Home / Romansa / Obsesi Dosen Tampan / 18. Zelda & Fitnah.

Share

18. Zelda & Fitnah.

Author: Amaleo
last update Last Updated: 2025-11-18 15:47:49

Zelda tidak pernah menyangka bahwa pemandangan di hadapannya akan terlihat se-absurd itu. Saat ia masih berbicara dengan Noah, seorang wanita tiba-tiba masuk dan memeluk Noah tanpa peringatan apa pun.

Gerakan itu begitu mengejutkan hingga Zelda membeku di tempat.

Waktu seolah melambat. Hanya degup jantung Zelda yang terdengar keras, dan ada sensasi menusuk—seperti kejutan listrik kecil—yang menyambar dadanya ketika ia melihat Noah dipeluk oleh wanita lain.

Napasnya tercekat. Ia meringis tanpa suara, juga tertegun oleh perasaan yang bahkan tidak sanggup ia artikan.

‘Wanita itu … calon dosen yang ramai dibicarakan satu kampus hari ini. Siapa sebenarnya dia …?’ batinnya bertanya-tanya.

Noah pun tampak sama terkejutnya. Tubuhnya menegang, seolah tak siap menyambut pelukan itu. Kedua tangan besarnya perlahan terangkat, menangkup kedua bahu wanita itu dengan hati-hati, berusaha melepaskan diri tanpa menyinggung.

Namun wanita tersebut tampak enggan melepas, bahkan menempel lebih erat sesaa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-120. Coffee Truck ‘The Daily Grind’ dan Ancaman Jarak Jauh.

    Kevin berdiri tegak di atas atap van yang dimodifikasi itu, satu tangan masih terangkat. Senyumnya santai, tapi cukup percaya diri untuk menarik perhatian ratusan pasang mata. Beberapa detik hening berlalu. Lalu, bisik-bisik mulai menjalar seperti riak air. “Eh, itu siapa?” “Kenapa ada coffee truck …?” “The Daily Grind? Bukannya itu kedai terkenal di dekat sini?” “Temannya Zelda, ya?” “Seriusan? Bagi kopi di kampus?” “Ini acara apa, sih?” Zelda sendiri justru paling kebingungan. Ia menatap logo The Daily Grind di sisi van itu lama, alisnya berkerut halus. Jantungnya berdegup tidak sinkron. Sejak kapan …? Kevin punya coffee truck? Selama ia bekerja shift dulu—menutup kedai, menyeduh kopi, dan melayani pelanggan sampai larut malam—Kevin tak pernah sekalipun menyebut soal ini. Tidak ada bocoran, tidak ada rencana, maupun tidak ada isyarat sekalipun. “Apa yang aku lewatkan …?” gumam Zelda berbisik. Sebelum pikirannya semakin liar, suara tepuk tangan tunggal terd

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-119. Selamat Datang Kembali, Zelda!

    Mobil berhenti tepat di depan gerbang utama. Zelda menatap keluar jendela, mata membulat perlahan—seolah tak percaya apa yang dilihatnya.Ratusan mahasiswa berdiri berbaris rapi di dua sisi jalan setapak menuju gedung fakultas. Mereka memegang spanduk kecil berwarna putih dengan tulisan tangan ….“WELCOME BACK, ZELDA!”“MAAFKAN KAMI.”“KAU INSPIRASI KAMI.”Dan spanduk besar di tengah bertuliskan ….“SELAMAT DATANG KEMBALI, ZELDA LYNN!”Bunga-bunga segar—mawar putih, lily, dan daisy—digantung di pagar dan dipegang oleh mahasiswa. Udara sore dipenuhi aroma bunga yang manis, bercampur suara tepuk tangan pelan yang mulai bergema saat mobil berhenti.Zelda menutup mulutnya dengan tangan. Air mata langsung menggenang.Noah membuka pintu mobil, lalu mendorong kursi roda Zelda keluar dengan hati-hati. Zara mengikuti di belakang, matanya berkaca-kaca tapi senyumnya lebar.Begitu Zelda muncul, tepuk tangan meledak.“Zelda!!”“Selamat datang!!”“Maafkan kami!!”Suara-suara itu bercampur—ada yang

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-118. Penyambutan Zelda di Kampus.

    “Zelda …” suara Michael parau, rendah. “Terima kasih sudah mau datang.”Zelda tidak langsung menjawab. Ia menatap pria itu lama—mencari sesuatu di wajah yang selama ini hanya jadi bayangan buruk di cerita ibunya.Michael menelan ludah. “Aku … tidak tahu harus mulai dari mana.”Zelda mengangguk pelan. “Mulai dari mana saja, Sir.”Michael tersenyum kecil—pahit. “Aku sudah gagal sebagai ayah. Untuk Noah. Untuk Noelle.”Zelda menegang. Zara di sampingnya diam saja, tapi tangannya menggenggam tangan Zelda lebih erat.Michael menghela napas panjang dengan suara rendah yang tercekat. “Sebelas tahun yang lalu ….”Ia mulai melanjutkan. “Selama ini, aku tahu semua yang terjadi di St. Andrews,” lanjut Michael pelan. “Aku tahu Noelle yang sebarkan rumor itu. Aku tahu itu salah. Tapi aku diam—karena takut kehilangan kontrak Vayne.”Suara itu bergetar halus. “Aku pilih uang daripada kebenaran. Daripada martabat seorang wanita yang tidak bersalah.”Ia mengangkat wajahnya, mata berkaca-kaca. “Dan sek

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-117. Pertemuan Zelda dan Michael.

    Beberapa hari berlalu sejak pesan ancaman itu masuk. Noah tidak banyak bicara soal itu—hanya bilang “semua sudah ditangani”. Tapi, Zelda tahu pria itu tidak main-main. Saat itu juga Noah merekrut dua bodyguard dari tim Halden yang kini selalu ada di sekitar mereka.Satu mengikuti Zara setiap kali ibunya keluar masuk rumah sakit—membeli makanan, mengambil obat, atau sekadar bernapas di luar. Yang satu lagi berjaga di depan pintu kamar Zelda, bergantian shift tanpa suara.Hingga hari itu telah tiba, Zelda sudah boleh rawat jalan. Tubuhnya masih lemah—setiap langkah terasa berat, perban di dada dan perut masih menempel rapat—tapi dokter mengizinkan pulang dengan syarat istirahat total. Kuliah masih harus ditunda. Aktivitas berat dilarang keras.Sore itu, apartemen terasa lebih tenang dari biasanya. Cahaya senja menyusup lewat jendela besar, membentuk garis kuning lembut di lantai marmer. Zelda duduk di sofa, selimut tipis menutupi kakinya, secangkir teh hangat di tangan. Zara duduk di

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-116. Dua Ayah dalam Tragedi.

    Sel penjara itu terasa lebih pengap sore itu. Udara lembab menempel di kulit, bau disinfektan murahan bercampur keringat dan logam karat. Noelle Grimm duduk di ranjang bawah, lutut ditarik ke dada, tangan memeluk kaki sendiri. Matanya kosong menatap lantai—seolah mencari sesuatu yang sudah lama hilang. Rambut hitamnya kusut, wajahnya pucat tanpa riasan, tapi sisa-sisa keanggunan Grimm masih terlihat di garis rahangnya yang tegas. Chloe berbaring di ranjang atas, satu kaki menggantung santai, jari-jarinya memainkan ujung borgol yang sudah dilepas. Senyum tipis masih menggantung di bibirnya—senyum yang membuat Noelle semakin muak setiap kali melihatnya. Di luar sel, dua sipir wanita sedang bergosip pelan sambil minum kopi. Suara mereka terbawa angin koridor, cukup jelas untuk sampai ke telinga tahanan. “Eh, kau sudah dengar? Michael Grimm itu … katanya masih di tahanan, tapi kelihatannya dia beda dengan tahanan biasa,” kata sipir pertama, suara rendah tapi penuh rasa ingin tah

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-115. Pesan Ancaman.

    Pagi itu terasa lebih cerah dari biasanya. Cahaya matahari menyusup lewat tirai yang sedikit terbuka.Zelda sudah setengah duduk di ranjang, bantal menyangga punggungnya, secangkir teh hangat di tangan—pemberian Zara yang baru saja keluar sebentar untuk mengambil sarapan.Ia menatap ponsel di pangkuannya, mencoba membaca berita ringan untuk mengalihkan pikiran dari nyeri yang masih tersisa di tubuhnya. Semua terasa lebih tenang hari ini. Noah mengirim pesan pagi tadi—singkat, tapi cukup untuk membuatnya tersenyum ….“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku akan datang sebentar lagi.”Zelda tersenyum kecil mengingat kata-kata itu. Ia baru saja hendak membalas ketika ponselnya bergetar pelan.Drrt. Drrrt ….Satu pesan masuk.Dari nomor tak dikenal.Zelda mengerutkan kening dan membukanya—mungkin dari rumah sakit, atau teman kampus yang baru tahu nomor barunya. Tapi, saat membaca baris pertama, napasnya langsung tertahan ….“Zelda Lynn …. Noah terus mempertahankanmu untuk berada di s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status