Engelberg, Switzerland.Satu kata untuk kota Engelberg, damai dan indah. Isabella memilih villa di desa ini sebab pemandanganya yang luar biasa, bagaikan lukisan nyata. Bahkan dari villanya bisa melihat pemandangan Mount Titlis, gunung salju yang abadi. "Ana sangat sangat sangat sangat sangat menyukai tempat ini..." seru Iriana dengan semangat. "Mami mengapa memilih tempat yang jauh dengan tempat acaranya dilaksanakan?" tanya Isabella.Acara World Economic Forum dilaksanakan di kota Davos, sedangkan mereka di Engelberg. Jika menaiki mobil bisa menempuh waktu sekitar 3 jam lamanya. "Aku ingin menikmati pemandangan di sini," balas Diana. "Aku juga menyukainya Grandma! Ini seperti di dongeng! Wah aku tidak menyangka memasuki negeri dongeng!!!" Iriana melompat riang melihat pemandangan disekitarnya. "Apakah itu gunung yang dikatakan salju abadi?" Jayden menunjuk gunung Titlis. "Benar, dari mana kau tau Jay?" tanya Isabella. "Aku membaca mengenai seluruh isi Switzerland saat di pes
Jantung Isabella seakan berhenti berdetak melihat Jayden berlari menghampirinya. Ia menyempatkan melirik Javier yang terpaku akan kehadiran Jayden. "Mommy!!! Mommy kemana saja? Ana terus menangis dan itu berisik sekali!" gerutu Jayden. Isabella masih terpaku, badan ia seolah mati rasa. Sementara Javier menurunkan badannya agar sejajar dengan Jayden. "Kau pendek sekali." Jayden yang tidak terima, langsung menatap Javier tajam. "Aku masih berumur empat tahun asal kau tau, Tuan." Isabella yang baru menyadari Jayden berbicara pada Javier, langsung ia tarik tangan anaknya. "Ayo Jay." Isabella menarik tangan mungil Jayden, namun Jayden masih terdiam menatap Javier. "Mengapa kau memanggil dia Mommy?" Javier bertanya pada Jayden lalu menujuk Isabella. "Jay ayo...Ana pasti sudah menunggu." Isabella gelisah, mencoba membujuk Jayden untuk menjauhi Javier."Wait a minute, Mommy. Aku ingin berbicara dengan tuan ini sebentar." Jayden berkata. Isabella tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
Isabella hanya bisa pasrah saat Javier memaksanya untuk pulang bersamanya. Kini Isabella dan kedua anaknya berada di pesawat private milik Javier. Sedangkan Diana pulang dengan pesawat keluarganya.Isabella tidak berani menatap Javier setelah kejadian Iriana mengatakan daddy-nya adalah Xander. Javier juga tidak mentakan apapun setelah itu. Pria itu bersikap dingin sekarang dan Iriana tidak berani berbicara dengannya juga. "Kenapa kau mengatakan Mr. Xander adalah daddy kita?" bisik Jayden pada Iriana yang duduk disampingnya. "Huh? Hei, Daddy kita selama ini hanya Daddy Xander. Lagipula Ana tidak suka pria itu, dia mempunyai mata yang menyeramkan! Ana lebih menyukai Daddy Xander karena saat tertawa lucu sekali!" bisik Iriana. "Kau menyukai Mr. Xander yang selalu menyebarkan bau mulutnya? Kau tidak salah, Ana? Saat dia tertawa pun tidak lucu justru mengerikan. Mana ada orang tertawa mulutnya melebar dan membentuk lobang seperti goa?" Jayden merinding."Ish! Mengapa kau tidak suka seka
Isabella tersentak melihat Xander ada di rumahnya. Bukankah pria itu sedang ada di Italia dan mengapa Xander menatap Javier seolah mengenal pria tersebut. “Jav? Kau mengenal Bella?” Xander menatap Javier dan Isabella bergantian. Isabella langsung berkata. “Xander? Bukankah kau sedang di Italia?” “Aku mempercepat kepulanganku, sebab aku rasa lebih baik menghadiri acara ulang tahun si kembar,”balas Xander sambil melirik Javier. “Daddy Xander!” Iriana sudah terbangun, ia meminta Isabella untuk menurunkannya. Kemudian berlari menuju Xander. Xander menangkap Iriana yang meloncat padanya kemudian menggendongnya. “I miss you, Daddy Xander!” Iriana mengecup bergantian pipi Xander.Xander terkekeh, melihat kegemasan Iriana. “Me too.” Isabella masih dalam diamnya. Ia tidak menyangka akan secepat ini. Niatnya memperkenalkan Javier di waktu yang tepat. Sedangkan Jayden sudah menatap tidak suka Xander. Ia menoleh pada Javier. “Daddy angkat aku juga. Aku ingin Daddy menggendongku.” bisik Ja
Xander menarik kerah kemeja Javier, ia berdesis. "Aku tidak salah dengar kan?"Tanpa basa-basi Xander menerjang Javier. Pukulan terus diterima Javier, ia memang pantas mendapatkannya. Setelah itu Javier mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah, ia merasa sepertinya robek. Xander terus memukul perut Javier, hingga terbatuk dan mengeluarkan darah."Bajingan! Aku tidak menyangka pria yang membuat hidup Bella hancur ada di dekatku selama ini!" Xander berteriak Teriakan Xander terdegar hingga kuping Isabella. Wanita itu bergegas melakang menuju taman belakang. Isabella memekik kencang melihat Xander memukuli Javier yang sudah babak belur. "Stop!!!" Isabella melangkah mendekat untuk memisahkan keduanya. Namun, Xander gelap mata, ia tidak menghiraukan adanya Isabella yang berusaha melerainya. "Aku tidak sudi mempunyai kakak seperti dirimu!" "Xander, stop!!! Aku mohon...stop!!!" Mata Isabella sudah berkaca-kaca tidak tega melihat Javier yang sudah lemas, seperti sedikit lagi pria itu
"Bercinta. Aku ingin bercinta denganmu malam ini, Isa."Sontak Isabella terkaget. Ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Javier melangkah menuju kasurnya. "J-jav...kau masih terluka..." Isabella terbata-bata. Ia belum siap mengulang kejadian malam itu. Javier merebahkan Isabella kemudian menindih wanita itu. Lihat, betapa indahnya pemandangan Isabella di atas sini. "Ini hanya luka kecil." Isabella menatap Javier tidak percaya. Luka kecil katanya? Muka pria itu berdarah dan lebam biru."T-tapi..." Isabella mengigit bibirnya. Javier yang melihat itu langsung mengusap bibir Isabella. "Jangan mengigit bibirmu di depanku." Masih dengan mengusap bibir lembut Isabella.Manik Javier dan Isabella saling menatap dalam. Tidak tahu kapan bibir mereka kembali bertemu, dalam belitan yang mengebu-ngebu. Javier melepaskan tautan bibir mereka, menurunkan kepala, mengecup, menjilat, lalu mengisap leher Isabella hingga menimbulkan kemerahan. Isabella mengigit bibirnya menahan desahan saat dadanya d
Wiliam adalah adik laki-laki dari daddy-nya. Wiliam di kenal kriminal, karena tidak terhitung berapa kali ia keluar penjara. Wiliam di penjara paling lama hanya satu minggu, karena pria itu memilik banyak uang. Membayar kepolisian hal yang mudah baginya.Pria itu mempunyai bisnis yang ilegal, seperti bandar narkoba, menjual senjata ilegal, serta perdagangan manusia. Tidak heran ia mempunyai banyak uang. Sebab, Wiliam adalah ketua mafia di Russia. Sudah lama Javier tidak mendengar nama Wiliam lagi. Menurut informasi anak buahnya, pria itu selama ini hanya fokus pada organisasi mafianya. "Kau sudah mendengarnya?" Javier menoleh saat mendengar suara Xander. "Ada urusan apa kau di sini?" Xander memutar matanya. "Oh c'mon, man. Kau marah padaku? Maafkan aku memukul mu kemarin, tetapi bukannya kau pantas menerimanya?" sinisnya. Javier berdecak. "Untuk apa aku marah? Buktinya aku tidak membalas pukulanmu. Kalau aku marah, kau sudah terbaring di rumah sakit." "Kau sudah mendengar Wilia
"Siapa ini, Jav?" Manik Lauren menatap Isabella bingung kemudian bergeser pada Jayden dan Iriana yang duduk di seberang Isabella. "Astaga! Apa ini nyata?!" pekik Lauren saat melihat Jayden dan Iriana.Lauren melangkah cepat mendekati keduanya. "J-javier! Kau bisa menjelaskan semua ini?!" Javier menghela nafas, ia tidak duga ibunya akan mengetahui secepat ini. "Anakku," ujarnya dengan tenang. Isabella kaget mendengar ucapan Javier, ingin ia menoleh untuk menatap pria itu, namun Isabella masih kesal akan perilaku Javier padanya.Jayden menyudahi makannya lalu menatap seorang wanita tua di hadapannya. "Salam, perkenalkan aku anak mereka dan ini kembaranku." Seraya mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan. Lauren memandang Jayden takjub. "Kau sangat cerdas!" Jayden tersenyum."Iriana, berhenti mengunyah dan perkenalkan dirimu," pintah tegas Jayden. Iriana cemberut memandang kesal Jayden. Ia melirik ke arah Lauren dan berkata malu-malu. "H-hallo..." Jayden langsung tertawa menden