FYI! Tante Ziya ini adalah adik ipar Mama Elma. Dia menikah dengan Pak Zidan, adik kandung Mama Elma. Tante Ziya sendiri memiliki satu saudara kandung, seorang model terkenal era 90an, Zeliyana Pambudi, yang tidak lain dan tidak bukan, mama dari Clara Meilita Pambudi, mantan terindah Mas Gibran! Ya, Tante Ziya ini adalah tantenya Mas Gibran sekaligus tantenya Clara. Em ... apa Tante Ziya ini tim sukses hubungan mereka berdua ya? Maka dari itu dia tampak sewot melihat hubunganku dengan Mas Gibran? "Astaga! Lihat saja penampilannya," seloroh Tante Ziya sambil menatapku lekat. Wanita antagonis itu masih setia menatap jijik penampilanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kenapa memangnya penampilanku? Dih, katanya sosialita! Tapi kenapa dia menyangsikan penampilanku yang lumayan borju hari ini? Dress ini mahal loh, Tante! Merk di*r! Harganya aja belasan juta. Sampai-sampai otak dagangku dari tadi meronta-ronta. Rasanya ingin aku preloved saja baju mahal ini. Pasti lumayan harganya!
Selepas kepergian Tante Ziya, semua mata di sekitarku menatap iba padaku, termasuk Kak Livy dan Kak Dina yang saat itu berada tidak terlalu jauh dari posisiku. Pasti mereka juga mendengar celaan Tante Ziya padaku barusan.Begitupun Mas Gibran. Pria tampan itu semakin mengencangkan lengannya di pinggangku. Seakan menunjukkan posisinya akan selalu berada di sisiku, bukan di sisi tante sosialitanya itu."Dasar Nenek Lampir!" ketus Tante Mala."Gak usah diambil hati ya, Audrey!" timpal Tante Salsa. Akupun hanya membalasnya dengan senyuman cantikku. Senyum merekah khas Audrey Liliana White.Kalau dipikir-pikir Tante Ziya ini sepertinya memang kurang disukai di circle Mama Elma. Setiap mereka berkumpul di waktu senggang, hanya ada Mama Elma dan kedua saudara perempuannya, ditambah Tante Winda, sepupu mereka. Tante Ziya hanya muncul di acara keluarga semacam ini. Tidak pernah aku melihatnya bergabung di acara-acara santai seperti Tea Time keempat perempuan lainn
Beruntung kejadian drama kumbara yang diciptakan Tante Ziya tadi terjadi di salah satu sudut ruangan yang berisikan hanya segelintir orang. Itupun hanya keluarga Mama Elma. Jadi tidak menganggu berlangsungnya acara ulang tahun Luna, tidak juga mengurangi sedikitpun kemeriahan dan kehangatan acara ulang tahun anak cantik itu. Perlahan para tamu mulai berpamitan untuk pulang. Kini hanya ada para pekerja di rumah keluarga Adinata, anggota inti keluarga Adinata, dan aku, calon anggota inti keluarga Adinata, hehehe. "Tante Audrey ... " panggil Luna sambil berlari ke arahku yang sedang berbincang dengan Kak Livy dan Bang Nathan. Sekarang tidak hanya Gea, Luna juga mulai memanggilku tante. Tentu ini titah tak terbantah dari sang kakak, Gea Liberty Kiswoyo. "Terima kasih untuk hamsternya. Aku happy banget!" Gadis yang baru saja merayakan ulang tahunnya itu sejenak memelukku, setelah itu dengan senyum lebarnya dia berlari ke arah teras belakang rumah demi bertemu kedua hamsternya, Chika dan
Jadi si Revan anak Tante Ziya? Lah, sepupu si Clara dong! Aih ... pantesan dia menatap tajam ke arahku sepanjang acara. Palingan sama kayak emmaknya! Dia juga murka melihat kedekatanku dengan Mas Gibran. Dia gak rela kedua sepupunya bubar jalan gegara keberadaanku."Tapi aku belum pernah melihat dia sebelumnya di acara keluarga Mas," gumamku."Dia baru seminggu di Indonesia. Sejak SMA dia tinggal di London," jawab Mas Gibran.Ah ... I see. Selayaknya Mas Gibran dan sepupu-sepupunya yang lain, sejak usia SMA mereka memang tinggal di Manhattan atau di London untuk melanjutkan sekolah di sana.OK, aku sudah dapat beberapa clue tentang kekepoanku terhadap sosok Revan. Dia sepupu Clara dan juga sepupu Mas Gibran, serta kemungkinan besar dia memang teman semasa sekolahku jaman SD dan SMP. Dan ... bentar-bentar deh! Dulu kayaknya memang ada teman SD dan SMPku bernama Revan. Seingatku sejak SMA dia memang tidak satu sekolah denganku. Jangan-jangan Revan itu Revan si kutu buku yang dulu gendut
Di hari minggu yang cerah, aku bersama kedua sahabat gesrekku duduk di gazebo belakang rumahku. Kami bertiga menikmati udara pagi ditemani kopi buatan mama. Hari ini kami berencana akan menghabiskan waktu hingga sore di rumahku untuk membuat Klepon Cake dan Blueberry Cake, dua jenis cake favorit kami bertiga. Selain itu kami juga akan membuat cake untuk ulang tahun pacar si Shabina. Rencananya dini hari nanti Shabina akan memberi kejutan manis untuk kekasih blasterannya. Dia ingin kuenya dibuat dengan tangannya sendiri, di bawah arahan mama pastinya, hehehe. "Gimana hubungan Lo sama Om Tampan?" tanya Mentari. Jiwa kepo Shabina dan Mentari meronta-ronta sesaat setelah mereka tau bahwa seminggu ini aku sering menghabiskan waktu bersama Mas Gibran. "Menyenangkan," jawabku tanpa minat, karena aku sudah bisa menduga setelah ini pertanyaan apa yang akan diajukan dua manusia gesrek yang sialnya sangat aku sayangi ini. "Sudah ngapain aja?" Nah ... tepat 'kan dugaanku! Pertanyaan ini past
3 cake sudah selesai kami buat. Lumayan melelahkan juga, cuy!Saat ini kami sedang bergoler goler ria di atas kasurku. Menunggu jam 23.30 kemudian kami akan meluncur ke apartemen pacar si Shabina.Ya ... seperti biasa, setiap ulang tahun pacar Shabina atau Mentari, kami bertiga akan saling menemani memberikan surprise dini hari macam ini. "Tiga bulan lagi Mas Gibran ulang tahun," ujarku sumringah. "Kalian bisa dong nemenin gue kasih surprise kayak ke pacar-pacar kalian selama ini?""Tentu saja!" balas Mentari. "Apalagi ini perdana. Ya gak, cuy?" imbuhnya yang diikuti anggukan kepala Shabina.Akhirnya tahun ini aku tidak sekedar jadi figuran. Tahun ini aku juga berkesempatan jadi pemeran utama. Secara biasanya aku hanya menemani Shabina atau Mentari, tapi tahun ini mereka juga akan menemaniku memberi surprise untuk kekasihku, hehehe."BTW ya, first kiss Lo keren banget, Audery. Bayangin, cuy! Gibran Maharsa Adinata!" gumam Mentari."First kiss gue memang si Om Tampan, tapi kalau first
Tepat pukul 07.30 pagi tampak sebuah range rove* hitam berhenti di depan rumah. Dari sisi kursi penumpang keluar seorang pria tampan yang tampak gagah dengan setelan jas berwarna navy tanpa dasi, dipadukan dengan kemeja berwarna putih dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka. Kesan maskulin sangat terlihat di penampilannya. Mama menyambut pria tampan itu dengan senyum hangatnya. Mengajak pria tampan berkulit cerah itu menuju meja makan rumah kami. Mempersilahkan pria itu memulai sarapannya bersama mama seraya menungguku yang masih bersiap di dalam kamar. "Maaf ya, Nak Gibran. Jadi merepotkan harus jemput Mama dan Audrey sepagi ini," ucap mama sambil menikmati sarapan paginya. "Tidak sama sekali, Ma. Saya memang ingin sarapan bersama Mama Aline dan Audrey. Jadi sekalian Kita bisa berangkat ke kantor bersama," balas Mas Gibran. Hari ini aku dan mama akan melihat langsung spot untuk Alina Gump di cafetaria kantor pusat Adinata Group. Sesuai ajak
"Audrey ... duduk sini!" lirih Mas Gibran seraya menepuk kedua pahanya.Astaga! Dia menyuruhku duduk di pangkuannya?"Ogah ah! Nanti dilihat Mama!" tolakku.Namun sepertinya penolakanku tidak bermakna. Tiba-tiba saja aku sudah dia angkat dan didudukkan di pangkuannya."Mas!" pekikku. Entah apa yang ada di otak Mas Gibran. Bisa-bisanya dia memangkuku di saat mama juga masih di rumah. Gimana kalau mama lihat?"Nanti dilihat Mama loh!" kesalku.Namun, Mas Gibran ya tetaplah Mas Gibran. Dia tidak peduli dengan protesku. Malah dengan santai dia menyuapiku."A ... " Mas Gibran menyuruhku membuka mulut. Akupun mendengus kesal melihat tingkahnya pagi ini."Kenapa? Gak mau disuapin pakai tangan? Ok!" Tak lama dia menggigit rotiku kemudian mengarahkannya ke mulutku."Mas!" geramku. Namun ... sudah bisa ditebak, Mas Gibran tetap kekeh menyuruhku memakan roti yang dia arahkan padaku dengan mulutnya. "Gak mau!" ketusku. Aku ber