Share

Tiga

Author: DarkMoran1603
last update Huling Na-update: 2022-08-22 00:14:27

"Aku hanya mengatakan fakta, kalau kau tidak mau ya sudah. Matilah" mata berujar santai, seolah yakin akan isi pikiran Kaizen.

Sebuah jilatan kembali dirasakan oleh tengkuknya, sepasang tangan yang tajam itu juga kini beralih memeluknya. Kaizen menghela nafas

"Baiklah."

Gadis itu menggenggam erat cakar tajam yang masih memeluknya, memiringkan kepala untuk mengekspos nadinya dan berujar santai

"Ayo."

Mata "......"

Hantu wanita di belakang "....."

Suara dingin mata kembali terdengar

"Kalau kau mati disini, kau juga akan mati di dunia asalmu."

Kaizen justru menyenderkan tubuhnya pada hantu wanita di belakang yang sudah berhenti menjilat, menjawab

"Bukan masalah. Tinggal mati saja."

Hantu wanita di belakang itu gemetar dan melepaskan pelukannya, tapi Kaizen menahan cakar wanita itu dan memaksa pihak lain untuk tetap memeluknya

"Jangan tunda waktu milik mata, ayo."

Mata "......"

Hantu itu meronta-ronta dan ingin melepaskan diri, dia tidak mau memakan orang yang tidak takut mati, itu tidak menyenangkan dan tidak akan terasa enak. Tapi Kaizen tetap tidak mau melepaskan, masih bergumam

"Baru kali ini aku mendengar hantu yang bisa memakan orang, ini pengetahuan yang menarik."

Hantu wanita akhirnya berhasil melepaskan diri dan mencoba berlari menjauh, tapi Kaizen berhasil memegang salah satu cakarnya dan mencegahnya pergi

"Jangan lari, aku manusia dan kau adalah roh jahat yang tidak mempan dengan ayat suci. Aku tidak akan bisa melakukan sesuatu padamu, jadi cepatlah."

Penampilan hantu wanita itu sesuai dengan dugaan Kaizen pada awalnya. Rambut panjang yang melayang-layang, sepasang tangan yang hanya tersisa tulang dan cakar panjang, lidah menjulur keluar dari mulutnya yang robek dari satu sisi ke sisi wajah lain, juga sepasang kaki domba.

Hantu yang mengerikan memang. Tapi Kaizen tidak takut pada hantu, dia takut pada manusia.

Mata "......"

Hantu wanita itu meronta-ronta kembali, tapi karena Kaizen sudah menggenggam sebelah cakarnya, semuanya sia-sia. Dia tampak seperti ikan menggelepar, meronta diatas talenan sebelum dimasak. Hanya bisa melompat-lompat di tempat, tidak bisa melarikan diri.

Mata yang melihat semua itu tampak berkedut sekejap, lalu berujar

"Kalau kau bisa mengumpulkan semua poin, kau tidak hanya bisa terus hidup, tapi juga bisa menukarnya dengan apapun yang kau mau di kenyataan. Entah itu kekayaan, kedudukan, pasangan, semuanya."

Suara mata tidak lagi terdengar arogan dan mengancam. Kali ini suara itu berujar lembut, sangat lembut seperti iblis yang ingin merayu manusia agar jatuh kedalam godaan. Tapi Kaizen sama sekali tidak bergeming.

Dia sudah memiliki uang, terkenal berkat sepak terjangnya di dunia literatur, dan pernah berkencan baik itu dengan laki-laki maupun perempuan.

Tawaran mata benar-benar tidak menarik.

Mata tampaknya menyadari bahwa pihak lain tidak tergoda, bahkan masih menggenggam cakar si hantu wanita yang terus menggelepar. Dia kembali berujar dengan suara lembut dan manis, bahkan terkesan sungkan

"Kau bisa hidup selama yang kau mau di dalam permainan, dan itu tidak akan mengganggu aktivitasmu di kenyataan. Kau juga bisa menukar poin untuk umur panjang, bahkan keabadian."

Manusia selalu menginginkan umur panjang, jadi ini adalah tawaran yang sangat menggoda.

Kaizen akhirnya melepaskan si hantu wanita yang langsung berlari kencang dan gemetar di sudut. Gadis itu kembali menatap mata dan berujar

"Premisnya adalah jika aku berhasil menghindari dibunuh dan dimakan oleh setiap bos instansi."

Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, berujar datar

"Siapa yang barusan bilang jika aku gagal memenuhi poin atau mati di instansi, maka aku juga akan mati di kenyataan?"

Mata terdiam.

Kaizen berkata

"Aku tidak mau berjuang mati-matian dan aku tidak mau membuang-buang waktumu. Daripada pusing, ya sudah. Tinggal mati saja."

Mata tampak marah saat Kaizen kembali mendekati hantu wanita yang gemetar panik di sudut. Dia mendekati Kaizen dengan marah, tapi tidak melakukan tindakan anarkis dan hanya berkata

"Begitu kau memasuki game nightmare whisper, kau tidak bisa keluar dari sini dengan mudah. Sekalipun kau akan kembali ke kenyataan setelah menyelesaikan satu instansi, kau akan tetap diculik kembali untuk bermain disini."

"Daripada kau bermain atau mati sia-sia, tidakkah lebih baik untuk memikirkan apa yang kau mau dengan sungguh-sungguh? Aku bisa mengabulkan permintaan apapun" lanjut mata.

Kaizen berhenti mendekati hantu wanita dan menatap mata lekat-lekat, bertanya

"Apapun?"

"Apapun."

Kaizen tampak berpikir

"Termasuk .... Mengubah hukum dan stereotip?"

"Ya."

Kaizen tersenyum manis

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Kupikir kau akan terus mengancamku, menggodaku, dan mengulangi siklus itu sampai aku menangis ketakutan dan setuju."

Gadis itu terkikik kecil

"Hanya anak-anak yang memainkan trik semacam ini dan jatuh kedalamnya. Katakan padaku, apakah kau berusia tiga tahun?"

Mata "..... Cih!"

Aku tidak suka manusia yang satu ini!

Sejak awal aku tidak menyukainya!

Mata raksasa itu dipenuhi oleh tatapan yang tidak menyenangkan, tapi Kaizen tidak memedulikannya sama sekali. Bagaimanapun juga, entitas yang bersamanya saat ini adalah roh jahat dan sepertinya .... Iblis?

Dua mahluk yang menjadi representasi dari kejahatan, dan suka berbohong.

Dia sama sekali tidak percaya pada mata. Tidak sedikitpun.

Selain itu, dia ingin sebuah kesempatan untuk membuat keinginannya menjadi kenyataan.

Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga seluruh wanita di dunia ini.

Jika dia bisa mengubah tatanan hukum dan stereotip dunia ini pada wanita, akankah mereka bisa hidup dengan lebih santai dan bebas?

Jujur saja tawaran mata sebelumnya benar-benar menggoda, tapi terlalu banyak resiko.

Harta, memiliki resiko yang sangat berdarah.

Tahta, memiliki resiko tanggungjawab yang besar.

Pasangan, terlalu membebani.

Hidup panjang, terlalu menyakitkan.

Entitas satu ini benar-benar iblis.

"Bisakah aku bertanya mengenai deskripsiku sebagai pemain?" Tanya Kaizen.

Mata tampak kesal, tapi dia tetap mengirimkan gelombang informasi secara langsung ke otak pihak lain.

Nama: Kaizen Bramasta

Username: Golden Irish

Senjata: keping senjata 10x

Kartu: 0

Benda terkutuk: 0

Poin bertahan hidup: 100

Skill: Pengunci jiwa

Kemampuan: D. Terlemah dari yang terlemah

Komentar: Gadis sampah yang murahan. Bisa bertemu dan bernegosiasi dengan sang Mata adalah hal terbaik yang pernah kau lakukan dalam hidupmu, jadi berlutut dan nyanyikan pujian untukku, sialan!

Kaizen menatap mata yang melayang didepannya tanpa menunjukkan fluktuasi apa-apa, dia hanya bertanya

"Dimana aku bisa melihat jiwa bos yang kukunci?"

Mata sudah tidak terlihat sekesal tadi, dia menjawab dengan nada normal

"Ada tahi lalat merah di tulang selangkamu 'kan? Ketuk itu dua kali."

Mata Kaizen berbinar kagum

"Sejak kapan tubuhku mempunyai fungsi ini? Canggih sekali."

Mata tampak sombong

"Sejak kau bertemu denganku."

Namun Kaizen tidak menggubrisnya

"Aku harus berterimakasih pada Tuhan setelah keluar dari sini."

"Hei! Aku yang memberimu kekuatan itu! Kau harusnya berterimakasih padaku! Bukan pada Tuhan!" Mata berteriak keras.

Tapi Kaizen menjawab dengan tenang

"Kau dan aku sama-sama diciptakan oleh Tuhan, sama-sama mahluk Tuhan. Jadi kekuatanmu dan kekuatanku sekarang juga semuanya berkat Tuhan."

Mata "...."

Sial kau!

Tapi gadis ini mengatakan hal yang benar.

Kaizen mengacuhkan mata yang sedang mengalami krisis identitas, lalu mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya. Benar saja, terdapat informasi berupa foto dan deskripsi seperti lembaran buku.

[Id: 001]

[Nama: Lucia Gray]

[Asal: Instansi pemula]

[Level: Mudah]

[Keterangan: Lucia adalah seorang anak kaya yang menjadi korban penculikan bersama Kaizen. Tapi begitu keduanya berhasil lolos, salah satu penculik itu menyiram air keras ke wajah Lucia.

Karena Lucia adalah pewaris dan kepala klan tidak menerima anak cacat, dia dibuang dan hanya hidup bersama uang. Satu-satunya penghiburan dalam rasa sakitnya adalah ingatan saat diculik bersamamu, saat kau menghibur dan menenangkannya.

Dia hanya bisa hidup dibawah bayang-bayang, berbeda denganmu yang hidup dibawah cahaya. Karena takut kau meninggalkannya, dia membunuh semua orang yang melihat dan mengingatmu. Dia sangat mencintaimu, dan ingin memakan sedikit daging dan meminum darahmu untuk ritual pengikat jiwa.]

Begitu informasi ini tersampaikan, Kaizen melihat foto Lucia yang semula diam, menjadi tersenyum sangat manis. Bibirnya di foto juga bergerak tanpa suara, mengatakan

"Aku mencintaimu."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Obsesi   Cinta pertama (5)

    Pria itu mengubah lengan kirinya menjadi perak dan mengayunkannya untuk memecahkan jendela, Kaizen dan Shirley tersentak kaget dan berniat lari. Tapi Kaizen langsung urung dan menatap pria itu, berteriak "Winter!!!"Gerakan pria itu berhenti."Kau mau mati ya?! Ayo pergi! Sudah jelas bahwa dia bukan manusia!!" Pekik Shirley sambil menarik lengan Kaizen."Tidak, tunggu sebentar. Aku punya rencana" bisiknya, menepuk pundak Shirley beberapa kali dan mendekati jendela.Shirley jelas ingin meninggalkannya, tapi mungkin wanita itu takut bahwa Kaizen akan dipengaruhi Winter dan langsung berbalik membunuhnya. Jadi dia memilih tinggal sambil bersiap menembakkan panah.Tatapan Winter melembut begitu melihat Kaizen mendekat, mulutnya berbisik penuh rasa manis"Irish ... Irish ...""Winter, sebelum kubukakan jendelanya ... Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"Pria itu memiringkan kepalanya dengan manis dan menjawab

  • Obsesi   Cinta pertama (4)

    Kaizen membuka pintu ruang dokter, tapi masih tidak menemukan pemain yang dimaksud. Dia juga tidak bertemu siapapun selain Shirley yang sedang mengecek ruang sebelah untuk mencari tali, masih tidak menyerah tentang mengikat mayat.Ditambah lagi mereka sedang diburu waktu.Seingatnya mereka baru menghabiskan waktu satu jam setelah misi dimulai, tapi Nightmare Whisper sudah menghitungnya menjadi seperempat dari waktu misi pertama. Mungkinkah setting waktu disini sama dengan instansi pertama?Ngomong-ngomong soal instansi, dia belum mengecek definisi tentang Ariel dan Eldoris di album. Kaizen mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya dan langsung disuguhi foto empat orang pria. Lucia Gray, Xaver Madison, Ariel Delmare dan juga Eldoris Delmare.Keempat pria dalam foto itu membuka mata mereka secara bersamaan. Lucia yang menatapnya sambil menjilat bibirnya sendiri, Xaver yang menatapnya dengan senyum polos dan pipi merona, Ariel yang menata

  • Obsesi   Cinta pertama (3)

    Pintu lift terbuka. Sama seperti sebelumnya, Shirley adalah pihak yang melempar sesuatu keluar dan tidak mendapatkan respon negatif. Dua wanita ini dengan tenang berjalan keluar, melangkahi mayat Alpha yang masih ada didalam lift."Tunggu" Shirley menghentikan Kaizen.Gadis itu menatap pihak lain dengan mata bertanya."Kita tidak tau apakah boleh meninggalkan mayat di dalam lift atau tidak, bantu aku menarik mayat Alpha keluar" ajaknya, berjongkok dan menarik sebelah kaki pria itu.Kaizen menarik sebelah kaki yang lain dan menarik mayat berlumur darah serta cairan otak itu keluar, tapi walau begitu Shirley juga tak kunjung berhenti menarik mayat Alpha. "Shirley?" Tanyanya, memastikan."Aku tidak tau apakah Alpha sudah dihitung sebagai mayat atau tidak oleh Nightmare Whisper, tidak lucu kalau kita sampai dianggap meninggalkan rekan setim dan menerima hukuman" jelasnya.Penjelasan ini cukup masuk akal.Oleh karena itu Kaizen tetap membantu Shirley menarik mayat, lalu mendudukkannya di

  • Obsesi   Cinta pertama (2)

    Alpha membuka pintu kamar tempat mereka di kumpulkan sebelumnya, memperhatikan angka B77 yang sudah usang. Lalu membukakan pintu untuk dua wanita lain, sambil terus mewaspadai kemungkinan jebakan apapun. "Sunyi, apakah benar-benar hanya ada kita di gedung ini sebagai pemain?" Bisiknya, takut tiba-tiba akan muncul makhluk instansi yang menyerang mereka atau memulai penalti karena mengungkapkan identitas.Untungnya, Nightmare Whisper masih senyap.Hanya ada suara gema dari langkah kaki mereka bertiga."Sebenarnya apa misi kita?" Kaizen memancing dua orang lain agar mau berdiskusi."Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari setting instansi dan buku yang pernah kubaca. Mungkin akan ada petunjuk jika kita mampir ke ruangan dokter, atau kamar mayat. Pilih saja, atau kalian mau berpencar?" Tawar Shirley.Alpha langsung menolak ide ini"Tidak. Kurasa lebih baik kita menebak dulu ini rumah sakit apa. Besar kemungkinan misi kita ada kaitannya dengan rumah sakit apa ini, tempat pertama kita dipang

  • Obsesi   Cinta pertama (1)

    Cahaya bulan menembus jendela tua yang tertutup gorden tipis, tampak usang dan kuno. Tembok yang lapuk dan penuh dengan noda hitam, membuat kesan seolah pernah ada tragedi hebat disana. Ranjang berderit keras bahkan hanya dengan sedikit gerakan, bisa ditebak tanpa harus berpikir lama bahwa tempat ini sudah luntur dari ingatan manusia.Kaizen menatap sorot senter yang diarahkan ke matanya dengan tenang, lalu berjalan mendekat ke orang-orang yang menatapnya takut-takut dan bertanya padanya "Apakah kau manusia atau hantu?""Mana ada orang yang menanyakan hal semacam itu dan yakin menerima jawaban jujur?" Ini adalah seorang wanita berseragam guru, dengan name tag yang berubah menjadi mozaik."Tidak ada salahnya bertanya, lagipula bukankah kita akan menghadapi situasi hidup dan mati bersama?" Balas orang pertama yang buka suara, pria yang memakai almamater kampus berwarna ungu."Ngomong-ngomong, kau bisa memanggilku 'Alpha'. Mohon kerjasamanya" lanjut pria itu."Golden Irish" balas Kaizen

  • Obsesi   Realita: Kau yang paling cantik

    "Mau bergandengan?" Tawar wanita yang sedang berjalan disampingnya, dengan wajah yang tertutup sempurna.Kaizen melihat uluran tangan ini dan merespon lambat".... Kurasa tidak."Rania tentu tidak akan memaksa dan menarik tangannya kembali, tersenyum"Oke."Keduanya berjalan menggunakan tangga darurat untuk menghindari CCTV, melangkah lambat dan hanya disambut gema. Kaizen adalah pihak pertama yang memecahkan keheningan "Sudah berapa proyek?"Dia melihat Kaizen yang membuka pintu salah satu lantai gedung dan menjawab"Lima web series dan dua box office."Berjalan beberapa langkah didepan, Kaizen menimpali dengan"Kau sudah menjadi orang besar sekarang."Rania tertawa kecil dan menatap lekat nomor unit dimana Kaizen berhenti melangkah"Mn. Sayang sekali aku salah negara, dan tidak ada kau disana."Gerakannya membuka pintu langsung terhenti dan dia berbalik memperingatkan "Rania, kita sudah pernah membahas ini."Yang diperingatkan hanya mengendikkan bahu, memalingkan muka saat Kaizen m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status