Share

Bab 6

Author: Pelmen_minmin
last update Last Updated: 2022-06-09 13:42:23

***

Kasurnya tidak memiliki bulu, dan tidak sehangat ini walaupun rasa nyamannya hampir sama. Tidak tau berapa lama Yerinsa sudah tertidur, dia memaksa mata untuk terbuka.

Pemandangan asing masuk ke dalam indera penglihatan gadis itu, sesuatu yang putih seperti permadani bulu angsa terhampar luas di bawah. Yerinsa mengerang sebelum bangkit duduk celingak-celinguk, wajah setengah mengantuk itu keheranan.

"Di mana lagi ini," monolog Yerinsa gusar.

Sesaat kemudian tersentak menyadari suaranya berbeda dari beberapa hari belakangan, ini suara Teresia asli. Tergesa-gesa Yerinsa mengecek keadaan sendiri, menemukan tubuhnya kembali seperti sosok wanita dewasa, bukan remaja.

Dia menjadi Teresia lagi?

Tiba-tiba?

"Kakak."

Di tengah mengecek kondisi tubuh dan bersimpuh, Teresia mendengar suara halus datang dari arah belakang. Memutar pandangan, Teresia menemukan seorang gadis muda mendekat dengan kaki mengambang tidak menyentuh dasar.

Teresia tidak bereaksi untuk beberapa saat, hanya tercengang melihat kedatangan sosok itu seperti dari atas langit. Dan, yang lebih membuat Teresia melongo adalah wajah itu, pemilik rambut coklat kemerahan yang tergerai cantik.

Mengenakan dress putih bersih dan tanpa aksesoris apapun selain hiasan bunga kecil-kecil di rambut. Sosok remaja di depannya adalah bentuk yang sering Teresia lihat di cermin selama seminggu ini.

Yerinsa.

Bagaiman bisa?

"Benar, aku Yerinsa. Salam kenal, Kakak," kata sosok itu seakan mendengar batin Teresia mengalisis.

"Bagaimana ... bisa? Kamu ... aku ..."

Teresia terbata-bata bicara, berkali-kali mencubit lengan untuk menyadarkan jika ini hanya mimpi. Tapi, rasa sakit itu tidak membuat Teresia bangun dari tidur ini.

"Kita memiliki sedikit waktu untuk bicara," kata Yerinsa dengan senyum ringan.

Sosok itu perlahan turun hingga duduk bersimpuh juga di hadapan Teresia, di atas permadani berbulu lembut itu.

"Tunggu ... tapi ini di mana? Dan, kamu sekarang ini apa?" tanya Teresia mendesak gugup, ngeri juga berhadapan dengan hantu.

Yerinsa terkikik kecil. "Aku sisa jiwa yang tertinggal," jawabnya enteng.

"hah? Jiwa yang tertinggal?" beo Teresia tidak mengerti.

"Dengar, Kakak." Yerinsa mendadak serius, menggenggam tangan Teresia yang bertumpu di atas paha untuk saling menatap.

"Karena kecelakaan itu, aku sekarat, aku tidak sekuat orang lain yang bisa bertahan dengan kejadian itu. Tapi, tidak tau bagaimana, jiwa Kakak memasuki tubuhku, membuat jiwa kita bergesekan dan jiwaku tidak bisa bertahan. Lebih tepatnya, jiwa kita menyatu," terang Yerinsa dengan tatapan lurus ke mata hitam wanita di depannya.

Teresia diam sejenak. "Jadi, kamu ..." katanya menggantung.

Yerinsa mengangguk. "Aku sudah mati. Dan, berkat kejadian tidak masuk akal ini, aku tau duniaku hanya fiksi yang Kakak pernah baca," katanya dengan bibir agak mencebik.

Teresia meringis dalam hati, tidak tau harus membalas apa, karena memang ini terasa tidak masuk akal jika dipikirkan dengan logika. Memangnya, logika dunia apa yang bisa menerima cerita jiwa masuk ke dalam buku fiksi.

"Walaupun dunia ini fiksi, ini tetap dunia nyata bagiku, dan bagi Kakak sekarang, karena sudah menempati tubuhku untuk hidup." Yerinsa menambahi cepat.

"Aku tidak mengerti semua ini. Apa yang harus kulakukan?" lirih Teresia sungguh bingung mencari jalan keluar masalah ini.

Teresia ingin kembali ke tubuh aslinya, tapi tidak yakin apakah selamat dari kebakaran itu. Tinggal di raga Yerinsa juga memiliki ketakutan lain, karena jika sesuai novel, maka Yerinsa tetap akan mati.

Lagipula, harusnya Yerinsa tidak mati sangat awal begini, kan?

Sebelum cerita novel di mulai.

"Tentu saja jangan biarkan keluargaku mati!" seru Yerinsa tiba-tiba dengan kepalan tangan menyemangati di udara.

"Karena sekarang keluarga De Vries adalah keluarga Kakak juga, jadi, tolong selamatkan keluarga kita," pinta Yerinsa kemudian dengan suara lebih tenang, kembali menggenggam erat tangan Teresia seakan menyalurkan semangatnya.

Teresia terdiam, berpikir kritis, tak lama tersenyum melihat remaja ceria di depannya dan mengangguk.

"Aku ... akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan keluarga kita," katanya dengan tatapan berangsur memiliki tekad.

Kata keluarga kita dari Yerinsa seakan menyadarkan Teresia bahwa saat ini dia sudah bukan lagi perempuan 25 tahun, melainkan pemilik raga gadis 18 tahun.

Bukan lagi Teresia si anak sulung keluarga sederhana, tapi sudah menjadi Yerinsa di putri tersayang keluarga De Vries. Dan, keluarga De Vries adalah empat orang yang akan mati satu persatu di masa depan.

Teresia, ataupun Yerinsa, yang sudah mengetahui masa depan itu, tidak mungkin membiarkan keluarga harmonis mereka berakhir mengenaskan seperti di novel.

"Jangan biarkan kita semua mengalami apa yang terjadi di buku fiksi itu, pasti ada cara untuk menghindarinya, kan? Tidak peduli apa yang terjadi pada harta De Vries, aku hanya ingin keluarga kita tetap utuh dan bahagia," kata Yerinsa dengan senyum sendu, mencoba menekan perasaan tidak percaya dirinya pada masa depan.

"Karena aku sekarang tidak bisa lagi melakukan apapun, semuanya kuserahkan pada Kakak. Tolong jangan biarkan Ayah dan Ibu mati, jangan biarkan Kak Gabby menderita," tambah Yerinsa lagi, tubuh itu berangsur menjadi transparan.

Teresia membelalakkan mata melihat perubahan itu, menggenggam lebih erat pada tangan Yerinsa karena merasa waktu mereka belum cukup.

"Yerin-"

"Anggap saja, kematianku sebagai pengorbanan untuk De Vries. Kakak, pokoknya, pertahankan keluarga kita, karena De Vries sekarang adalah keluargamu."

Tautan tangan pada Yerinsa menghilang seiring sosok itu mengabur menjadi partikel-partikel cahaya meninggalkan sebuah senyuman manis untuk Teresia.

"Yerin, aku ... ya, aku akan melakukan yang terbaik untuk De Vries," kata Teresia membalas permintaan lembut Yerinsa sebelum sosok itu benar-benar menghilang di udara.

Menyisakan Teresia sendirian linglung, hingga akhirnya jatuh tidak sadarkan diri.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi sang protagonis   Bab 103

    ***"Vie, tenanglah," bisik Luga kesulitan menahan lonjakan tenaga gadis itu."Sakit! Sakiitt! Sakiitt!" Yerinsa tidak menahan jeritan untuk mengeluarkan segala keluhan yang hanya bisa diwakili satu jenis kata itu saja.Memeluk erat gadis yang menggeliat seperti cacing kepanasan, Luga tidak mengatakan apapun selain membantu menekan kepala itu ke dadanya, juga membiarkan kemeja kusut direnggut Yerinsa.Bercak kemerahan timbul di kemeja, Luga mendesis rendah merasakan luka jahitan pasti terbuka kembali karena tersikut lengan Yerinsa, membuat kain kasa ikut bernoda darah."Gerald!" teriak Luga ke arah pintu masuk.Hanya butuh satu detik untuk seorang pria masuk terburu-buru. "Saya, Tuan Muda," sahutnya."Bantu aku," kata Luga sambil mengeluarkan sebuah botol kecil dan suntikan dari saku celana.Pria bernama Gerald mendekati tempat tidur, membantu memindah isi cairan dari botol ke dalam suntikan, lalu menyerahkan kembali pada Luga, membiarkan sang tuan muda menyuntik sendiri.Tubuh Yerins

  • Obsesi sang protagonis   Bab 102

    ***Abrady menegang di posisi memangku Yerinsa, merasakan moncong dingin revolver menyentuh tepat di pelipis sama seperti sebelumnya dialami Luga. Selain itu, tanpa diduga sederet pria kekar bersenjata yang sebelumnya mengancam Luga, kini malah berpaling mengancam Abrady.Pertemuan mengharukan yang diimpikan akan berakhir indah nyatanya tidak semulus yang dibayangkan. Rencana diam-diam memang sudah disusun sebelum keberangkatan, membayar sejumlah penembak jitu sebagai pelindung dan bisa digunakan mengancam.Namun, siapa menyangka Luga tau satu langkah di depan Abrady."Kupikir manusia, ternyata memang serangga yang tidak memiliki akal," desis Luga dengan sorot mata kelewat dingin."Apa yang sudah kamu lakukan pada orang-orangku?" tanya Abrady geram.Seringai Luga tersungging lebar. "Sejak kapan mereka orang-orangmu?" tanyanya mengejek."AYAH!" teriak Gabriella saat situasi dua pria itu mendadak terbalik.Margareth menangis melihat sang suami berada di bawah target ancaman Luga sekaran

  • Obsesi sang protagonis   Bab 101

    ***"Luga!" pekik Yerinsa kencang melihat Luga ambruk di tanah dengan memegang satu kaki.Tubuh Yerinsa gemetar, menatap sang ayah yang baru saja memberikan perintah menembak. Bagaimana bisa ayahnya memerintahkan hal sekejam itu dilakukan pada Luga, bahkan tanpa pembicaraan apapun di antara mereka."Yerin, jangan ke mana-mana! Tetap di sini!" Margareth menyusul berteriak saat Yerinsa benar-benar akan turun dari kursinya."Lepaskan aku, Bu. Ayah melukai Luga," pinta Yerinsa tanpa sadar mata sudah berkaca-kaca."Dia pantas mendapatkannya, Yerin. Bahkan harusnya lebih dari itu," sentak Gabriella, menarik kasar Yerinsa agar kembali duduk.Yerinsa menoleh tercengang. "Apa maksudmu dia pantas mendapatkan itu? Kamu mendukung Ayah melakukan kejahatan?" tanyanya tidak percaya."Sayang, percayalah pada Ayahmu, dia ingin kita semua kembali, seperti dulu lagi, mengertilah," ujar Margareth lembut mengusap pipi basah Yerinsa."Tapi, tidak perlu dengan hal keterlaluan seperti ini, Bu. Jangan melukai

  • Obsesi sang protagonis   Bab 100

    ***Kerinduan yang terpendam selama berbulan-bulan membuncah di mata biru itu, segera pandangan Yerinsa buram akibat berkaca-kaca. Bahagia menggelegak dari lubuk hati begitu melihat sosok Gabriella, Margareth, lalu disusul Arbady turun dari helikopter dibantu beberapa orang berpakaian hitam tebal seperti jaket boomber.Mereka benar-benar di sini, melihatnya, bertatapan dengannya penuh rindu, dalam jarak yang hanya terpaut lebih dari sepuluh meter.Satu langkah pertama Yerinsa ambil saat helikopter dimatikan dan udara sekitar menjadi tenang, lupa bahwa tadi berlari bersama Luga hingga tautan tangan itu terlepas untuk menyongsong menyambut keluarga tercinta.Luga menatap tangan sendiri yang menggantung di udara, kehangatan kecil dari tangan lembut menghilang perlahan. Menatap punggung sempit bak peri yang berlari menuju gerbang kehidupan alam bebas, tangan Luga mendadak terkepal."Ibu," lirih Yerinsa dengan setetes linangan air mata jatuh di pipi, menatap sang ibu yang juga mendekat."A

  • Obsesi sang protagonis   Bab 99

    ***Yerinsa mengangguk sambil menerima jabat tangan itu, bangkit berdiri di atas kekuatan kaki sendiri. Aroma musk yang familiar di hidung Yerinsa sekarang tercium dari tubuh Luga bersama campuran wangi mint dari sabun mandi."Ayo turun sekarang," ajak Yerinsa saat tangan sudah digenggam erat.Baru saja akan melangkah lebih dulu memimpin jalan ke arah pintu keluar, niatnya tidak bisa terlaksana karena kaki Luga masih terpaku kuat di lantai, tidak bergeser saat ditarik."Ada apa?" tanya Yerinsa heran, menoleh menatap Luga yang masih diam."Morning kiss, kamu belum memberikannya," kata Luga dengan dahi berkerut samar."A- ... Oh," gumam Yerinsa gugup, masih ada dua pelayan selain mereka di kamar ini, jadi mendadak canggung oleh kalimat Luga yang diucapkan tanpa malu.Luga melirik Chang Mei dan Ruan Ruan yang menjadi sumber kegugupan Yerinsa. Dengan gerakan bola mata saja sudah cukup membuat mereka mengerti dan merundukkan tubuh."K-Kalau begitu kami permisi, Nona, Tuan." Chang Mei berka

  • Obsesi sang protagonis   Bab 98

    ***Hari yang dinanti Yerinsa selama dua hari belakangan, tidak, lebih tepatnya tujuh bulan ini, akhirnya tiba. Bangun pagi dengan semangat empat-lima bahkan sebelum Chang Mei dan Ruan Ruan membangunkan.Saat dua pelayan itu memasuki kamar, Yerinsa sudah berendam di air hangat dalam bathup. Bersenandung kecil sambil memainkan busa sabun yang menggunung di permukaan air hingga wangi semerbak memenuhi kamar mandi.Jadi, setelah Yerinsa keluar kamar mandi, Lolita dress hitam beserta seluruh aksesoris dari atas kepala hingga ujung kaki sudah disiapkan Ruan Ruan, sementara Chang Mei menunggui di depan pintu ruang ganti."Anda sangat senang, Nona," komentar Chang Mei sambil membantu mengeringkan sisa bulir air di wajah dan leher Yerinsa."Tentu, hari ini akhirnya aku dijemput keluargaku," balas Yerinsa lebih bersemangat dari hari biasanya.Dua pelayan yang membantu Yerinsa mengenakan pakaian itu saling tatap sejenak, ada sepintas keresahan di sorot mata mereka sebelum menatap Yerinsa dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status