Share

49.

Penulis: silent-arl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-22 15:29:53

Permintaan Bianca menghantam kepala Keiran. Kata-kata "bukti" itu bergema di benaknya. Ia telah mencoba menjelaskan, berjanji, dan mencoba mengendalikan situasi. Tapi itu tidak cukup. Amarah dan posesifnya telah membuatnya buta.

Bianca membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata. Dia membutuhkan tindakan yang menunjukkan bahwa Keiran berbeda dari masa lalu yang menghantuinya.

Keiran mempererat pelukannya, tidak melepaskan Bianca. Ia merasakan pemberontakan wanita itu, namun di baliknya, ia juga merasakan kebingungan dan rasa sakit yang mendalam. Ia tahu ia telah melukai Bianca, tidak hanya secara fisik, tapi juga mental.

Bianca terlalu terluka dan keras kepala untuk menerima kenyataan bahwa Robi bisa sangat berbahaya. Kerian seperti main kejar-kejaran dengan waktu yang semakin tipis.

Karena takut Bianca semakin melukai dirinya sendiri lebih jauh, Keiran mengambil tindakan drastis. Ia tidak lagi peduli dengan kemarahan Bianca. Ia harus mengamankan wanita itu, sekarang juga.

Dengan gerakan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Obsesi Yang Menyelamatkanku   56.

    Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel Kieran. Pria itu segera membukanya. Matanya membulat ketika melihat foto Bianca yang babak belur, darah Keiran mendidih. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih, Kieran sudah mencapai batasnya. Ini semua terlalu berlebihan untuk Kieran. Ia seperti singa yang terluka, mengaum dalam frustrasi. Informasi tentang lokasi terakhir Bianca diculik yang kosong sudah cukup membuatnya gila, kini foto ini adalah pemicu terakhir.Di tengah kegilaannya, Fael baru menyusulnya, wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan namun matanya tajam. "Keiran," panggil Fael, mencoba menenangkan pria itu. "Kami punya sesuatu. Ada aktivitas mencurigakan di sebuah gudang tua di daerah ujung kota pagi ini. Sinyal ponsel Robi sempat terdeteksi di sana, sebelum menghilang lagi." Fael menunjukkan koordinat pada tabletnya. "Ini bisa jadi tempat di mana Bianca disekap."Mata Keiran menyala. Ada harapan, meskipun kecil. Ia menatap Fael, napasnya terengah. "Kalau begi

  • Obsesi Yang Menyelamatkanku   55.

    Keiran mondar-mandir di markas yang biasanya tenang kini begitu tegang hanya karena sebuah video, tim Keiran bekerja sangat keras. Lokasi tempat video itu dikirim akhirnya terlacak, namun Robi sudah bergerak. Setiap detik terasa seperti siksaan bagi Keiran. Ia melihat video itu berulang kali, setiap rintihan Bianca menusuk jiwanya. Keiran tidak tidur, tidak makan. Wajahnya dipenuhi bayangan gelap, matanya merah karena kurang istirahat. Ini sudah hampir 24 jam setelah hilangnya Bianca. “Kalian lihat semua detail kecil dari video itu.” Ia memberikan perintah sambil berkacak pinggang. Keiran menatap layar yang terpampang di hadapannya lalu ke Fael dan beberapa anak buahnya yang bersiap “Aku tidak mau tahu, Robi harus segera ditemukan. Entah itu dengan cara legal atau ilegal.” Ia maju lalu melipat kedua tangannya di depan dada. “Kita sudah kalah satu langkah, jangan sampai meleset lagi.” “Baik, boss.” Jawab anak buahnya serentak. Obsesinya pada Bianca telah mencapai puncaknya, beruba

  • Obsesi Yang Menyelamatkanku   54.

    Di sisi lain, ada seorang gadis tak sadarkan diri di atas kursi yang terasa begitu dingin. Namun, sedetik kemudian Bianca tersentak, kesadarannya kembali.Kepalanya terasa pening, dan ia merasakan ikatan di tangan, kaki, dan mulutnya. Matanya perlahan terbuka, namun hanya kegelapan yang menyambutnya. Ia mencoba mencari cahaya, tidak ada sedikit pun celah, nihil.Hidungnya mengendus, tercium aroma yang pengap, dingin, dan menusuk, Bianca benar-benar tak suka hal itu.Rasa panik mulai merayapi dirinya, namun ia berusaha keras untuk mengendalikan diri, mengingat tekadnya untuk tidak menyerah.Tak lama kemudian, sebuah cahaya mulai ia dapatkan, menerangi sebagian kecil ruangan. Cahaya itu berasal dari sebuah senter yang dipegang oleh seseorang. Ketika senter itu bergoyang, Bianca langsung mengenali siapa yang menyorot wajahnya. Dan orang itu adalah Robi. Wajahnya menyeringai dalam kegelapan, matanya berkilat jahat."Sudah bangun, Nona Desainer?" sapa R

  • Obsesi Yang Menyelamatkanku   53.

    Mobil Keiran seperti meraung di jalanan, amarah membakar setiap sel tubuhnya. Van hitam itu melesat di depannya, sesekali menyalip kendaraan lain dengan berbahaya. Keiran tak peduli, ia terus mengejar, hanya fokus pada satu tujuan: Bianca.Tiba-tiba, van itu mengambil belokan tajam di sebuah persimpangan. Sebuah truk besar melaju dari arah berlawanan, terlalu cepat untuk menghindari. Dalam sepersekian detik yang mengerikan, mobil van itu menabrak truk itu, dentuman itu membuat ngeri.Suara benturan logam yang memekakkan telinga memenuhi udara. Van hitam itu terangkat, oleng di udara, lalu berguling beberapa kali di jalan raya, berhenti dalam posisi miring dengan asap mengepul dari bagian depan.Keiran mengerem mendadak, mobilnya berdecit keras. Kakinya sampai terjerembab di dalam pedal rem. Ia segera keluar dari mobil, berlari menuju van yang hancur itu, jantungnya berdebar kencang. Ia mengabaikan suara sirene ambulans yang mulai mendekat.Kaca-kaca pecah

  • Obsesi Yang Menyelamatkanku   52.

    Akhirnya, Robi tahu ia tidak bisa memenangkan pertarungan ini dengan argumen atau negosiasi. Ia harus menggunakan kartu terakhirnya.Sebelum pergi, Robi melangkah mendekat ke arah Keiran, seringainya melebar. "Kau mungkin mengira sudah menang, Tuan Keiran," bisik Robi, matanya penuh ejekan. "Tapi kau punya titik lemah, bukan? Seorang desainer cantik dengan lengan yang baru sembuh."Tubuh Keiran berdegik, ketegangan di seluruh sarafnya menjalar hingga membuatnya menggeram.Robi mencondongkan tubuhnya makin dekat dengan Kieran, suaranya menjadi ancaman. "Aku dengar dia sangat keras kepala. Terkadang, orang keras kepala butuh pelajaran.” Robi menghela napasnya lagi. “Mungkin lain kali, aku akan coba 'mengembangkan' bakat desainnya di tempat yang lebih... terpencil. Dan mungkin tangannya akan jauh lebih parah daripada sekadar bekas jahitan."Kata-kata itu menghantam Keiran seperti palu godam. Jantungnya berdebar tak karuan. Robi telah berani menyebut Bianca, mengancamnya wanita itu di dep

  • Obsesi Yang Menyelamatkanku   51.

    Malam itu, setelah drama panjang dan serentetan adu mulut yang tiada habisnya, Bianca akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di ranjang kamar Keiran. Rasanya aneh, asing, namun juga nyaman. Bianca tahu ini bukan rumahnya tapi entah kenapa dia ingin sekali selalu berada di apartemen ini.Keiran duduk di kursi di samping ranjang, mengawasi Bianca yang beberapa kali. Suasana hening sejenak, hanya suara napas mereka yang terdengar."Aku tahu aku keras kepala," ucap Bianca memecah keheningan, suaranya pelan. Ia menoleh ke Keiran. "Aku juga tidak pandai bicara, atau bergaul dengan orang banyak." Ia berhenti, lalu menambahkan, "Meski tidak separah dirimu." Ada sedikit nada mengejek yang terselip dalam perkataannya.“Ya, aku suka tekadmu, Bianca.” Keiran membalas dengan sindirian yang membuat Bianca tersenyum.Bianca mengangkat tangan kirinya yang masih memerah dan terasa nyeri akibat memukul Keiran. Sebuah senyum tipis, nyaris seperti sombong, muncul di bibirnya. "Lihat ini," katanya, "ini buktin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status