernah tahu. Aku sungguh akan membuatmu menyesal jika Emma sampai tahu, Eve.”

Evelyn terdiam. Ia segera sadar bahwa Chris tidak sekadar sedang diburu nafsu dan ingin menyetubuhinya dengan cara yang kasar. Pria itu benar-benar terbawa emosi.

“Apa kau baru saja mengancamku?” tanya Evelyn kemudian.

Chris mulai bergerak mendorong tubuhnya kepada Evelyn. Dia tidak menjawab dan hanya menatap Evelyn yang mulai mendesah lagi di bawahnya.

“Kau mengancamku demi Emma, huh? Akuilah, Chris ... kau lebih menyukaiku daripada Emma.” Evelyn bersuara di sela desahan seksinya yang makin keras, menjambak rambut Chris selagi kedua lengannya memeluk leher pia itu.

“Sekalipun aku mengakui hal itu, apakah itu bisa mengubah keadaan? Emma tetap istriku.”

“Ya ... tapi kalau akhirnya kau harus memilih, kau pasti lebih memilih aku daripada Emma, ‘kan? Kau harus rela meninggalkan Emma untukku.”

“Gunakan logikamu, Sialan,” desis Chris tajam.

Evelyn terdiam lagi. Lumayan syok. ia menggigit bagian dalam bibir bawahnya demi menahan desah dan napas yang memburu karena Chris menyetubuhinya dengan kasar sekali. Ia menyukai cara itu, tetapi tetap saja ia syok dan itu membuatnya memilih menahan sekejap desahannya.

“Ini demi kebaikan kita,” kata Chris lagi, suaranya melembut dan tidak seperti tadi. “Emma tidak boleh tahu soal semua yang telah kita lakukan. Dia sedang mengandung darah dagingku. Rumah tanggaku bisa hancur dan aku bisa kehilangan hak asuh terhadap anakku jika Emma minta cerai.”

Evelyn tetap diam.

Chris menyusupkan jemari tangan kanannya ke sela rambut hitam Evelyn yang tergerai, mencengkeram rambut itu dan menjambaknya sembari bertanya serius, “Kau mengerti apa yang aku katakan, Eve?”

Evelyn sangat tersinggung bahkan meski ia tidak punya hak untuk tersinggung. Namun, gerakan dan permainan Chris terlalu nikmat dan membuatnya menggila, hingga ia tidak bisa marah atau menghentikan semua ini.

Alhasil, setelah tak bisa lagi menahan desahannya karena terlampau menikmati cara kasar Chris menyetubuhinya, bak anjing penurut, dia mengangguk patuh dan menjawab, “A-aku mengerti.”

***

Bersambung .....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
dewulan2312
evelyn kegatelan, chris suami lucknut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • OTW Janda!   106. Bukan Hanya Tentang Janda (END)

    (Tiga Tahun Kemudian)Televisi yang ada di dapur menyala, Emma membuat jus dan memotong buah sambil terus menonton video yang terputar di televisi itu dengan senyum yang tak henti tersungging.Televisi tidak sedang menayangkan film atau acara komedi. Tidak pula menayangkan film romantis. Melainkan menayangkan video pernikahan Andrew dan Emma.Pada bagian ia dan Andrew berdansa, senyum Emma kian melebar. Sesekali ia tertawa kecil ketika dalam video itu ia dan Andrew tiba-tiba tertawa tanpa sebab di tengah Dansa Waltz yang mereka lakukan.Sejak ia dan Andrew menikah dua tahun lebih, ia sudah menonton video pernikahan itu puluhan kali. Atau mungkin ratusan.Emma tak ingat.Tapi yang pasti, segala yang ada dalam acara pernikahan itu, mulai dari gaun pengantinnya, tuksedo Andrew, dekorasi tempat acara dilaksanakan, suasananya, ciuman pertama setelah resmi menjadi suami-istri, buket dan mawar pink yang bertaburan indah, hingga dansa pertama mereka ... semuanya tak pernah membuat Emma bosan.

  • OTW Janda!   105. Calon Istri

    “Andrew!”Andrew menoleh ke belakang dan berbalik.Senyum pria yang mengenakan kemeja abu-abu tua itu merekah hangat saat melihat Emma berlari menghampirinya. Ia langsung menyambut Emma ke dalam pelukan erat saat Emma tiba tepat di hadapannya.“Sudah kuduga, memang ada yang aneh. Dari kemarin aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Ternyata kau diam-diam datang ke New York, ya?” tutur Emma setengah terharu sambil memeluk Andrew erat-erat.Andrew tertawa, tangannya membelai rambut cokelat Emma yang tergerai.Aroma parfum mahal Andrew yang selalu terasa segar di hidung dan sangat menonjolkan sosok maskulinnya, makin lekat di indra penciuman Emma saat ia memeluk erat. Itu membuat Emma semakin senang. Ia rindu sekali pada aroma tubuh Andrew yang tak bisa ia hirup dari dekat begini selama dua bulan belakangan.“Kau membuatku khawatir sekali, Andrew,” keluh Emma seraya mengendurkan pelukan dan mendongak untuk menatap Andrew. “Kau tidak bisa dihubungi. Aku takut sesuatu terjadi padamu ...

  • OTW Janda!   104. West Harlem

    “Siapa Tuan Putri paling cantik di dunia?”Nancy yang sudah mulai belajar bicara, menunjuk wajah Emma sambil tersenyum lebar dan berkata, “Ma-ma ....”Emma tertawa gemas dan mencium pipi Nancy. “Itu kurang tepat, Sayang. Kaulah Tuan Putri paling cantik di dunia. Siapa nama Tuan Putri paling cantik ini?”“Nanci.”Tawa Emma makin lebar. “Nanci? Apakah kau menyebut dirimu Nanci karena ibu sering bergurau menyebutnya, lalu mengatakan bahwa sebutan itu adalah namamu yang bisa disebut dengan cara berbeda di belahan dunia lain?”Nancy tak tahu makna kalimat panjang lebar Emma, tetapi dia merespons bunyi akhir kalimat yang menyuratkan tanda tanya, sehingga dia tetap tersenyum lebar dan mengangguk seolah paham.“Nan-cy. Namamu Nancy, Sayang. Cy dibaca ‘si’ seperti dalam bahasa Spanyol. Tapi tidak apa-apa. Kau baru sebelas bulan. Kau adalah bayi paling hebat!”Selama bermain di ruang tengah bersama Nancy, Emma melirik ponselnya untuk menunggu telepon dari Andrew.Dua bulan terakhir, selama Andr

  • OTW Janda!   103. Titik Balik

    Emma sudah bersiap untuk keluar dari apartemennya. Ia akan pergi ke Gedung Pengadilan Wilayah bersama Jack pagi ini.Jack akan mengurus dokumen dan identitas kenegaraan Andrew sebelum nanti Andrew kembali ke New York.Andrew memiliki kewarganegaraan ganda selama belasan tahun terakhir, semenjak Medtronic melebarkan sayap cabang sampai ke Australia dan Andrew yang memegang tanggung jawab atas cabang tersebut. Jadi, Andrew adalah warga negara Amerika Serikat dan mendapatkan legalisasi kewarganegaraan Australia juga setelah berjalan empat tahun berbisnis di sana.Maka dari itu, Jack sebagai asisten pribadi Andrew, perlu mengurus beberapa dokumen kenegaraan Andrew yang memang harus diperbarui secara rutin, baik di Amerika Serikat maupun di Australia, sebagai bentuk registrasi legal yang juga dibutuhkan untuk keperluan perusahaan di dua negara. Apalagi Andrew akan memiliki ekspansi besar di New York.Emma meminta untuk ikut dengan Jack, sebab hari ini jam praktiknya dimulai pukul tiga sore

  • OTW Janda!   102. Profesor Maurice

    Lift sudah sampai di lantai dasar gedung utama Cornell Hill. Emma melangkah keluar dari lift sembari membenarkan posisi tas yang tersampir di bahu kanannya.Saat ini waktu menunjukkan pukul empat sore. Emma akan pulang ke apartemennya menggunakan taksi.Ia tidak mau naik mobil selagi sedang hamil lagi, bahkan meskipun kehamilannya baru berjalan tiga bulan dan belum kelihatan sama sekali. Perutnya masih datar.Tapi sebelum sempat sampai ke pintu keluar di lobi Cornell Hill, langkah Emma terhenti. Ia melihat seorang pria yang sedang duduk di salah satu kursi ruang tunggu lobi, berkutat dengan iPad.Itu Jack. Asisten pribadi Andrew.Emma berjalan menghampiri Jack, lalu setelah Jack menyadari kedatangannya dan langsung berdiri, ia berkata, “Apa yang kau lakukan di sini, Jack? Aku, ‘kan, sudah bilang, kau tidak perlu repot-repot mengikutiku terus. Sana, pergilah ke Sydney!” “Kau mengatakan kalimat yang sama pada Tuan Andrew untuk memintanya membawaku kembali ke Sydney, tapi Tuan Andrew me

  • OTW Janda!   101. Aku Mencintaimu

    Tangan mungil Nancy yang lembut terus menggenggam jari telunjuk Emma sejak setengah jam yang lalu.Ketika sadar kalau Nancy sepertinya benar-benar sudah pulas dalam tidur, pelan-pelan Emma menarik jarinya dari genggaman putrinya tersebut, lalu menjauh dari ranjang bayi Nancy, yang mana ranjang bayi itu sudah disiapkan oleh pelayan rumah Keluarga Maurice di dalam salah satu kamar tamu yang disediakan untuknya.Saat ini waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Emma belum mengantuk sama sekali dan tidak bisa tidur. Ia berpikir mungkin berkeliling sebentar di halaman depan rumah yang sangat luas bisa membuatnya cepat lelah, lalu lebih mudah tertidur nantinya.Setelah memastikan kamera pada monitor bayi portable yang ia bawa sudah aktif dan terhubung ke ponselnya, ia keluar dari kamar. Jadi, ia tetap bisa memantau Nancy lewat ponselnya untuk mengantisipasi keadaan putrinya tersebut.Saat Emma melewati ruang keluarga, di mana di sana terdapat pohon Natal yang sangat besar dan dihias sangat i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status