LOGIN"Raven"
"Ven" "Oi Ven" "Apasih, lo ganggu tidur gue sialan!" Geram Raven masih setia menutup matanya walau merasa terganggu saat namanya terus saja dipanggil "Lo gak pulang semalaman, dodol" cibir Lucas yang baru saja terbangun dari tidurnya dan menyadari jika Raven malah menginap di markas karena keasikan bermain game bersama mereka "Ada apa sih Cas berisik banget lo pagi-pagi" keluh Kafa yang merasa tidurnya juga terganggu "Lihat tuh anak, baru hukumannya selesai sudah berbuat ulah lagi" keluh Lucas "VEN WOI RAVEN NENEK LO DATANG VEN" teriak Kafa tiba-tiba membuat semua orang terbangun karena teriakan lantangnya "Anj*ng, dimana nenek tua itu?" Kaget Raven terbangun dari tidurnya dengan kaget "Sialan!, berisik" umpat Algarrel "Hehehe sorry rel, habisnya nih anak susah banget bangunya" ucap Kafa cengengesan "Mana tuh nenek-nenek?" Tanya Raven lagi dengan suara serak khas bangun tidur "Tidak ada siapa-siapa tuh" jawab Kafa santai "Bangs*t lo" umpat Raven "Pulang sana, lo baru saja pulang dari hukuman lo setidaknya di hari-hari pertama tuh lo berbuat baik bukannya kabur dan tidak pulang seharian" omel Lucas "Gue cabut" ucap Raven "Hati-hati lo" peringat Vaska yang di balas jempol oleh Raven "Sialan gue sudah ngomong panjang lebar malah di cuekin" kesal Lucas membuat Kafa tertawa lebar Kini Raven sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi karena hari yang masih pagi buta dan ia masih memiliki waktu setengah jam sebelum jalanan mulai padat dengan kendaraan yang ditumpangi para pekerja kantoran "Sh!t, kenapa bisa ketiduran sih gue" umpat Raven Hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit karena ia mengendarai motor sportnya dengan kecepatan diatas rata-rata membuat Raven dengan cepat tiba di depan pekarangan Mension keluarganya Raven berusaha masuk tanpa menimbulkan suara apapun bahkan ia sudah mengancam penjaga rumah yang melihatnya pulang di pagi hari untuk tetap menutup mulut mereka Huftttt "Akhirnya" gumam Raven saat berhasil masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua Raven kembali membaringkan tubuhnya karena masih merasa lelah sembari matanya menatap langit-langit kamarnya dalam diam entah apa yang laki-laki itu fikirkan Tok Tok Ceklek "Ada apa?", tanya Raven "Tuan muda sekarang waktunya sarapan bersama, Nyonya meminta saya untuk membangunkan anda" jelas maid itu "Hm" jawab Raven singkat Raven lebih dulu membersihkan dirinya sebelum ia turun untuk sarapan bersama "Raven nak, sini duduk kita tunggu kakak dan adik kamu lalu sarapan bersama" ucap Linda saat melihat putranya yang sudah turun dengan pakaian rapi "Iya mah" jawab Raven yang melihat telah ada nenek dan papanya di meja makan yang terlihat tenang, itu tandanya ia tidak ketahuan bukan? "Selamat pagi semua" sapa Nala riang gadis berusia tujuh belas tahun yang kini duduk di bangku akhir sekolah menengah atas "Duduk sayang, kita tunggu kakak kamu" ucap Linda lembut "Baik mama" jawab Nala tersenyum lebar Tap Tap Tap Langkah kaki yang terdengar begitu tegas sudah membuat mereka tahu siapa pemiliknya yang baru saja turun dari kamarnya dengan pakaian kerjanya yang selalu terlihat rapi dan cocok di tubuh idealnya "Selamat pagi nak, ayo duduk kita mulai sarapannya" ajak Linda lembut "Selamat pagi kakak" sapa Nala riang Dan seperti biasanya Ruby hanya diam tanpa repot-repot membalas sapaan ibu dan adik tirinya dan hal itu mengundang tatapan geram dari adik laki-lakinya yang merasa tak terima ibu dan adiknya di perlakukan seperti itu namun apa daya ia hanya bisa diam karena saat ini dia tak bisa berbuat semaunya "Duduk di tempatmu Queen" suara Revana terdengar memecahkan suasana dingin ini "Iya Oma" jawab Ruby seadanya Sarapan berlangsung tenang sampai suara Arlend sang kepala keluarga terdengar menanyai putranya "Raven bagaimana kuliahmu, kau akan tetap melanjutkannya kan?" Tanya Arlend tegas "Iya aku akan melanjutkannya mulai hari ini" jawab Raven seadanya "Papa tidak ingin mendengar kau berbuat ulah lagi Raven dan kau secepatnya akan mempelajari mengelola perusahaan seperti kakakmu" peringat Arlend "Aku tidak ingin mengurus perusahaan pah, jangan terus memaksaku " tolak Raven menahan amarah "RAVEN!" Bentak Arlend "Jika dia tidak mau tidak perlu memaksanya, lagi pula apa yang bisa di harapkan dari anak sepertinya" celetuk Ruby merendahkan adiknya "Tarik ucapanmu itu" Geram tertahan Raven dengan wajah memerah menatap sang kakak dan Ruby justru menikmati tatapan kebencian itu "Raven, bicara yang sopan pada kakakmu" tegur Linda yang tentu saja diabaikan oleh putranya yang sedang marah "Apa yang salah dengan ucapanku, jika saya salah maka buktikan kau bisa mengelola perusahaan sama seperti ku atau jika perlu kau harus buktikan jika anak manja seperti mu bisa melebihi kemampuan ku" ucap Ruby dengan tatapan menantang pada adik tirinya "Aku akan buktikan padamu" kesal Raven kembali memakan sarapannya dengan wajah tertekuk "Sudah, lanjutkan sarapan kalian" titah Revana "Emm, kakak hari ini aku boleh gak berangkat bareng kak Ruby?" Tanya Nala penuh harap "Tidak" jawab singkat Ruby "Tapi... "Apa di Mension ini kekurangan supir?, atau mereka malas bekerja?, jika benar saya akan memecat semuanya " titah Ruby beruntun "E-eh tidak kok kak, aku hanya ingin berangkat bareng kak Ruby" cicit Nala "Habiskan sarapan mu Nala" tegur Arlend yang tak ingin ada keributan lagi "Baik pah" jawab Nala kecewa Ruby segera berangkat ke perusahaannya begitupun juga dengan Arlend yang juga akan memulai aktivitasnya lagi "Loh pak, ban motor saya kenapa di gembok gitu?" Tanya Raven pada satpam Mensionnya "Maaf Tuan Muda, kami hanya melakukan perintah Nona Muda Ruby kata Nona Muda ini hukuman karena anda berani kabur semalam" jelas sang satpam "Apa?, dia tahu dari mana?, jangan bilang kalian sudah mengadukkan ku padanya?", tuduh Raven "Tidak Tuan muda, kami mana berani mengadukan Tuan, kami juga tidak tahu kenapa Nona muda bisa mengetahuinya Tuan" jelas mereka Drrttt Drrttt Raven melihat kontak yang tertera di layar handphonenya yang ia beri nama 'wanita galak' yang tak lain adalah kakak tirinya "Hallo" ucap Raven kesal "Kau menyalah kan orang lain lagi karena kesalahan mu, apa kau memang sulit untuk sadar diri? Sadari posisimu dan terima konsekuensi karena kesalahan yang kau buat sendiri, harusnya kau bersyukur saya tidak membakar motormu itu atau memblokir kartu debitmu" ucap Ruby di seberang sana dan langsung mematikan sambungannya tanpa menunggu jawaban Raven membuat adik tirinya hanya bisa mengumpat di seberang sana "Arrghhh sialan, kenapa dia selalu mengganggu hidupku dasar nenek lampir, kakak tiri jahat, wanita kutub gila argggh" geram Raven mengamuk sendiri membuatnya menjadi tontonan para penjaga Mension keluarganya Dengan sangat terpaksa Raven meminta supir mengantarnya ke kampus karena ini hari pertamanya lagi kembali ke kampus .....>Mension Alvaughan... Ruby turun lebih dulu dari mobilnya diikuti dengan Raven yang masih memasang wajah datar dan Nala yang terlihat senang berada semobil dengan kedua kakaknya "Panggil dokter kepercayaan keluarga saya dan minta dia mengobati mereka" titah Ruby pada Lexa "Baik Nona" jawab Lexa patuh Ruby berjalan lebih dulu memasuki Mension keluarganya dan ternyata nenek, papa dan wanita yang menjadi ibu tirinya tengah menunggu kehadiran ketiganya "Ya ampun Ruby, Raven, Nala apa yang terjadi nak dan kenapa wajah mu terluka seperti ini Raven?", khawatir Linda "Aku baik-baik saja mah hanya luka kecil" jawab Raven seadanya namun masih dengan wajah datarnya "Queen, apa yang terjadi?" Tanya Revana pada Ruby "Masalah kecil Oma" jawab Ruby jujur "Kali ini apa lagi yang kau lakukan Raven?, kau membuat papa harus meninggalkan rapat penting karena ulahmu lagi
Tok Tok "Permisi Nona" ucap Lexa yang datang terburu-buru di ruangan bosnya "Ada apa?" Tanya Ruby yang terlihat masih fokus dengan laptop di hadapannya "Nona muda Nala dan Tuan muda Raven berada di kantor polisi, Nona" jelas Lexa serius Ruby masih terlihat santai seakan berita itu sama sekali tidak penting untuknya "Lalu apa urusannya denganku?" Tanya Ruby tak minat "Nona muda Nala menghubungi saya dan mengatakan jika Tuan Arlend dan juga Nyonya Linda sedang berada diluar kota menghadiri acara bisnis dan Nona muda Nala tak tahu harus menghubungi siapa" jelas Lexa lagi "Kau saja yang urus kedua anak itu, jangan merepotkan ku" titah Ruby jengah "T-tapi Nona, anak-anak yang juga di bawa bersama mereka lebih tepatnya lawan perkelahian Tuan muda Raven merupakan anak yang berasal dari kalangan atas, dan mungkin nona muda Nala dan Tuan muda Raven akan sul
Mobil yang Raven tumpangi kini tiba di halaman kampusnya dan dengan perasaan dongkol dan wajah yang tertekuk Raven keluar begitu saja dari mobil mewah itu tanpa mengatakan apapun pada sang supir "Wow Ven sejak kapan nih lo jadi anak mami gini sampai di antarin supir segala" ledek Lucas yang memang saat ini para sahabatnya sedang santai duduk di atas motor mereka yang terparkir di halaman kampus "Motor gue lagi di tahan sama nenek lampir sialan itu karena semalam dia tahu gue gak pulang" ucap Raven kesal "Nenek lampir?, nenek lo?" Tebak Kafa "Kakak tiri gue" jawab Raven sewot "WHAT???,KAKAK TIRI LO?" Kaget Lucas dan Kafa bersamaan "Ck, kenapa lo berdua heboh banget sih, gue juga pernah bilang kan keluarga gue gak akur dan gue punya kakak tiri yang menjengkelkan dan itu alasan gue gak pernah bawa lo semua kerumah gue" jengah Raven "Otak temen lo kapasitasnya memang kecil, maklumi saja", celetuk Vaska membuat mood Raven berubah cepat dan tertawa "Sialan banget lo, kalau saja g
"Raven" "Ven" "Oi Ven" "Apasih, lo ganggu tidur gue sialan!" Geram Raven masih setia menutup matanya walau merasa terganggu saat namanya terus saja dipanggil "Lo gak pulang semalaman, dodol" cibir Lucas yang baru saja terbangun dari tidurnya dan menyadari jika Raven malah menginap di markas karena keasikan bermain game bersama mereka "Ada apa sih Cas berisik banget lo pagi-pagi" keluh Kafa yang merasa tidurnya juga terganggu "Lihat tuh anak, baru hukumannya selesai sudah berbuat ulah lagi" keluh Lucas "VEN WOI RAVEN NENEK LO DATANG VEN" teriak Kafa tiba-tiba membuat semua orang terbangun karena teriakan lantangnya "Anj*ng, dimana nenek tua itu?" Kaget Raven terbangun dari tidurnya dengan kaget "Sialan!, berisik" umpat Algarrel "Hehehe sorry rel, habisnya nih anak susah banget bangunya" ucap Kafa cengengesan "Mana tuh nenek-nenek?" Tanya Raven lagi dengan suara serak khas bangun tidur "Tidak ada siapa-siapa tuh" jawab Kafa santai "Bangs*t lo" umpat Raven "Pulang s
Setelah pertemuan singkat Ruby dengan seorang pria yang akan neneknya jodohkan dengannya, wanita itu kembali berkutat dengan pekerjaan yang selalu menyibukkannya hingga membuatnya selalu pulang di malam hari seperti hari ini wanita cantik itu sedang mengendarai mobilnya sendiri untuk kembali pulang di Mension keluarganya saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam "Selamat malam Nona muda" sapa para penjaga yang bekerja di Mension keluarganya "Tolong, parkirkan mobil saya" titah Ruby "Baik Nona" jawabnya Ruby melangkah masuk ke dalam Mension keluarganya dan hal pertama yang dilihatnya adalah sang nenek yang sepertinya sedang menunggunya sejak tadi "Sepertinya aku akan terkena omelannya lagi" guman Ruby namun apa yang terjadi selanjutnya justru membuat wanita cantik itu mengernyit heran "Kau terlihat lelah sayang, istirahatlah" ucap Revana sang nenek yang bersikap lembut pada Ruby "Kali ini apa lagi yang Oma rencanakan?" Selidik Ruby "Kenapa kamu terus mencurigai Oma sih, Om
Pagi ini cuaca terlihat mendung buliran embun masih terlihat begitu jelas seakan menikmati suara burung yang terdengar saling bersahutan Tok TokSeorang wanita yang terlihat selalu cantik walau dengan wajah polosnya yang terlihat baru saja terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu dengan ketukkan di pintu kamarnya Ceklek"Ada apa?" Tanya wanita cantik yang tak lain adalah Ruby saat melihat ibu tirinya yang ternyata pelaku dari ketukan pintu di kamarnya itu"Nak, turun lah kita sarapan bersama" pinta Linda lembut"Lain kali tidak perlu repot-repot datang kesini untuk membangunkan ku, saya menggaji para Maid untuk melakukan tugas mudah seperti ini" sarkas Ruby yang langsung menutup pintunya begitu saja tanpa mendengar sedikit pun jawaban LindaLinda sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan tingkah anak tirinya karena hal seperti ini sudah sangat biasa untuknya, wanita parubaya itu memilih untuk kembali turun ke lantai bawah bersama yang lainnya untuk menunggu Ruby se







