Share

Bab 5

***

Setelah memastikan keadaan baik-baik saja untuk keluar dari kamar, akhirnya Yerinsa bisa bergabung untuk makan malam bersama keluarga, ini pertama kalinya. Meski masih cukup canggung dan cara makan Yerinsa sedikit kaku, tapi tidak ada yang mengkritik.

Sebenarnya ini kesempatan Yerinsa juga untuk membicarakan soal undangan pesta resmi satu minggu lagi. Tapi, jawaban Margareth tadi siang membuatnya ragu untuk membujuk sang ayah, jika ibunya saja bisa menjawab tidak, maka ayahnya juga kemungkinan sama.

"Yerin."

Panggilan Margareth membuyarkan lamunan Yerinsa yang cukup serius, saat mengangkat pandangan baru Yerinsa sadari sedang ditatap tiga pasang mata di meja makan itu.

"Ah, iya? Ibu mengatakan sesuatu? Maaf, aku sedikit melamun," ucap Yerinsa dengan senyum canggung.

Margareth balas tersenyum lembut, lalu menggeleng. "Ibu berkata, setelah ini kamu langsung ke kamar saja untuk istirahat, jangan memaksakan diri berjaga," katanya mengulang kalimat yang tidak didengar remaja itu.

"Baik, Bu," angguk Yerinsa patuh.

Makan malam berlalu tanpa banyak bertele-tele, tapi tetap terasa hangat dibumbui cerita Gabriella tentang kegiatan sekolah.

Seperti kata Margareth, begitu selesai makan malam Yerinsa langsung diantar kembali ke kamar, bersama seorang pelayan cukup muda.

"Indahnya hidup jadi orang kaya," gumam Yerinsa setelah merebahkan diri di kasur.

Baju tidur berbahan lembut, semua pakaian mahal, kamar tidur yang luas, memiliki wardrobe dan kamar mandi sendiri, dan semua furniture berkelas, mengelilingi Yerinsa sekarang.

Di kehidupan yang lalu, boro-boro membeli furniture pengisi kamar, uang gaji tiap bulan saja langsung habis untuk memenuhi kebutuhan makan dan transfer ke orangtua. Tidak ada kesempatan untuk Teresia memanjakan diri, walaupun hanya sekedar ke salon, atau membeli baju terbaik.

Kejadian berpindah jiwa ini memiliki dua sisi yang sangat Teresia pertimbangkan dengan serius. Hidup sebagai Yerinsa memang sangat nyaman dan mudah, apapun yang diinginkan pasti bisa terwujud cepat atau lambat. Tapi di sisi lain, umur Yerinsa juga terbatas karna mengidap penyakit mematikan.

Seberapa singkat umur Yerinsa lagi?

Karena ini belum memasuki novel, tapi akan masuk, artinya setiap bab yang berjalan nanti waktu hidup Yerinsa juga berkurang. Tujuan jiwa Teresia pindah ke tubuh Yerinsa sepertinya hanya untuk menghancurkan plot asli cerita ini.

Beringsut duduk, Yerinsa menuju meja belajar yang terdapat banyak buku pelajaran dan alat sekolah lain. Mengambil sebuah buku note di laci dan pulpen di tempatnya, lalu kembali ke kasur.

Duduk bersila, Yerinsa memangku bantal dan membuka buku note yang sepertinya digunakan untuk coretan tugas sekolah. Mencari halaman yang kosong, lalu mulai mengurutkan kejadian di novel sesuai ingatan.

Pemeran utama laki-laki adalah Luga Nathanael Roosevelt, sementara pemeran utama perempuan adalah kakak Yerinsa sendiri, yaitu Gabriella Erish De Vries.

Antagonis-nya?

Entahlah, karena Luga sendiri adalah karakter anti-hero, yang tidak kenal takut dan bersikap sesuka sendiri.

Novel cinta penuh obsesi Luga yang tidak tau cara mengekspresikan rasa sayang. Membuat setiap bab selalu membawa pembaca pada perasaan campur aduk antara sedih, marah, dan merona.

Teresia, yang saat itu membaca adegan terkuaknya rahasia Luga, tidak kuasa menahan keterkejutan akan plot twist yang rapi.

Akhir cerita membuat Teresia menangis hingga mata bengkak seperti selesai marathon nonton drama Korea.

Siapa sangka dia akan merasuki raga karakter tidak terlihat novel itu, Yerinsa, kembaran Gabriella.

"Masih ada waktu, tapi yang pertama cari cara biar Gabriella dan Luga nggak ketemu di pesta," gumam Yerinsa dengan memangku dagu.

Menatap lembar buku note yang sudah penuh oleh catatan plot novel sesuai ingatan pada Teresia.

Jika dipikirkan lagi, di dunia nyata yang dulu juga sering kali dia mendapati kasus bayi kembar yang salah satunya pasti lemah. Jarang menemukan kembar identik bertubuh sama-sama sehat, mungkin Yerinsa dan Gabriella juga seperti itu.

Jadi, di sini Yerinsa pihak yang lemah, hanya sebagai penunjang plot.

"Sshh, pusing," desis Yerinsa memijit pelipis yang mendadak berdenyut sakit.

Setelah merasa jalan buntu lagi yang ditemukan, Yerinsa memilih berhenti dulu berpikir, menyimpan buku note dan memilih untuk mengistirahatkan otaknya dari berpikir berhari-hari ini.

***

Udara hangat berhembus, Yerinsa mengernyit dalam tidur, menduselkan hidung pada sesuatu berbulu yang lembut tempatnya berbaring.

Tunggu ...

Sesuatu berbulu?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status