Share

Dua

Dibawah tatapan kaget Lucia, Kaizen menempelkan bibir mereka. Berawal dari kecupan-kecupan kecil seolah si gadis sedang mematuk mulutnya, dilanjutkan dengan sepasang lengan kurus yang memeluk pundaknya.

Lucia membeku akibat tindakan tiba-tiba ini, tapi refleksnya yang terlatih dengan cepat membuatnya balas merengkuh pihak lain yang kecil dan lemah. Dia merasakan bahwa si gadis berhenti gemetar, hanya saja kedua lengan yang memeluknya terasa dingin dan kaku.

Sekali lihat juga tau bahwa ini adalah ciuman pertama Kaizen.

Namun ini juga pertama kalinya bagi Lucia.

Kaizen merasakan tindakan kaku pihak lain yang balas mengecupi bibirnya, tidak melakukan apa-apa. Tapi suara misterius di kepalanya barusan dengan tegas mengatakan mulut dan bukannya bibir, jadi sekalipun mereka terus mengecup satu sama lain sampai pagi, dia tidak akan bisa pergi dari sini.

Lengan kurus Kaizen beralih meremas rambut di kepala Lucia, mengunci gerakan yang tidak perlu sekaligus semakin menekan tubuhnya. Dia melakukan hal ini karena tidak mau mengadu kekuatan fisik mereka, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya tindakan yang cukup logis untuk menuruti ketentuan suara di kepalanya.

Lucia merasakan kontras atmosfer yang sangat banyak di antara mereka, melingkarkan kedua lengannya pada pinggang pihak lain. Kaizen merasakan respon positif dan tanpa basa-basi, memulai ciuman yang sebenarnya. Hanya mengandalkan imajinasi sebagai penulis dan buku-buku yang dulu pernah dibacanya.

Keduanya kali ini saling menjerat satu sama lain, saling memeluk dan mencium seolah sangat mencintai. Kaizen mensugesti dirinya agar tetap tenang, terus melakukan ini sampai ada pemberitahuan baru dari suara dalam kepalanya.

Namun Lucia mendadak bangkit dan duduk. Mengingat posisi mereka sebelumnya, pria itu kini memangkunya. Keduanya melanjutkan untuk beberapa waktu sebelum Lucia melepaskan diri dan menjauh, kali ini Kaizen bisa dengan jelas menatap wajah orang ini sepenuhnya.

Lucia adalah pria berwajah lembut dengan garis rahang yang halus dan cantik, seperti wanita. Tapi memiliki sorot mata yang menguarkan maskulinitas, dan obsesif. Dia adalah pria muda yang bisa menjadi imajinasi cinta pertama semua orang, jika seseorang itu bisa melupakan bekas luka mengerikan yang membuat mata kirinya hanya berwarna putih saja.

Itu tampak seperti bekas tersiram air keras.

Kaizen tanpa sadar menyibak rambut panjang pihak lain yang menghalangi, lantas menggosok bekas luka itu dengan sangat lembut.

Lucia yang tidak bisa menebak isi pikiran Kaizen akibat ketenangan pihak lain, tersenyum sangat manis dan bertanya lembut

"Kaizen, apakah kau juga mencintaiku?"

Si gadis hanya tersenyum dan kembali mencium serta memeluk pria ini, Lucia juga tidak ingin merusak suasana. Pria itu ikut membalas ciuman lembut dari gadis yang dia suka, tangannya yang dingin mulai menyibak sweater baby blue Kaizen dan mengusap permukaan kulit punggungnya.

Kaizen membeku, panik.

Lucia mengecup sudut bibir pihak lain beberapa kali, dan berbisik

"Karena kita saling mencintai, mari lakukan sesuatu yang harus dilakukan oleh pasangan."

Sebelum Kaizen sempat memukuli orang ini agar menjauh, suara di kepalanya kembali berbunyi

[Selamat telah menyelesaikan instansi tahap pertama, pemain dengan identitas Kaizen Bramasta.]

[Hadiah: 10 keping senjata, 100 poin pengalaman bertahan hidup. Selamat telah naik ke level 2.]

Kaizen melihat bahwa pria yang masih tersenyum di hadapannya, berubah menjadi cahaya putih yang amat menyilaukan. Cahaya berbentuk manusia yang dalam sesaat kemudian kehilangan cahayanya dan melebur menjadi pasir kaca, lantas lenyap begitu saja. Demikian pula dengan ruangan yang mengurung beserta rantai di kakinya, meluruh seperti tinta lukisan yang tersiram air.

Si gadis berdiri linglung hanya untuk menyadari bahwa perasaan lemah dan rasa sakit tadi ikut lenyap. Sweater baby blue dan rok Daisy putihnya yang semula kotor karena dibanting dan terguling beberapa kali, juga bersih serta masih memiliki aroma obat dari apotek.

[Selamat datang di permainan nightmare whisper, apakah anda ingin mengganti nama?]

'Nama?'

[Pemain lainnya juga tidak ada yang menggunakan nama asli, demi keamanan privasi. Jadi kusarankan agar kau memilih nama untuk melanjutkan, seperti buah atau binatang favorit, bisa juga-]

'Golden Irish.'

[Bagus]

Begitu suara tersebut menerima nama barunya, Kaizen merasakan bahwa tulang belulangnya dihancurkan dan ditarik paksa oleh sesuatu. Rasa sakit itu terasa sangat berat hingga membuatnya pingsan di tempat, saat kesadarannya sudah samar, suara tersebut kembali berbunyi.

[Nightmare whisper: mode normal dengan gembira menyambutmu, pemain Golden Irish]

Dia belum sepenuhnya pingsan saat tiba-tiba tubuhnya seolah kembali diutak-atik, tapi kali ini seolah sedang disuntik oleh tenaga yang membuatnya terjaga seketika. Tidak ada rasa pusing akibat anemia dan hipoglikemia, tidak ada rasa mual akibat kekurangan gizi, dan tidak ada nyeri kaki.

Seolah sudah terlahir kembali.

Tapi kenapa dia yang terpilih sebagai pemain oleh nightmare whisper?

Kaizen berbicara dalam benaknya

"Kau, jelaskan."

Suara itu berdengung

[Alasanmu muncul disini secara tiba-tiba adalah untuk berpartisipasi dalam game survival nightmare whisper. Walaupun terasa seperti mimpi, ini adalah kenyataan. Jadi kalau kau sampai mati atau terluka di instansi, kau akan mengalaminya juga setelah keluar dari permainan. Kau baru saja disembuhkan semata-mata karena ini adalah level satu, anggap saja pemanasan sebelum masuk ke instansi berikutnya.]

[Karena ini adalah permainan horor, maka para pemain akan mengalami metode kematian yang paling mengerikan dan paling menyakitkan. Pemain juga tidak akan tau instansi apa yang menunggu mereka nanti, perlu diingat bahwa manusia hanya memiliki satu nyawa.]

Kaizen mengangguk mengerti, suara itu kembali melanjutkan

[Setiap pemain akan mendapatkan poin begitu menyelesaikan permainan. Kalian perlu mengumpulkan satu juta poin agar bisa keluar dari permainan, sebelum itu kalian harus menyelesaikan berbagai instansi lebih dulu. Hanya ada dua akhiran dalam game nightmare whisper, hidup atau mati.]

Kaizen merenung dan berkata

"Dari cara bicaramu kurasa ini bukan permainan yang membiarkan para pemain memiliki pilihan, benar-benar rutinitas lama dalam memaksa seseorang untuk menjadi anggota peternakan."

[........]

"Kenapa juga kau harus bersuara dari dalam kepalaku? Apakah kau memiliki wujud sendiri atau hanya entitas yang memerlukan inang untuk hidup?"

Begitu Kaizen mengatakan itu, sebuah tangan terasa mencengkeram bagian belakang kepalanya. Dia merinding, tapi memutuskan untuk diam saat sebuah tangan lain juga mencengkeram kepalanya. Tekanan yang tidak kuat tapi juga tidak lemah, disusul rasa melayang seolah darah kotor di otaknya disedot paksa. Seluruh proses hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh detik, saat sebuah suara serupa terdengar kembali.

Namun kali ini berasal dari belakang tubuhnya.

"Berbaliklah."

Kaizen menurut, hanya untuk kembali gemetar.

Sebuah mata raksasa berwarna emas, sedang melotot marah padanya. Tidak ada kepala, tidak ada tubuh, tidak ada tangan atau kaki seperti yang dia bayangkan dan rasakan sebelumnya.

Hanya mata. Mata yang berbicara.

"Jika kau menganggap ini adalah peternakan, maka anggap saja demikian. Tapi kau tidak punya pilihan selain menerima nasibmu sebagai ternak, pemain Golden Irish."

Begitu suara itu terdengar, Kaizen merasakan jilatan di tengkuknya. Dia melirik melalui sudut mata dan melihat rambut panjang seorang wanita, melayang seolah mereka berada didalam air. Disusul dengan cengkeraman tangan yang terasa seperti cakar dan tulang, di kedua lengannya yang mengunci mobilitas seutuhnya.

Dia tersenyum kecil dan kembali bertatapan dengan mata

"Kau mengancamku?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status