UBrak!Dengan keras Ezra menendang pintu yang terkunci. Amarah Ezra langsung memuncak ketika mendapati Poppy yang akan berciuman dengan Keenan. Karenanya tanpa pikir panjang pria itu langsung menerjang Keenan.Bug!“Brengsek!”Pukulan keras mendarat sempurna pada rahang tegas Keenan. Tentu saja Keenan tidak terima, lebih dari itu … ia kesal karena waktu berduanya dengan Poppy terganggu.Ya, sepertinya Keenan gelap mata saat melihat kecantikan Poppy malam ini. Terlebih dengan Poppy yang terpengaruh oleh obat perangsang, sehingga nampak begitu seksi.Segera Keenan bangkit dan membalas pukulan Ezra.Poppy yang melihat itu menjerit. Dengan keadaan yang setengah waras, wanita itu mencoba memisahkan kedua pria yang sedang adu jotos. “Ezra, sudah!” Wanita itu menarik Ezra agar tidak lagi menghajar Keenan yang mulai melemah. Jelas Ezra tidak terima.“Apa kau masih sangat mencintainya sampai rela dicium oleh pria perebut itu?”“Bukan begitu—” “Kau benar-benar keterlaluan, Poppy!” Ezra kemb
“Cari tahu siapa yang sudah menjebak calon istriku dengan obat perangsang!” Tidak perlu dijelaskan pun Kevin sudah tahu siapa wanita yang dimaksud. Hal itu karena sikap yang tunjukan Ezra kepada Poppy sangatlah berbeda. “Baik, Pak.” “Aku ingin kau melakukannya dengan cepat!” “Saya akan langsung mencaritahunya, Pak.”“Hemm, kau pergilah!”“Baik, Pak.”Setelah kepergian Kevin, Ezra mengusap wajahnya kasar. “Ck! Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggumu, Poppy.”Lihatlah, betapa Ezra begitu peduli pada Poppy. Andai Poppy mengetahuinya, apa sikapnya akan tetap sama? Menunggu beberapa waktu, Kevin kembali datang dengan membawa informasi.“Bagaimana?”“Setelah mengecek rekaman CCTV ternyata pelakunya Chelsea, Pak.” “Ck! Wanita itu sepertinya ingin bermain-main denganku.” “Apa yang harus saya lakukan, Pak?” “Beritahu saja Pak Roy agar pria itu yang menghukum putrinya!” “Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi.”“Apa kau benar-benar tidak sudi jika aku menyentuhmu, Poppy?” Ezr
“Chelsea, apa yang sudah kau lakukan?”Chelsea yang baru saja bangun terkejut saat papanya mencerca dirinya.“Apa maksud, Papa?”“Ck! Kau berpura-pura tidak mengerti atau bagaimana? Kau sudah mengecewakanku karena tidak berhasil menjerat Ezra, dan sekarang kau malah berulah dengan menjebak kekasihnya! Apa kau tahu, karena ulah konyolmu itu … hampir membuat perusahaan papa bangkrut?”“Apa? Bagaimana bisa?”“Tentu saja bisa! Ezra itu memiliki kekuasaan.”“Ya, karena itulah aku ingin bersamanya.Tapi dia malah menolakku.” Chelsea mengepalkan tangannya. “Pembantu itu, aku akan memberikan pelajaran lebih dari sebelumnya.”Sementara pria yang memiliki kuasa itu sedang memikirkan alasan apa yang membuat Poppy menolaknya.Ezra mengambil gagang telepon kemudian menghubungi tangan kanannya.“Kau ke mari!”Tidak lama Kevin datang. “Ada yang harus saya lakukan, Pak?”“Kali ini cari tahu sedetail mungkin alasan apa yang membuat calon istriku diceraikan.”Ezra merasa ini ada hubungannya dengan ia ya
"Apa Anda yakin dengan informasinya?" Seren mendengus kemudian menyerahkan sebuah surat kepada Kevin. "Kau pikir aku membual? Jika tidak percaya, kau bisa mengeceknya sendiri!" Mata Kevin melebar ketika melihat hasil lab yang menjelaskan jika Poppy benar-benar positif hiv. Melihatnya jelas membuat Seren tersenyum sinis. "Kali ini kau percaya?" "Iya, Nona." "Ck! Untuk apa juga aku berbohong. Lebih baik kau beritahu atasanmu itu agar tidak tertular." "Baik, terima kasih." Kevin pamit undur diri kemudian menemui Ezra yang masih di kantor. "Mohon maaf, Pak, karena mengganggu malam-malam." "Tidak masalah selama kau membawa sebuah bukti konkret!" "Saya membawakannya untuk Anda." Kevin menyerahkan surat keterangan yang ia dapat kepada Ezra. Tidak jauh berbeda dengan reaksi yang ditunjukan Kevin tadi, Ezra pun membelalak. Setelahnya ia meremas surat tersebut. "Anda baik-baik saja, Pak?" "Kau bisa menilainya sendiri." Ya, harusnya Kevin tidak bertanya. Melihat raut waj
“Sayang, apa yang sedang kau lakukan di sini?” Keenan yang penasaran dengan sesuatu mengurungkan niatnya saat Seren tiba-tiba memeluknya.“Tidak, aku hanya sedang melihat-lihat ruanganmu.”Seren mengangguk kemudian menghela napas. “Aku pikir kau merindukanku,” ujarnya manja.“Ya, bisa dikatakan begitu.” Tidak puas dengan jawaban Keenan, Seren lantas memeluk Keenan. “Aku bahkan sangat merindukanmu. Andai bisa, aku ingin terus bersamamu.”“Kita bahkan berada di tempat kerja yang sama.” Keenan melepaskan pelukannya membuat Seren menggerutu. “Malam itu, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba ada di toilet wanita.”Tercenung, Keenan kembali mengingat kejadian malam itu. “Sayang, kenapa jadi melamun seperti itu? Ada yang sedang kau pikirkan?” “Nanti siang aku ada operasi, jadi mau istirahat lebih dulu.”Keenan pergi, membuat Seren mencak-mencak. Sebenarnya Keenan ini mencintainya atau tidak? “Ck! Poppy, tidak akan kubiarkan kau hidup bahagia.” Sementara wanita yang
“Apa ini benar?”Poppy menatap hasil pemeriksaan dengan tatapan nanar. “Tentu saja, Anda bisa melihatnya sendiri jika dari tiga alat ini semuanya negatif.”“Tapi … bagaimana bisa?” Mata Poppy mulai berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak menyangka jika ternyata ia negatif hiv. Lantas, bagaimana dengan keterangan yang dibawa Keenan?“Sudahlah, apa lagi yang membuatmu ragu? Kau harusnya senang karena ternyata ketakutanmu tidak terjadi!”Tanpa Ezra kira, Poppy langsung memeluknya. Wanita itu menumpahkan tangis harusnya di pelukan sang mantan kekasih. “Ezra, aku sehat.” Ezra tersenyum lalu membalas pelukan Poppy. Pria itu tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan langkah seperti ini. Karenanya, ia melirik ke arah dokter yang menangani Poppy.“Tentu saja kau sehat,” balas Ezra setelah mereka hanya berdua.“Aku benar-benar tidak menyangka!” “Ya, aku juga cukup surprise dengan hasilnya. Meski sebenarnya, tidak masalah andai kau benar-benar positif. Tapi jika begini … sepertinya kau tidak akan la
“Hari ini aku benar-benar lelah.” Ezra menyandarkan punggungnya dengan kaki yang naikan pada meja. “Itu sudah menjadi resiko, Ezra.”“Ya, aku tahu. Dan aku melakukannya ini semua untukmu.” Pria itu menoleh ke arah Poppy yang langsung mengangkat satu alisnya.“Maksudmu apa? Aku bahkan tidak memintamu melakukan ini semua.” Segera Ezra menegakkan tubuhnya. Ia menatap Poppy serius. “Aku tidak tahu harus ber bersyukur atau bersedih karena kau mencampakkanku, Poppy.” Poppy semakin heran. “Maksudmu?” “Saat itu aku pikir kau memilih pria perebut itu karena lebih kaya dariku. Makanya aku bekerja sangat keras untuk bisa mencapai kesuksesan ini. Aku … ingin menunjukan padamu kalau aku bisa lebih kaya dari pria perebut itu. Sehingga kau akan menyesal karena sudah mencampakkanku.” Pria itu terkekeh kecil–menertawakan diri sendiri karena sudah berpikir terlalu jauh. Karena pada kenyataannya, Poppy memiliki alasan yang kuat.Mengetahui kenyataannya ini cukup membuat Poppy kaget. “Aku tidak m
“Jadi karena tidak memiliki penerus, kau diperintahkan untuk memegang perusahaan yang hampir bangkrut?” Ezra mengangguk. “Ya, dan berkat kau … aku berhasil membuat perusahaan menjadi sebesar sekarang.”Tanpa sadar Poppy mengelus ujung kepala Ezra. “Kerja yang bagus, Ezra.”Ezra yang terenyuh, kemudian menatap Poppy haru. “Kau bangga padaku?” Poppy mengangguk. “Tentu saja! Kau sudah bekerja keras.”Semakin senang saja pria itu!“Kau juga sudah melakukan yang terbaik, Poppy. Saat itu … apa kau tidak berat meninggalkanku?”“Tentu saja! Aku bimbang saat itu. Hanya saja … kesehatan ibu menjadi prioritasku. Meski pada akhirnya ibu tetap pergi meninggalkanku.” Raut wajah Poppy berubah sendu. “Tidak apa, ibu pasti bangga padamu.” Ezra menarik Poppy ke pelukannya. “Aku juga bangga padamu. Meski … pada akhirnya harus kecewa karena kau malah jatuh cinta kepada pria perebut itu!” “Bagaimana tidak, dia … pria yang baik.”Pelukan langsung dilepas. Ezra menatap Poppy tajam.“Kau … apa tidak ma