Share

Ada Niat Terselubung

Penulis: Dek ita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 15:45:17

Letta yang dari awal memotret itu terdiam sejenak. Ia mengangkat kepala dan melihat Nathan yang kelihatan menawarkan diri dengan begitu tenang sekali.

“Ah, kamu pasti bercanda,” Letta menolak.

“Tidak, Letta. Ini juga demi pekerjaanmu. Aku punya jadwal meeting penting dan juga akan lebih banyak menghubungimu. Jadi, lebih baik kamu beli ponsel baru,” ujar Nathan.

“Tidak usah, Nathan. Aku akan beli kalau aku sudah terima gaji saja,” tolak Letta.

“Lalu bagaimana dengan hutangmu yang lain? Pengobatan adikmu?” singgung Nathan.

Letta terdiam setelah mendengar ucapan Nathan. Ucapan tersebut memang ada benarnya. Tidak ada waktu bagi Letta untuk menghamburkan uang untuk sekedar membeli ponsel. Bahkan untuk membeli baju saja sebenarnya ia tidak ada uang sama sekali.

Nathan melihat Letta yang demikian hanya bisa menghela napas. Ia kemudian menyumpitkan salah satu sushi dan memberikan kepada Letta.

“Sekarang lupakan bebanmu dulu. Lebih baik makan, dan pikirkan kedepannya nanti,” ujar Nathan.

Ia masih bisa makan. Air mata tak terbendung saat pertama kali mencoba gigitan dari sushi yang ia makan. Setelah sekian lama hanya bisa makan sedikit, dengan lauk seadanya, kini, Letta bisa makan sushi untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Wajah senangnya tak bisa ia sembunyikan sama sekali. Bahkan, kali ini Letta merasa seperti sempat hidup untuk beberapa saat.

Selain mentraktirnya makan, Nathan juga mengajaknya bermain ke timezone untuk bisa menenangkan perasaannya. Tanpa sadar, Letta terhanyut dengan cara Nathan yang mengajaknya bermain.

Permainan capit boneka yang diberikan Nathan kepadanya. Sebuah boneka pinguin yang lucu membuat Letta tersenyum lebar. Belum pernah seumur hidupnya ia mendapatkan pemberian seperti ini.

Bermain lempar botol, game center yang menghasilkan banyak sekali kupon. Letta tak pernah sesenang ini setelah ia terjerat banyak hutang yang tidak ia miliki sebelumnya. Untuk pertama kalinya, ia tertawa lepas, melepaskan segalanya.

“Ini menyenangkan sekali, Nathan!” seru Letta yang girang.

“Benar, kan? Aneh sekali Jenna tak pernah mau aku ajak kemari!” balas Nathan yang masih tersenyum.

Seketika senyuman Letta langsung sirna. Ia baru ingat bahwa dia datang kemari, bersenang-senang dengan suami sahabatnya sendiri. Baru saja menoleh ke arah Nathan yang masih memandangi hadiah dari tukar kupon itu membuat Letta gugup.

“Kamu, tak pernah datang kemari dengan Jenna?” tanya Letta, memastikan ucapannya tadi.

“Iya. Dia tidak pernah mau. Kamu tahu sendiri bagaimana dia sibuk dengan dunianya,” sahut Nathan.

Ingatannya sejak awal Jenna membangun bisnis terlintas di dalam benak Letta. Benar. Jenna selalu sibuk dan bahkan untuk sekedar membuat kopi saja Jenna tidak bisa. Yang ada, dia selalu menyuruh Letta.

Letta merasakan debaran berbeda dalam dirinya sambil menatap Nathan. Ini kali pertama ia melihat Nathan dengan tatapan demikian. Yang ada, perasaannya semakin tidak karuan selama beberapa saat.

“Ada apa, Letta?” tanya Nathan sambil melihat ke arah Letta yang dari awal memperhatikan.

“A- Apa? Tidak! Tidak ada!” Letta buru-buru menjawab.

Letta langsung buang muka sambil menggigit ujung bibirnya. Ia menyesalkan apa yang barusan dilakukannya.

‘Sadar Letta! Dia itu suami sahabatmu!’ tegas Letta dalam hatinya.

Sementara itu, Nathan menyadari bahwa sikap Letta sekarang jauh lebih santai dan nyambung ketimbang hari sebelumnya. Letta mulai membuka panjang jarak di antara mereka yang membuat Nathan menyeringai.

‘Bagus, Letta. Kamu akan masuk kandangku,’ batin Nathan.

Setelah bersenang-senang, hari sudah mulai gelap. Letta diantarkan oleh Nathan untuk pulang ke apartemen yang disewakan olehnya tersebut. Baru saja sampai dan hendak turun, Letta baru teringat akan satu hal yang hendak ia sampaikan.

“Kalau semisal aku sudah punya uang cukup dengan hutangku yang lunas, aku akan bayar hutangku padamu dan juga biaya sewa apartemen ini,” ujar Letta.

“Sudahlah, Letta. Aku benar-benar tulus membantumu,” Nathan menolak.

Senyuman Nathan itu membuat jantung Letta kembali tak bisa merasa tenang. Senyuman itu seperti sengaja menghipnotisnya, dan membuat Letta jadi malu bukan kepalang.

“Tak bisa begitu, Nathan,” Letta masih bersikeras.

“Daripada kamu keras kepala begini, bagaimana kalau kamu menuruti satu permintaanku?” ujar Nathan.

“Permintaan? Permintaan macam apa?” tanya Letta.

“Besok, kamu datang saja ke rumah siangnya. Aku akan memberitahumu,” sahut Nathan.

Mendengarnya tak membuat Letta langsung percaya. Yang ada ia malah curiga dan jadi salah sangka dengan cara Nathan yang barusan bicara.

“Kamu tak berusaha menjebakku, kan?” tanya Letta.

“Menjebak? Kamu pikir aku akan menjebakmu?” Nathan merasa sedikit tersinggung.

“Oh, tidak, tidak. Maaf, maksudku bukan begitu. Aku, aku akan datang besok sesuai perintah,” Letta terburu-buru menjawab.

Setelah ia pergi meninggalkan mobil, Nathan tersenyum licik melihat kepergian wanita tersebut. Ia menelan salivanya dan bahkan bisa melepaskan ekspresi wajah yang daritadi ia tahan dari tadi.

‘Bagus, Letta. Kamu harus menurut padaku,’ batin Nathan.

Nathan pulang ke rumah. Seperti hari-hari sebelumnya, ia tidak mendapati Jenna ada di rumah lagi, ia melihat rumah sepi dan masih dalam kondisi yang sama seperti bagaimana ia meninggalkannya bersama Letta.

Dengan bukti yang sudah ia punya, Nathan meningkatkan pengawasan kepada Jenna untuk mengumpulkan lebih banyak bukti. Ia masuk ke ruang kerjanya, dan membuka kamera pengawas di kamar hotel yang sama. Di sana, kembali Nathan melihat Jenna sudah bersama pria tersebut.

“Ahhh, baby…, faster…,” suara lenguhan Jenna terdengar nyaring di dalam ruangan lewat kamera pengawas tersebut.

“Yes, baby. You taste good,” Pria yang bersama dengan Jenna meracaukan hal yang sama.

Nathan yang menonton adegan tersebut hanya bisa mengepalkan tangannya. Ia juga merasakan gejolak tubuhnya yang semakin menggila dan juga ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang barusan ditonton.

“Kamu yang menyerahkan Letta untuk menggantikanmu, Jenna. Akan kutunjukkan, bahwa dia benar-benar menggantikan semua tugasmu tanpa terkecuali,” gumam Nathan.

***

Letta datang ke rumah Nathan di jam 1 siang. Ia juga masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin. Baru saja masuk ke dalam sana, Letta dikagetkan dengan kondisi rumah yang berantakan. Ia tak pernah melihat rumah ini berantakan seperti ini.

“Astaga!” kejutnya.

Dengan gerak cepat, Letta masuk dan mencari keberadaan siapapun yang bisa ia temukan. Dari ke dapur sampai ke kamar mandi, ia tidak menemukan orang.

Ia semakin merasa sedikit takut bahwa ada kemungkinan terburuk yang terjadi di dalam rumah ini. Jadi, ia berjalan lebih dalam menyusuri rumah tersebut.

‘Apa rumah ini dirampok?’ batin Letta.

Akhirnya ia menuju ke ruangan kerja Nathan. Ia menengok terlebih dahulu. Ruangan itu juga sama berantakannya. Tetapi, yang mnegejutkannya, Letta menemukan Nathan terbaring di atas sofa, terlentang dengan baju terbuka dan tangannya yang kekar menutupi wajahnya.

“Nathan!” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Rahasiakan ini, Letta

    Letta bernapas panas terengah. Ucapan Nathan terdengar tak masuk akal ke dalam telinganya. Tetapi, ingatan yang muncul dalam pikirannya tidak samar-samar. Ia mengingat semua kejadian yag sudah mereka lakukan dan juga ucapan-ucapan Letta yang terlontar di luar kendalinya.“A- Apa ki- kita-““Tak usah malu seperti itu, Letta. Kamu akan terbiasa setelah ini,” sela Nathan.Pria itu berjalan mendekatinya. Letta mematung di tempat. Ia tak bisa kabur atau pergi begitu saja. Baju yang ia kenakan sudah tidak ada di sekitar sana, bagaimana bisa ia menutupi tubuhnya tanpa sehelai benang ini.Sambil tersenyum smirk, Nathan menyentuh wajah Letta yang masih berkeringat dingin. Punggung jari telunjuknya kemudian menyentuh pipinya, kemudian turun melewati leher dan berhenti pada pundaknya. Bahkan tatapan mata Nathan tak lepas.“Sekarang kamu milikku, Letta,” ucapnya.Melihat tatapan Nathan yang licik itu membuat Letta langsung menepis jari Nathan dan segera menutupi tubuh atasnya lagi.“Kamu gila, Na

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   This Is Our Time (++)

    Nathan kali ini memeluk tubuh Letta, ia mulai memberikan bekas merah pada buah dada Letta, dan mulai memompa miliknya dengan tempo yang perlahan. Tangannya yang lain meremas bokong Letta yang empuk dan membuat wanita itu mengerang mendesah.“Ahhh, ini, ini luar biasa,” racau Letta sampai mendongakkan kepala.Secara perlahan Nathan mulai mempercepat tempo dan juga membuat Letta semakin menggila. Nathan yang sudah haus belaian selama berbulan-bulan menjadi sangat bergairah karena ada Letta yang bisa memenuhi kebutuhannya.Belum lagi, suara Letta yang terdengar sangat merdu serta tubuhnya yang jauh lebih seksi dari Jenna membuat Nathan tak bisa berhenti menyentuhnya. Ini kali pertama dia menyentuh wanita lain selain Jenna.Perasaan tertantangnya dan juga gairahnya terlalu besar. Ia memompa tubuh Letta yang ada dipangkuannya sampai Letta mengejang dan kembali melakukan orgasme kedua kalinya.Letta terlihat sedikit lemah. Namun, Nathan belum puas. Ia masih ingin merasakan tubuh Letta selur

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Baru Pertama Kali (++)

    Napas panas yang Letta rasakan semakin memuncak. Ia kehilangan kendali atas tubuhnya yang sudah mencoba menolak setiap sentuhan. Mendapatkan kesempatan emas membuat Nathan tidak melewatkannya sedikitpun.Pria itu dengan segera mengecup kembali bibir yang terasa sangat panas tersebut. Letta kali ini membalasnya sambil menutup matanya. Nathan menyeringai di dalam hatinya, karena Letta berhasil masuk ke dalam jebakannya.‘Aku akan membuatmu menjadi milikku sepenuhnya, Letta.’Tangannya tak tinggal diam, lewat kemeja putih yang masih dikenakan, Nathan meremas salah satu gundukannya dan membuat Letta mendesah sambil tetap berciuman tersebut. Nathan jadi semakin bersemangat mendengarnya.Perlahan, ia turun dari bibirnya, menuju ke lehernya dan memberikan kecupan ringan yang malah semakin membuat terangsang. Tangan Nathan juga semakin bersemangat meremas.“Ahhh, N- Nathan…,” panggil Letta.“Nikmati, Letta. Kamu tidak akan merasakan ini di lain tempat,” ujar Nathan.“A- Aku kepanasan,” ujar L

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Apa Yang Terjadi?

    Letta menghampiri Nathan yang berbaring tersebut. Ia menggoyangkan badannya dan mencoba membangunkan pria tersebut. Bahkan, beberapa kali Letta menampar pipinya agar dia mau membuka mata.“Nathan! Nathan!” panggil Letta.Setelah beberapa saat dan berkali-kali Letta memanggil, Nathan terlihat bergerak dan menurunkan tangannya yang tengah menutupi wajahnya tersebut. Letta bernapas lega setelah melihat Nathan bergera.“Fyuhhhh.”“Letta..,” panggil Nathan.“Ya? Ada apa ini Nathan? Kenapa semuanya berantakan?” Letta bertanya dengan panik.Nathan tak memberikan jawaban. Pria itu perlahan duduk dan membuat Letta jadi makin khawatir. Ia kembali mendekati duduk di bawah di sebelah Nathan untuk menanyakan kondisinya sekarang ini.“Apa yang terjadi, Nathan? Kenapa rumah berantakan sekali? Apa ada maling?” tanya Letta.Nathan menggelengkan kepalanya.“Lalu?” Letta masih berusaha memastikan.“Jenna…, tidak pulang,” sahutnya dengan suara lirih.Terpaku sesaat Letta setelah mendengarnya. Wajah acak-

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Ada Niat Terselubung

    Letta yang dari awal memotret itu terdiam sejenak. Ia mengangkat kepala dan melihat Nathan yang kelihatan menawarkan diri dengan begitu tenang sekali.“Ah, kamu pasti bercanda,” Letta menolak.“Tidak, Letta. Ini juga demi pekerjaanmu. Aku punya jadwal meeting penting dan juga akan lebih banyak menghubungimu. Jadi, lebih baik kamu beli ponsel baru,” ujar Nathan.“Tidak usah, Nathan. Aku akan beli kalau aku sudah terima gaji saja,” tolak Letta.“Lalu bagaimana dengan hutangmu yang lain? Pengobatan adikmu?” singgung Nathan.Letta terdiam setelah mendengar ucapan Nathan. Ucapan tersebut memang ada benarnya. Tidak ada waktu bagi Letta untuk menghamburkan uang untuk sekedar membeli ponsel. Bahkan untuk membeli baju saja sebenarnya ia tidak ada uang sama sekali.Nathan melihat Letta yang demikian hanya bisa menghela napas. Ia kemudian menyumpitkan salah satu sushi dan memberikan kepada Letta.“Sekarang lupakan bebanmu dulu. Lebih baik makan, dan pikirkan kedepannya nanti,” ujar Nathan.Ia ma

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Kerja Profesional

    Di hari pertama bekerja, Letta sudah ditelepon pagi-pagi karena Nathan memintanya untuk segera datang ke rumahnya. Sudah lengkap dengan keinginannya dan juga pakaian yang harus ia pakai. Letta terburu-buru karena ini hari pertama ia bekerja.Baru saja membuka pintu, Letta melihat Nathan yang duduk di ruang kerjanya, di depan meja komputer, melirik ke arah Letta yang baru saja sampai.“Buatkan aku kopi,” pintanya.“Apa?” Letta terdiam sejenak.Ia ditelepon pagi-pagi buta, diminta buru-buru untuk segera datang ke rumahnya, dan sampai di sana, ia hanya diminta membuat kopi?“Kenapa masih diam saja? Cepat buatkan aku kopi,” perintah Nathan.Letta yang masih sempat terpaku itu terburu-buru menuju dapur. Ia yang mengenakan pakaian kemeja press body dan juga rok di atas lutut itu sempat termenung selama beberapa saat ketika tengah mengaduk kopi.‘Ini serius?’ batinnya.“Letta!” Nathan memanggilnya dengan suara yang pelan.Letta terburu-buru meletakkan sendoknya dan juga membawa kopi beserta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status