Share

Bab 2

Penulis: Cath
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-15 19:04:18

Empat tahun berlalu.

“Melamun saja.”

Isabella tersentak kaget melihat kedatangan sahabatnya, Xander.

“Kau tidak bekerja?” tanya Isabella saat melihat pakaian santai yang dipakai Xander.

Xander duduk di sofa ruang kerja Isabella. “Aku ingin refreshing dulu. Tetapi pikiranku tidak bisa tenang, sebab aku ragu memberi semua tugas pada sekertarisku.”

“Kenapa kau ragu? Bukannya sekertarismu itu cerdas menangani para investor perusahaanmu?”

“Sudah ku pecat, Bella,” ujar Xander dengan santainya.

Isabella memandang Xander bingung. “Kau ini sebenarnya ingin sekertaris seperti apa? Aku tidak tahu, sudah terhitung berapa banyak sekertarismu dalam setahun ini yang kau pecat.”

“Seperti dirimu.” Xander menatap Isabella.

Isabella berdecak. “Kau ingin stetoskopku melayang ke kepalamu itu hah?!”

Xander menyengir. “Bercanda.”

“Aku yakin sekali kau memecat sekertarismu itu dengan alasan yang sama dengan sekertaris sebelumnya.” Isabella berkata tanpa menatap Xander, ia fokus membaca hasil pemeriksaan pasien-pasiennya.

Kinerja para mantan sekertarisnya memang bagus, akan tetapi mereka akan berakhir manyatakan rasa cintanya dan Xander tidak menyukai itu.

Menurutnya itu tidak professional dan lagi Xander menjadi tidak nyaman, sebab para mantan sekrtarisnya selalu berlaku tidak sewajarnya sekertaris pada umumnya.

Misalnya, menggodanya dengan pakaian ketat atau terbuka, mengajaknya untuk tidur bersama secara terang-terangan. Xander tidak habis pikir.

“Kau memang tahu betul isi hatiku ini, Bel. Bukankah ini pertanda kita berjodoh?” Xander ternyum jahil.

“Dalam mimpimu!” ketus Isabella.

Xander terbahak. “Kau menggemaskan sekali.”

Isabella memutar matanya malas. “Jadi, sekertarismu sekarang laki-laki?” tanyanya.

“Wah, bagaimana kau bisa mengetahuinya? Apa yang kukatakan benar, kita memang berjodoh!” balas Xander antusias.

“Sekali lagi kau berbicara seperti itu, jarum suntik akan menusuk bibirmu!” Isabella melolot pada Xander. Kesal pria itu selalu berkata ‘kita memang berjodoh’

Xander menatap Isabella ngeri. “Kau menakutkan. Kau ingin membuat bibirku membesar seperti Kylie Jenner?”

“Akan kubuat bibirmu sebesar balon, mau?”

“Bella, mengapa kau jadi menyeramkan!”

“Diam!”

“Baik, Ma’am!”

Xander pun tidak berbicara lagi. Ia menatap Isabella yang sudah fokus pada kertas-kertas di mejanya. Mulutnya gatal sekali ingin berbicara lagi.

Menganggu Isabella itu hal yang menyenangkan. Melihat wajah wanita itu selalu cemberut, sangat menggemaskan.

“Kau tidak ingin pulang? Aku harus memeriksa kembali pasienku.” Isabella bertanya pada Xander.

Tidak ada jawaban. Isabella kembali memanggil Xander. “Kau mendegarku tidak?” dirinya masih fokus membaca data pasiennya.

Tidak ada jawaban juga.

Isabella menangkat kepalanya, menatap kesal Xamder yang juga sedang menatapnya. “Kau punya mulut tidak?!”

Xander menangguk.

“Xander, jangan bercanda.”

Xander menggeleng.

“Kau—“ Ah, Isabella ingat tadi menyuruh Xander untuk diam. Lagipula kenapa pria itu juga menurutinya?!

“Aku izinkan kau berbicara. Jawab pertanyaanku yang tadi,” ucap Isabella.

Xander tertawa terpingkal-pingkal. “Baiklah, aku akan pulang.” Kemudian ia bangkit. “Salam untuk kedua kembaran itu. Aku merindukannya. “Setelah itu Xander keluar dari ruangannya.

Mendengar ucapan Xander, Isabella jadi teringat undangan pernikahan temannya pekan depan yang bertepatan dengan ulang tahun kedua anaknya—Jayden dan Iriana.

Isabella menjadi sedih tidak bisa membuat acara yang besar untuk kedua anaknya, sebab hanya beberapa orang yang tau, Isabella sudah mempunyai anak.

Keluarga Isabella lumayan dikenal akan kekayaannya dari zaman dulu. Keluarga Aderson mempunyai kebun anggur yang berhektar-hektar serta perusahaan minyak yang besar.

Isabella sengaja menyembunyikan Jayden dan Iriana sementara waktu. Ia takut mehancurkan nama baik keluarganya dan Isabella lebih takut pada pria itu—Javier mengetahui dirinya mempunyai anak, lebih tepatnya anak mereka.

***

"Mommy! Mommy!"

Isabella tersenyum mendapati kedua anaknya berlari memasuki ruang kerjanya.

"Mommy! Pick me up!" Jayden mengangkat kedua tangannya di hadapan Isabella.

Sedangkan Iriana memilih duduk disofa dengan memainkan boneka unicorn-nya.

Isabella mengangkat Jayden untuk ia gendong, "Kenapa kau suka sekali digendong, hm?"

Jay tertawa, ia memeluk leher Isabella. “Mmm...wanginya...aku menyukai wangi Mommy seperti wangi bunga..."

"Manja sekali..." sahut Iriana memandang Jayden.

"Diamlah kau anak kecil," balas Jayden.

"Hei, Jay kau juga masih kecil, wleee…” Iriana menjulurkan lidahnya.

"Mengapa kau begitu menyebalkan? Mommy tidak menyebalkan seperti kau, apa jangan-jangan kau bukan anak Mommy ya?!"

Mata Iriana berkaca-kaca mendengarnya. "Mommy..." Iriana menangis.

Isabella langsung menghampiri Iriana, ia duduk disofa lalu mengangkat Iriana untuk duduk dipangkuannya. Kini paha kirinya diduduki Jayden dan paha kanannya Iriana.

Isabella mengecup pipi tembab Iriana. "Cup...cup...Jay hanya bercanda saja sayang."

Iriana mengusap air matanya dan menatap Jayden si hadapannya penuh permusuhan.

"Ana benci Jay..." ucap Iriana masih tersiak.

"Sttt...tidak boleh berbicara seperti itu sayang. Jay sangat menyayangi Ana, Jayden selalu menemani Ana tidur dan bermain." Isabella menasehati.

Isabella menatap kedua anaknya bergantian. "Ayo Jayden minta maaf kepada Ana dan Ana juga minta maaf pada Jay," pintahnya.

Jayden bersedekap dada lalu mengerucutkan bibirnya, "Ana dulu yang minta maaf padaku, karena dia memulai duluan." tegas Jayden.

Isabella sangat tahu watak dari anak laki-lakinya begitu aroggant dan tidak mau mengalah.

"Jay dulu yang mengatai Ana anak kecil!" Iriana tidak terima.

"Kau yang mengataiku terlebih dahulu." balas Jayden.

"Kalau kalian masih bertengkar, Mommy keluar saja."

Jayden menghembuskan nafasnya kesal, ia memilih mengalah.

"Aku minta maaf atas perkataanku yang membuatmu menangis. Kau harus mengubah sifat burukmu yang mengatai orang, Ana. Sudah sering kau seperti itu, itu tidak sopan Ana. Aku tahu kau hanya bercanda, tetapi kau harus mengerti situasi terlebih dahulu,” ucap Jayden.

Isabella menatap kagum anaknya. Jayden memang genius, diusianya 4 tahun sudah bersikap layaknya orang dewasa. Jayden juga menguasai beberapa bahasa, seperti Rusia, Italia, Arabic, dan English tentunya.

“Ana itu Jay sudah meminta maaf, ayo kalian berbaikan,” kata Isabella.

"Baiklah…permintaan maaf Jay sudah Ana terima. Terima kasih Jay," balas Iriana tersenyum lebar.

Jayden menatap Iriana, seperti menyuruhnya kembali berbicara.

"Ada apa?" tanya Iriana polos.

Sedangkan Isabella sudah tertawa melihat kedua anaknya yang menggemaskan.

"Kau tidak meminta maaf?"

Mata indah Iriana membola, "Oh, Ana lupa! Ana minta maaf Jay, Ana tidak akan mengulangi kembali. Ana janji..." Iriana mengulurkan kelingkingnya dan dibalas dengan Jayden.

Keduanya pun tertawa khas anak kecil. Isabella tersenyum melihatnya.

"Sudah selesai perangnya?" Jayden dan Iriana terkikik mendengarnya. "Sekarang mau bermain dengan di taman?" tanya Isabella

"Yes, Mommy!" seru keduanya dengan antusias.

***

Coullard Company in Milan, Italy.

Di sebuah gedung pecakar langit yang tinggi, Javier mengisap rokoknya dengan santai, asap mengepul di ruang kerjanya.

Ia memandang pemandangan gedung-gedung tinggi dibalik kaca yang mengiasi hampir seluruh ruangannya.

"Aku tahu, Mom."

"Jika kau tahu maka kau tidak sibuk saja dengan pekerjaanmu! Wanita di luar sana banyak yang tergila-gila padamu, namun kau menyia-nyiakan!"

"Aku tidak bisa berkomitmen, kau sudah tau itu Mom."

"Sampai kapan? Ingat, kau sudah tua, Jav. Orang tua mu juga sudah tua, aku mengiginkan cucu dan jangan kau lupa bahwa keluarga kita juga butuh pewaris."

"Mengapa tidak anak Kathrine saja?" Kathrine adalah adiknya yang sudah menikah dan mempunyai anak perempuan.

"Kau bercanda? Kita butuh pewaris laki-laki dan anak Kathrine adalah perempuan. Jadi tidak bisa menjadi pewaris keluarga kita."

Javier mengacak rambutnya, ia tidak mengerti pola pikir Lauren—ibunya yang mengharuskan laki-laki sebagai pewaris.

Javier sadar dia sudah berumur 35. Tetapi, ia belum siap menjalin ikatan hubungan dengan siapapun. Kehidupan pernikahan tidak semudah itu.

"Pikirkan kembali, Jav. Kalau tidak Mom akan mengambil jalur perjodohan."

Javier berdecak. masih ada perjodohan dimasa sekarang? yang benar saja!

"Perjodohan? yang benar saja, Mom."

"Hei, boy. Kau pikir di zaman sekarang tidak ada lagi perjodohan? Asal kau tau, masih banyak orang tua menjodohkan anak mereka, sebab ingin mendapatkan pasangan yang terbaik."

"Bagimana, Jav? Kau ingin mencari pasanganmu sendiri atau dijodohkan oleh teman anak Mom?"

"Tentu saja aku akan mencari sendiri."

"Mom ingin secepatnya dan jangan lupa tidak memilih sembarang wanita. Memang banyak yang menyukaimu, tetapi pilihlah wanita yang bisa membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik."

Setelah kurang lebih setengah jam lamanya Lauren menelpon selesai juga dan akhirnya Javier bisa bernafas lega. Ngomong-ngomong mengenai pembicaraannya dengan Lauren tadi membuat Javier mengingat seorang wanita uang ia temui di club empat tahun yang lalu.

Ketuk pintu membuyarkan lamuan Javier, "Masuk." perintahnya.

Seorang berpakaian rapih menghampiri Javier lalu membungkukan badannya, "Tuan, saya sudah mendapat informasi yang tuan perintahkan."

"Katakan."

"Isabella Aderson, anak tunggal keluarga Aderson. Lahir di Saudi Arabia, kota Dubai. S1 Yale University dan S2 Harvard University. Kini ia berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit ternama di Amerika. Tempat tinggal di kota Los Angeles." Tayler—orang kepercayaan Javier membeberkan informasi yang ia dapat.

"Isabella Aderson?" batinnya. Javier menggeram. Jadi di awal pertemuan mereka wanita itu mempalsukan namanya?!

Javier tentu tau siapa keluarga Aderson. Ia pernah beberapa kali bertemu di acara khusus dengan Sam Aderson—ayah Isabella.

Keluarga tersebut memang sangat private. Hanya beberapa orang yang tau Aderson memiliki kebun anggur dan perusahaan minyak terbesar dan Javier tau Sam merupakan investor besar bagi perusahaan besar.

"Kau hanya mendapati informasi itu saja?"

"Maafkan saya, Tuan, identitas wanita tersebut sulit sekali dicari, karena dilindungi oleh keamanan tingkat tinggi," jelas Tayler.

Javier mengangguk, memahami. Dia juga tahu keluarga Aderson memang sangat tertutup, bahkan publik tidak tahu berapa dan siapa anak Sam Aderson.

Publik hanya mengenal Sam Aderson dan istrinya—Andrea Aderson.

Pantas saja jika wanita yang ia kira bernama Carol tersebut susah ditemukan. Untungnya Javier mengingat ciri-ciri wajah wanita itu.

Selama empat tahun belakangan ini orang-orang kepercayaannya terus mencari identitas wanita itu yang sulit dicari. Javier pikir wanita itu bukanlah wanita sembarangan.

Jadi Javier tidak kaget saat Tayler menceritakan wanita yang ia cari ternyata benar dari keluarga yang mempunyai pengaruh besar.

"Kau boleh keluar."

"Baik, tuan." Tayler membungkukan badannya sebelum berlalu.

Well, Isabella Aderson, ia tidak menyangka wanita tersebut berada di Amerika. Javier jadi mengingat malam yang indah bersama Isabella.

Malam yang terus terngiang dikepalanya.

Isabella benar-benar menguasai pikirannya empat tahun belakangan ini. Javier menghembuskan rokoknya kembali, ia tersenyum penuh arti.

"I got you."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 70

    "Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 69

    Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 68

    Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 67

    Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 66

    FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s

  • Obsesi CEO Arogan   bab 65

    Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status