Saat inilah keanehan mulai terjadi, meja yang semula tampak kosong dan hanya terisi bunga dan lilin kini dipenuhi oleh makanan dan minuman. Ada steak, roti Prancis, selada, irisan daging, mentega dan keju, hidangan vegetarian seperti salad, berbagai macam saus, sekeranjang apel, jus jeruk, serta sampanye.
Porsinya cukup untuk lima orang, bahkan lebih dari cukup."Itu ... Bukankah sebelumnya tidak ada apapun? Kenapa tiba-tiba?" Pendosa bertanya, skeptis."Lagipula kita akan berada disini untuk beberapa hari. Mata tidak mungkin ingin kita kelaparan 'kan?" Winter yang tidak pernah bicara sebelumnya, ikut menimpali."Aku lapar" celetuk Sugar sembari melepaskan pelukannya pada lengan Kaizen, berjalan mendekati meja makan."Aku juga lapar, bolehkah kita memakannya?" Silver bertanya entah pada siapa.Pendosa melirik jam besar dan perapian secara bergantian, lalu berkata"Tidak ada peringatan apapun, mungkinkah ini disiapkan untuk kita oleh mata?"Manik semua orang berkilau dan mereka mulai memakan makanan diatas meja, hanya Kaizen dan winter yang tidak mengambil hidangan apapun. Silver mau tidak mau bertanya"Irish, kau tidak makan?"Kaizen mengerutkan kening begitu merasa lapar secara tiba-tiba, dia menatap winter yang tidak ikut memakan apapun dan hanya menatapnya. Kaizen tidak ambil pusing dan mensugesti dirinya mati-matian, sebelum menjawab"Tidak. Kalian juga jangan memakannya."Pendosa yang baru selesai berdoa dan hendak mengambil roti, gerakannya terhenti. Tapi dia tidak ambil pusing dengan perkataan Kaizen dan tetap makan, walaupun hanya sebatas roti dan jus jeruk saja"Irish, kau tidak akan punya tenaga jika tidak memakan apapun. Kalau kau takut dengan daging apa itu, makan saja roti bersamaku. Setidaknya kau akan merasa lebih baik, kulitmu tampak pucat."Mendengar penuturan Pendosa, Kaizen menatapnya dengan lekat untuk beberapa lama. Tapi dia menggeleng sebagai jawaban, pendosa menghormati pilihannya dan tidak memaksa. Silver disisi lain memakan steak dengan rakus, bicara dengan mulut penuh"Kalau Irish tidak mau makan, biarkan saja. Mungkin perutnya masih terasa tidak enak karena di teleport oleh mata dari kenyataan, istirahatlah Irish."Sugar mengangguk"Ya, duduklah di sebelahku. Aku bisa membantumu sedikit, setidaknya sebelum kita membagi kamar tidur."Kaizen memandangi orang-orang yang makan sambil berujar kata-kata penuh perhatian, hatinya terasa agak masam. Dia berjalan menuju meja makan tapi memilih untuk duduk di sebelah winter, satu-satunya orang yang tidak ikut makan bersama yang lain."Kenapa tidak makan?" Kaizen bertanya dengan berbisik."Karena terlalu mencurigakan, kau juga menyarankan untuk tidak memakannya. Jadi kupikir kau sudah menemukan sesuatu, lebih mudah mempercayai orang yang penuh pertimbangan daripada mereka yang menerima arus dan ikut-ikut saja" jawabnya, juga dengan berbisik.Malam semakin merayap, membuat penerangan dari cahaya lilin dan piring-piring kristal di atas meja tampak sangat cantik. Semua orang juga berbincang ringan sambil makan, tampak seperti keluarga yang bahagia dan hidup didalam rumah hangat.Tapi ini hanya 'seperti'.Jam besar berdentang keras menunjukkan pukul delapan malam, bersama dengan itu daerah diluar rumah menjadi gelap total seolah tidak ada apapun disana selain kegelapan. Kaizen yang sedang berbisik-bisik dengan Winter, secara tiba-tiba melihat ke arah pintu dan dengan tajam menunjuk ke arah itu.Gerakan ini begitu mencolok sehingga Sugar dan Winter juga ikut melihat ke pintu, ketiganya diam seolah seseorang sudah menekan tombol pause. Kaizen memiliki pendengaran yang tajam, karenanya dia sudah tau bahwa sesuatu telah datang dengan gerakan yang sangat cepat.Karena tidak lama setelahnya, terdengar suara ketukan di pintu.Tok! Tok! Tok!Semua aktivitas di meja makan terhenti begitu saja, sayangnya silver yang mengunyah daging langsung terbatuk akibat daging yang tersangkut di tenggorokannya, terlalu terkejut. Ketukan di pintu segera terhenti, disusul oleh sebuah suara"Selamat malam, bolehkah aku masuk?"Suara itu terdengar tajam, tersendat dan monoton. Seperti suara monster yang mencoba menirukan suara manusia hidup, tapi gagal dengan mengerikan."....."Tentu saja tidak ada yang mau berbicara lagi di meja makan, semuanya hening dan hanya terdengar bunyi detak jam. Satu menit, dua menit, tiga menit, bahkan hingga lima menit kemudian tidak ada apapun yang terjadi.Saat semua orang berpikir bahwa mereka sudah aman, suara di pintu datang lagi dan berhasil menakuti semua orang.BRAK! BRAK! BRAK!Sesuatu diluar pasti mencoba masuk mati-matian, suaranya jauh lebih keras dibandingkan dobrakan pintu biasa. Itu lebih terdengar seperti sesuatu diluar membenturkan tubuhnya berkali-kali untuk memaksa pintu agar terbuka.Orang-orang sangat ketakutan mengingat betapa tipisnya pintu depan, takut bahwa itu bisa terbuka kapan saja dan mengambil kuda-kuda untuk jaga-jaga. Pintu itu sudah bergoyang hebat dan bisa hancur kapan saja, seolah pintu itu tidak dibuat untuk menjadi pertahanan tapi hanya untuk sekedar hiasan.BRAK! BRAK! BRAK!Semua orang gemetar dan tidak berani melakukan gerakan apapun, seolah mencoba memberi ilusi bahwa tidak ada siapapun disini pada sesuatu diluar. Suara dobrakan itu terus terdengar bahkan selama setengah jam kedepan.Karena tak kunjung terjadi sesuatu, orang-orang sudah tidak setakut pada awalnya, hanya waspada dan meraih pisau makan dan pisau buah untuk berjaga-jaga. Kaizen juga tidak membuat suara apapun, tapi dia tampak jauh lebih tenang dibandingkan yang lain.Sugar tidak tahan lagi mendengar dobrakan pintu"Apa yang harus kita lakukan?"Winter melirik Kaizen yang juga sedang menatapnya, pria itu tersenyum dan beralih ke mode serius begitu menghadapi sugar"Satu orang dewasa dengan kekuatan rata-rata sekalipun, pasti bisa mendobraknya."Semua orang melihat sikap tenang winter dan merasa ikut tenang, benar-benar bagus memiliki pria seperti itu dalam kelompok. Perkataan pria ini membuat kelompok itu sadar bahwa sesuatu diluar tidak akan bisa masuk kedalam, mereka aman.Seolah tau pemikiran semua orang, dobrakan di pintu terhenti.Pendosa bertanya takut-takut setelah dua menit tidak ada gerakan apapun dari luar"Sudah berakhir?"Tapi tidak ada yang menjawab, karena Kaizen tiba-tiba melihat ke arah jendela di belakang winter. Semua orang yang sudah waspada berkat gerakan pertama gadis itu, mau tidak mau juga ikut melihat jendela di belakang winter. Hanya mendapatkan pemandangan luar yang hitam dan hampa.Silver bertanya lirih"Apakah jendelanya terbuka?"Kaizen menatapnya dan memberi gestur agar dia diam, tapi silver tidak mengerti apa yang salah dengan perkataannya dan kembali berkata"Apa? Kau bilang sendiri kalau sesuatu di luar tidak akan bisa-""Jangan bicara!!" Bentak Kaizen.Tapi perkataan silver sudah terlanjur dan tidak bisa dihentikan sekalipun sudah dipotong oleh Kaizen"-masuk."Semua orang memucat, termasuk silver. Dia dengan gugup bertanya"Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?"Raut Kaizen sangat tidak sedap dipandang.Benar saja, kemudian suara sesuatu itu terdengar kembali"Terimakasih."Kaizen dengan cepat berteriak sambil menendang kursi Winter jauh-jauh"Menjauh dari jendela!!"Kurang dari sedetik kemudian, jendela besar dan tinggi itu pecah dengan ledakan.Pecahan kaca terbang secara acak ke segala arah, seolah sedang bermanuver dengan kecepatan tinggi dan melawan hukum gravitasi. Manusia yang berada dalam ruangan tersebut lantas berlari kocar-kacir seperti kawanan semut yang tersiram air. Namun kecepatan manusia, sekalipun sudah mendapatkan peningkatan dari mata sebelum memasuki game, tetap menjadi lelucon dibawah kecepatan alami dari sebuah tragedi.Beberapa pecahan kaca dengan kejam menancap di bahu, pundak, perut, kaki dan pipi beberapa dari mereka. Kaizen yang berada paling dekat dari jendela menerima dampak yang lebih mengerikan, tapi dia tidak lari dan hanya tiarap dibawah meja. Kedua tangannya mendapat luka robek disana-sini, darah merembes dari bajunya yang robek.Winter yang ditendang menjauh juga berhasil berlindung dari hujan kaca tersebut, hanya mengalami cedera kecil yang tidak terlalu berarti. Pendosa mendapatkan luka sayatan di pergelangan tangan kanan juga di dahi, Sugar kurang beruntung da
Pendosa menatap winter yang sedang mengasah pisau di lantai dan silver yang gugup di sebelahnya, merasa tidak enak"Bung, kau tidak tidur?"Winter menggeleng, tidak ada lagi senyum di bibirnya"Tidak bisa tidur."Silver yang tengah memaksa menghitung uang didalam kepalanya agar bisa tidur, juga memperhatikan winter yang masih asik dengan pisaunya"Pisau yang cantik, apa kau membelinya di Mal nightmare whisper?"Gerakan Winter yang sedang mengasah pisau terhenti, lalu menatap dua pria besar yang menyisakan sebuah tempat di atas ranjang untuknya"Bukan pisau, tapi karambit. Aku juga tidak membelinya, aku mendapatkannya."Pendosa dan Silver sama-sama terdiam, keduanya memiliki sebuah pemikiran yang terlintas di benak mereka. Tapi sebelum dua orang itu merasa senang, mereka teringat pada sikap Winter yang suam-suam kuku dan menelan kembali kata-kata mereka.Jika Winter benar-benar tidak membelinya dan 'mendapatkannya', maka hanya ada satu kemungkinan.Itu adalah item terkutuk.Pendosa den
Silver berlari menjauh tanpa mengatakan apa-apa, menyeret pendosa yang berdiri tidak jauh darinya menuju tempat Winter yang berdiri diam di dekat Kaizen. Pendosa yang tidak tau kenapa silver bersikap aneh, tidak bertanya ada apa.Karena dia tau pasti dari ekspresi Silver, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi jika mereka tidak bicara dengan hati-hati lagi. Seperti penyerangan gadis merah untuk pertama kali.Winter yang sedang menatap lekat memar di pipi Kaizen, mengernyit tidak senang akan interupsi orang lain secara tiba-tiba. Tapi dia berhasil mengatur emosinya dan bertanya "Ada apa?"Pendosa menggeleng, pertanda bahwa dia memang tidak tau ada apa. Silver memberi gestur agar mereka diam dan menunjuk ke arah jendela, tapi begitu mereka melihat ke arah yang dimaksud Silver, mereka tidak menemukan apa-apa. Bahkan tangan diluar pun menghilang.Silver tergagap dan mulai menjelaskan"Aku bersumpah disana tadi ada-""Ssssstt!"
Beberapa orang baru menyadari sebuah arti saat sudah tidak memilikinya lagi. Hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit tak berkesudahan bagi diri sendiri.Ingin melepaskan tapi hati tidak menginginkan.Ingin mendekap erat sekali lagi, tapi terhalang oleh kasih dan takut menyakiti.Memang selalu ada yang namanya kesempatan kedua, tapi tidak semua orang layak mendapatkannya.Akan selalu ada kata maaf dari bibir mereka yang terluka, tapi mereka tidak akan pernah melupakan karena akan selalu teringat rasa sakitnya.Kisah kasih pendosa memang sangat menyedihkan, tapi tidak layak untuk terulang. Semua orang bahkan pendosa sendiri sepertinya sudah tau akan hal ini, tapi baik dia maupun para survivor hari pertama tidak mau mengucapkan pendapat apapun. Mereka juga tidak mau menjustifikasi pria yang bahkan demi cinta dan penyesalan pahitnya, rela menjual diri pada iblis.Yang bermasalah pasti tau konsekuensi dari permintaannya p
"Irish, ada apa?" Tanya Winter.Kaizen terus menatap keatas sembari menjawab"Tidak, ayo panjat."Winter tidak mengatakan apa-apa lagi, menuruti keinginan Kaizen yang ingin segera mencapai rumah pohon. Mungkin gadis ini tergesa-gesa karena sudah menemukan bahwa waktu dalam Nightmare berjalan beberapa kali lebih cepat dibandingkan realita, mungkin juga karena dialah yang pertama kali menyadari dan mengungkapkan bahwa hal-hal yang mereka hadapi hanyalah sebuah boneka.Keduanya tidak berbicara dan Winter hanya fokus memanjat kayu lapuk sebagai satu-satunya akses menuju rumah pohon, Silver dan Pendosa juga terus melihat mereka berdua dengan cemas. Perut mereka terasa semakin lapar dari waktu ke waktu, sungguh tidak ilmiah.Apalagi keduanya dulu sudah menikmati hidup susah serba kekurangan, mustahil jika mereka tidak bisa menahan lapar. Apakah ini alasan rekan mereka meminta agar tidak memakan apapun di Nightmare?Atau adakah sesuatu yang lebih mengerikan yang ada didalam makanan itu?Pend
Anak perempuan keluarga Madison memiliki rambut pirang keriting yang cantik, mata biru yang bulat dan berair. Gadis merah memiliki ciri-ciri serupa, hanya saja mata itu sudah digantikan oleh kancing dan tubuhnya sudah penuh jahitan seperti boneka.Menjadi secantik boneka saat hidup, dan menjadi boneka sungguhan saat mati. Kasihan.Kaizen juga ingat bahwa saat Sugar mengunci gadis merah kedalam kamar mereka, reaksi gadis merah saat itu sangat tidak wajar. Dia sudah menjadi mahluk semacam roh yang sangat kuat, atas dasar apa dia ketakutan hanya karena dikunci dari luar?Atau ... Apakah itu karena kenangan menyakitkan semasa hidup? Semacam pengalaman traumatis?Tapi siapa juga yang tega mengunci gadis kecil yang cantik didalam kamar pada masa itu?Xaver? Mustahil bagi seorang anak baik untuk mengunci kakaknya.Nyonya Madison? Tapi begitu gadis merah terkunci, 'ibu' adalah objek dimana gadis merah meminta tolong dengan sangat putus asa.Maka jawaban satu-satunya adalah sang ayah tiri.Kai
Winter yang tidak pernah melepaskan pandangannya dan dengan sengaja jatuh dengan posisi terlentang, mendadak menatap rumah pohon dengan penuh kebencian. Dua orang lain yang ingin membantunya untuk bangun, mau tidak mau juga mengikuti arah pandangnya dan berpikir.Apakah sesuatu sedang terjadi di rumah pohon?Tapi mereka tidak merasakan fluktuasi energi atau anomali apapun, benarkah rekan mereka sedang kesulitan disana?"Winter, ada apa?" Tanya Pendosa."Tidak ada.""Kau yakin? Jika terlalu mengkhawatirkan Irish, kenapa kau tidak naik saja kesana?" Pendosa kembali memberi usul.Winter memilih diam, tapi mulai menimbang-nimbang usul dari si Pendosa. Melihat aura kebencian yang digantikan oleh raut berpikir, dua orang lain merasa lebih tenang. Mereka terus melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun lagi selain rumah pohon, rumah keluarga Madison, dan rerumputan sejauh mata memandang.Rasanya seolah terjebak di properti p
Sementara Winter yang berdiri sendirian dibawah rumah pohon, menatap dua pria yang berjalan bersama Kaizen dengan mata dingin dan melihat ke samping rumah. Ada sesosok manusia super kurus dengan struktur tubuh seperti Slender man, bermata biru dan memakai gaun tidur berwarna putih. Rambut pirangnya tampak gemetar begitu ditatap oleh Winter, membuatnya menyusut kembali kedalam rumah melalui dinding.Mata Winter yang berkilat marah segera kembali normal dan dia tersenyum kecil, mengikuti Kaizen dan orang-orang untuk kembali masuk kedalam rumah. Sangat tidak logis jika dia memilih berdiam diluar dan membiarkan para pria mengelilingi Kaizen didalam rumah.Begitu dia masuk, dia ikut bergabung dengan kelompok orang yang sedang duduk diatas karpet mengelilingi sebuah buku harian. Kaizen yang mendengar gerakan dari luar, mengernyit begitu tau bahwa itu adalah Winter."Darimana?""Aku hendak menyusulmu ke atas, tapi kau sudah melompat ke Pendosa. Jadi aku butuh beberapa