MasukEntah bagaimana, setelah Neira menerima Letta dengan baik, Letta jadi lebih mudah terbuka dengan Neira. Selama ini, ia selalu penasaran bagaimana ada sosok ibu lagi di sebelahnya. Sekarang ia punya. Meski bukan seperti apa yang dia impikan, Neira sudah lebih dari cukup dari apa yang dia inginkan.“Ma. Kalau selama ini Nathan punya masalah dengan hasratnya, bagaimana Mama meredakannya? Tak mungkin membiarkannya menyalurkan pada seseorang, kan?” Letta penasaran, saat mereka tengah menonton tv di ruang tengah.“Hmm? Nathan orangnya dari dulu cukup nekat, Letta. Menghentikannya bukan pilihan yang tepat, karena ia punya tekad yang cukup kuat. Jadi, aku berikan opsi yang lebih mudah.”“Seperti?”“Menyalurkan lewat pikiran saja, dengan orang lain sebagai pemerannya,” balas Neira.Letta kaget dengan spontan. Ia tak tahu kalau akan menjadi ke arah sana di antara pembicaraan ini semua. Ia bayangkan apa yang sudah terjadi belakangan. Semua seperti sudah terencana dengan Nathan yang selalu punya
“Hari ini kamu masa apa?” tanya Nathan, sambil memeluk Letta dari belakang.“Ada banyak. Kamu bilang, Mama akan datang, kan? Tak mungkin aku tak menghidangkan apapun untuknya,” balas Letta.“Hmmm, tapi, aku akan berangkat kerja setelah ini. jadi, tak bisa menemanimu saat bersama mama. Apa kamu tak masalah?” tanya Nathan, merasa khawatir.“Tak apa, Love. Lagipula, aku tahu risiko dari perbuatanku. Mengingat hubungan kita dimulai di waktu yang tak tepat, pasti akan ada ketidaksetujuan dari mamamu. Mungkin, dia kemari untuk mengatakan apa yang selama ini mengganjal padaku,” jelas Letta.Justru setelah mendengar itu membuat Nathan semakin tak karuan. Dia tak mungkin bisa meninggalkan istrinya sendiri di rumah, menghadapi mamanya yang sangat suka mengintimidasi.“Apa aku tak usah kerja saja hari ini?” tanya Nathan, yang merasa agak takut.“Hahaha,” Letta tertawa, memegangi wajah Nathan dengan sebelah tangannya. Ia berikan elusan pelan pada pipinya, dan memberikan sedikit kecupan manis pad
James tak bisa melakukan apapun selain duduk di atas kursi. Apalagi melawan dari ikatan pada dirinya yang melekat kuat, membuat James menyerah. Melihat bagaimana Nathan tengah sibuk memainkan tangannya di li-yang Letta, membuat darah James merasa mendidih.Napasnya yang panas dan membara membuat James sadar, bahwa dia juga ingin berada di posisi yang sama dengan Nathan.“Ahh…. Ah…. Ah….” Letta menutup matanya, saat merasakan Nathan yang mulanya hanya berada di permukaan, mulai masuk perlahan.Ia mengalungkan tangannya di leher Nathan, sambil menggigit ujung bibirnya, menahan rasa luar biasa dari apa yang dilakukan oleh Nathan.“Ya, begitu Darling. Dengan begini, kamu akan membuat James gila karena tak bisa mendapatkanmu,” ucap Nathan, berbisik.Letta sempat melirik ke arah James. Wajahnya merah padam meski sudah mencoba mengalihkan pandangan. Ia sudah terjebak dalam suara Letta yang terus menggema.“Ughhhh,” Letta merasakan jari Nathan mulai keluar masuk, membuat sensasinya kembali b
Letta spontan menoleh ke arah suaminya. Ia tak mengerti akan pikiran suaminya barusan memberikan izin kepada pria lain yang ingin mengajaknya tidur bersama.“Gampang saja. nanti malam, datang ke hotel dekat kafe ini. Akan kubawakan Letta dengan penampilannya yang sempurna,” ucap Nathan.“Woahhh! Ini baru penawaran!” James tampak bersemangat karena Nathan mengatakan waktu dan tempatnya.“Tapi, dengan syarat, aku ingin kamu datang tanpa membawa barang elektronik. Karena ini menyangkut Letta, dan aku tak mau dia terekspos,” ucap Nathan.“Haha, mudah saja! jam 8 nanti! Aku pesan kamar paling VVIP!” seru James.Nathan mengulurkan tangannya, meminta ponsel Letta yang ia tahu telah diambil oleh James. James mengembalikannya dengan sukarela tanpa ada draman berlebih, seperti apa yang dia lakukan pada Letta.“Aku ingin dia memakai pakaian terpanasnya!” seru James di telinga Nathan.“Ya, kamu takkan kecewa,” balas Nathan.Setelahnya James pergi dengan raut wajah yang begitu senang. Sementara it
Letta memandangi James. Pria itu tampak percaya diri setelah perilakunya barusan yang tergolong sangat tidak sopan. Baru menyatakan perasaan saja dia sudah bisa sekasar itu kepada Letta, dan bertindak seenaknya tanpa memikirkan apakah Letta nyaman atau tidak dengan tindakannya.“Ayolah, Sekarang sudah tak ada Nathan. Jadi, tak ada alasan kamu mau menolakku!” tegas James.Ini adalah kali pertama Letta merasa jijik dengan ucapan seseorang. James yang kelihatan berbinar, berharap besar pada Letta yang duduk di depannya, tak membuat Letta merasa luluh atau tersentuh.Cara James memaksa membuat Letta merasa harus semakin ingin menjauh dari pria itu. Ia bahkan berpikir untuk tak menemuinya lagi meski harus terpaksa sekalipun.“Mau ada atau tidaknya Nathan, aku tetap tidak akan menerimamu,” balas Letta.James yang tadinya berharap bahwa Letta akan menerimanya dengan tangan terbuka itu memandangi Letta dengan tatapan yang bulat sempurna. Seolah dia tak percaya dengan apa yang diucapkan barusa
Letta tak bisa tidur semalaman. Tubuhnya terasa panas. Ia ingin meronta, namun tak bisa. Mulutnya yang ditutup dan kaki serta tangan yang tak bisa bergerak membuat Letta seperti seorang tahanan yang dipaksa tak bergerak.‘Apa obatnya masih belum hilang juga?!’ kesal Letta dalam hatinya.Hingga, ia melihat pria di sebelahnya mulai bangun, lalu memandangi Letta dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya. Ia tersenyum dengan lebar, seorang yang merasa puas melihat sang istri tersiksa semalaman dengan gairah besar tanpa ada yang mengobati.“Morning, Darling. Bagaimana malammu?” tanya Nathan, tanpa rasa bersalah kepada Letta.Letta tak bisa menjawab, mulutnya yang tertutup dengan kain itu membuatnya tak bisa memberikan jawaban.Tangan Nathan keluar dari selimut, lalu memegang paha Letta dan mengelusnya dengan lembut. Letta langsung merasakan setruman yang mebuatnya semakin tak bisa menahan diri.“Hmmm, sepertinya efeknya belum hilang, ya?” tanya Nathan, dengan begitu tenang.Letta menitikka







