Share

Tiga

"Aku hanya mengatakan fakta, kalau kau tidak mau ya sudah. Matilah" mata berujar santai, seolah yakin akan isi pikiran Kaizen.

Sebuah jilatan kembali dirasakan oleh tengkuknya, sepasang tangan yang tajam itu juga kini beralih memeluknya. Kaizen menghela nafas

"Baiklah."

Gadis itu menggenggam erat cakar tajam yang masih memeluknya, memiringkan kepala untuk mengekspos nadinya dan berujar santai

"Ayo."

Mata "......"

Hantu wanita di belakang "....."

Suara dingin mata kembali terdengar

"Kalau kau mati disini, kau juga akan mati di dunia asalmu."

Kaizen justru menyenderkan tubuhnya pada hantu wanita di belakang yang sudah berhenti menjilat, menjawab

"Bukan masalah. Tinggal mati saja."

Hantu wanita di belakang itu gemetar dan melepaskan pelukannya, tapi Kaizen menahan cakar wanita itu dan memaksa pihak lain untuk tetap memeluknya

"Jangan tunda waktu milik mata, ayo."

Mata "......"

Hantu itu meronta-ronta dan ingin melepaskan diri, dia tidak mau memakan orang yang tidak takut mati, itu tidak menyenangkan dan tidak akan terasa enak. Tapi Kaizen tetap tidak mau melepaskan, masih bergumam

"Baru kali ini aku mendengar hantu yang bisa memakan orang, ini pengetahuan yang menarik."

Hantu wanita akhirnya berhasil melepaskan diri dan mencoba berlari menjauh, tapi Kaizen berhasil memegang salah satu cakarnya dan mencegahnya pergi

"Jangan lari, aku manusia dan kau adalah roh jahat yang tidak mempan dengan ayat suci. Aku tidak akan bisa melakukan sesuatu padamu, jadi cepatlah."

Penampilan hantu wanita itu sesuai dengan dugaan Kaizen pada awalnya. Rambut panjang yang melayang-layang, sepasang tangan yang hanya tersisa tulang dan cakar panjang, lidah menjulur keluar dari mulutnya yang robek dari satu sisi ke sisi wajah lain, juga sepasang kaki domba.

Hantu yang mengerikan memang. Tapi Kaizen tidak takut pada hantu, dia takut pada manusia.

Mata "......"

Hantu wanita itu meronta-ronta kembali, tapi karena Kaizen sudah menggenggam sebelah cakarnya, semuanya sia-sia. Dia tampak seperti ikan menggelepar, meronta diatas talenan sebelum dimasak. Hanya bisa melompat-lompat di tempat, tidak bisa melarikan diri.

Mata yang melihat semua itu tampak berkedut sekejap, lalu berujar

"Kalau kau bisa mengumpulkan semua poin, kau tidak hanya bisa terus hidup, tapi juga bisa menukarnya dengan apapun yang kau mau di kenyataan. Entah itu kekayaan, kedudukan, pasangan, semuanya."

Suara mata tidak lagi terdengar arogan dan mengancam. Kali ini suara itu berujar lembut, sangat lembut seperti iblis yang ingin merayu manusia agar jatuh kedalam godaan. Tapi Kaizen sama sekali tidak bergeming.

Dia sudah memiliki uang, terkenal berkat sepak terjangnya di dunia literatur, dan pernah berkencan baik itu dengan laki-laki maupun perempuan.

Tawaran mata benar-benar tidak menarik.

Mata tampaknya menyadari bahwa pihak lain tidak tergoda, bahkan masih menggenggam cakar si hantu wanita yang terus menggelepar. Dia kembali berujar dengan suara lembut dan manis, bahkan terkesan sungkan

"Kau bisa hidup selama yang kau mau di dalam permainan, dan itu tidak akan mengganggu aktivitasmu di kenyataan. Kau juga bisa menukar poin untuk umur panjang, bahkan keabadian."

Manusia selalu menginginkan umur panjang, jadi ini adalah tawaran yang sangat menggoda.

Kaizen akhirnya melepaskan si hantu wanita yang langsung berlari kencang dan gemetar di sudut. Gadis itu kembali menatap mata dan berujar

"Premisnya adalah jika aku berhasil menghindari dibunuh dan dimakan oleh setiap bos instansi."

Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, berujar datar

"Siapa yang barusan bilang jika aku gagal memenuhi poin atau mati di instansi, maka aku juga akan mati di kenyataan?"

Mata terdiam.

Kaizen berkata

"Aku tidak mau berjuang mati-matian dan aku tidak mau membuang-buang waktumu. Daripada pusing, ya sudah. Tinggal mati saja."

Mata tampak marah saat Kaizen kembali mendekati hantu wanita yang gemetar panik di sudut. Dia mendekati Kaizen dengan marah, tapi tidak melakukan tindakan anarkis dan hanya berkata

"Begitu kau memasuki game nightmare whisper, kau tidak bisa keluar dari sini dengan mudah. Sekalipun kau akan kembali ke kenyataan setelah menyelesaikan satu instansi, kau akan tetap diculik kembali untuk bermain disini."

"Daripada kau bermain atau mati sia-sia, tidakkah lebih baik untuk memikirkan apa yang kau mau dengan sungguh-sungguh? Aku bisa mengabulkan permintaan apapun" lanjut mata.

Kaizen berhenti mendekati hantu wanita dan menatap mata lekat-lekat, bertanya

"Apapun?"

"Apapun."

Kaizen tampak berpikir

"Termasuk .... Mengubah hukum dan stereotip?"

"Ya."

Kaizen tersenyum manis

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Kupikir kau akan terus mengancamku, menggodaku, dan mengulangi siklus itu sampai aku menangis ketakutan dan setuju."

Gadis itu terkikik kecil

"Hanya anak-anak yang memainkan trik semacam ini dan jatuh kedalamnya. Katakan padaku, apakah kau berusia tiga tahun?"

Mata "..... Cih!"

Aku tidak suka manusia yang satu ini!

Sejak awal aku tidak menyukainya!

Mata raksasa itu dipenuhi oleh tatapan yang tidak menyenangkan, tapi Kaizen tidak memedulikannya sama sekali. Bagaimanapun juga, entitas yang bersamanya saat ini adalah roh jahat dan sepertinya .... Iblis?

Dua mahluk yang menjadi representasi dari kejahatan, dan suka berbohong.

Dia sama sekali tidak percaya pada mata. Tidak sedikitpun.

Selain itu, dia ingin sebuah kesempatan untuk membuat keinginannya menjadi kenyataan.

Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga seluruh wanita di dunia ini.

Jika dia bisa mengubah tatanan hukum dan stereotip dunia ini pada wanita, akankah mereka bisa hidup dengan lebih santai dan bebas?

Jujur saja tawaran mata sebelumnya benar-benar menggoda, tapi terlalu banyak resiko.

Harta, memiliki resiko yang sangat berdarah.

Tahta, memiliki resiko tanggungjawab yang besar.

Pasangan, terlalu membebani.

Hidup panjang, terlalu menyakitkan.

Entitas satu ini benar-benar iblis.

"Bisakah aku bertanya mengenai deskripsiku sebagai pemain?" Tanya Kaizen.

Mata tampak kesal, tapi dia tetap mengirimkan gelombang informasi secara langsung ke otak pihak lain.

Nama: Kaizen Bramasta

Username: Golden Irish

Senjata: keping senjata 10x

Kartu: 0

Benda terkutuk: 0

Poin bertahan hidup: 100

Skill: Pengunci jiwa

Kemampuan: D. Terlemah dari yang terlemah

Komentar: Gadis sampah yang murahan. Bisa bertemu dan bernegosiasi dengan sang Mata adalah hal terbaik yang pernah kau lakukan dalam hidupmu, jadi berlutut dan nyanyikan pujian untukku, sialan!

Kaizen menatap mata yang melayang didepannya tanpa menunjukkan fluktuasi apa-apa, dia hanya bertanya

"Dimana aku bisa melihat jiwa bos yang kukunci?"

Mata sudah tidak terlihat sekesal tadi, dia menjawab dengan nada normal

"Ada tahi lalat merah di tulang selangkamu 'kan? Ketuk itu dua kali."

Mata Kaizen berbinar kagum

"Sejak kapan tubuhku mempunyai fungsi ini? Canggih sekali."

Mata tampak sombong

"Sejak kau bertemu denganku."

Namun Kaizen tidak menggubrisnya

"Aku harus berterimakasih pada Tuhan setelah keluar dari sini."

"Hei! Aku yang memberimu kekuatan itu! Kau harusnya berterimakasih padaku! Bukan pada Tuhan!" Mata berteriak keras.

Tapi Kaizen menjawab dengan tenang

"Kau dan aku sama-sama diciptakan oleh Tuhan, sama-sama mahluk Tuhan. Jadi kekuatanmu dan kekuatanku sekarang juga semuanya berkat Tuhan."

Mata "...."

Sial kau!

Tapi gadis ini mengatakan hal yang benar.

Kaizen mengacuhkan mata yang sedang mengalami krisis identitas, lalu mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya. Benar saja, terdapat informasi berupa foto dan deskripsi seperti lembaran buku.

[Id: 001]

[Nama: Lucia Gray]

[Asal: Instansi pemula]

[Level: Mudah]

[Keterangan: Lucia adalah seorang anak kaya yang menjadi korban penculikan bersama Kaizen. Tapi begitu keduanya berhasil lolos, salah satu penculik itu menyiram air keras ke wajah Lucia.

Karena Lucia adalah pewaris dan kepala klan tidak menerima anak cacat, dia dibuang dan hanya hidup bersama uang. Satu-satunya penghiburan dalam rasa sakitnya adalah ingatan saat diculik bersamamu, saat kau menghibur dan menenangkannya.

Dia hanya bisa hidup dibawah bayang-bayang, berbeda denganmu yang hidup dibawah cahaya. Karena takut kau meninggalkannya, dia membunuh semua orang yang melihat dan mengingatmu. Dia sangat mencintaimu, dan ingin memakan sedikit daging dan meminum darahmu untuk ritual pengikat jiwa.]

Begitu informasi ini tersampaikan, Kaizen melihat foto Lucia yang semula diam, menjadi tersenyum sangat manis. Bibirnya di foto juga bergerak tanpa suara, mengatakan

"Aku mencintaimu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status