Office Girl Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Kesayangan CEO Tampan

Oleh:  Faiz bellzz  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
157Bab
30.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Poppy diceraikan sang suami ketika sedang hamil. Malangnya lagi, ia harus kehilangan calon buah hatinya karena menolong seorang nenek yang akan dibegal. Untungnya, nenek tersebut menawarkan Poppy sebuah pekerjaan di perusahaan milik cucunya. Namun ... siapa sangka jika bos di tempat kerjanya adalah Ezra--mantan kekasih yang pernah Poppy tinggalkan! Bagaimana reaksi keduanya ketika dipertemukan kembali dalam satu gedung yang sama? Akankah rasa cinta itu kembali muncul?

Lihat lebih banyak
Office Girl Kesayangan CEO Tampan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Faiz bellzz
ada yang mau koin gratis? Ikutin IGku yuk faiz_bellzz Aku lagi adain giveaway, sampai besok...
2024-01-16 14:32:40
2
default avatar
Yenny Ardyan
Keren bgt dehhh
2023-11-15 00:02:57
1
157 Bab
Bab 1 . Diceraikan
“Coba jelaskan apa ini!”Bersamaan dengan teriakan sang suami yang baru pulang kerja, secarik kertas mengenai wajah Poppy. Hal ini membuat wanita hamil itu kebingungan. Tak biasanya Keenan bersikap kasar….“Apa ini, Mas?” tanya Poppy sembari mengambil kertas tersebut. “Kau tidak buta huruf, kan?” sarkas Keenan. Menyadari suaminya enggan menjawab, Poppy pun gegas membaca isi kertas yang ternyata hasil laboratorium itu. Memang, perempuan itu baru saja melakukan tes darah karena diwajibkan oleh rumah sakit untuk mengecek hemoglobin, seperti yang dilakukan ibu-ibu hamil lainnya. Awalnya, tak ada masalah, sampai mata Poppy berhenti di bagian agak bawah.[ HIV: Positive ]Tangan wanita itu bergetar hebat. “Bagaimana bisa?” lirih Poppy, bingung.Keenan hanya tersenyum jijik. “Jangan bertanya padaku karena aku tidak pernah bermain dengan perempuan manapun, selain denganmu!”“Aku juga sama, Mas. Kenapa–”“Ck! Tak usah sak polos, Poppy. Aku ini dokter dan aku tahu bahwa kau tidak pernah di
Baca selengkapnya
Bab 2. Bertemu mantan
“Bersihkan semua area, jangan sampai ada kotor sedikit pun jika kalian tidak ingin mendapatkan hukuman!” seru kepala kebersihan pada para cleaning service.Poppy yang baru seminggu bekerja di sana sontak merasa heran karena teman satu profesinya terlihat sibuk lebih dari biasanya. “Rexi, sebenarnya ada apa?”“Kau tidak tahu? Aku dengar Pak Erza hari ini kembali dari luar negeri.”“Pak Erza … dia bos kita?” tebak Poppy yang langsung dibalas anggukan oleh Rexi, teman satu profesinya. “Kau sudah mendengar bukan jika Pak Ezra merupakan pria yang cerewet? Segalanya harus bersih dan sempurna.”“Ya … aku sudah mendengarnya dari yang lain.”“Maka dari itu kau harus melakukan pekerjaan dengan baik.”Poppy yang akhirnya mengerti pun mengangguk paham. “Baiklah, aku akan berusaha melakukan yang terbaik.”Ia lantas mengerjakan pekerjaannya sebaik mungkin karena tidak ingin mendapatkan masalah. Meski hanya sebagai cleaning service, ini adalah pekerjaan terbaik yang ia bisa lakukan karena semua do
Baca selengkapnya
Bab 3. Balas dendam
“Boleh pergi,” lanjutnya.Mendengar itu, Poppy tampak heran. Tadi Ezra begitu menggebu, tetapi sekarang nampak tenang?Meski demikian, Poppy tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera pergi dari hadapan Ezra. “Aneh sekali…."Ia segera pergi dan kembali ke ruangan cleaning service.“Bagaimana? Apa Pak Ezra meminta dibuatkan kopi yang baru?” tanya sang atasan begitu Poppy tiba di sana.Wanita itu sontak menggeleng. “Tidak, Pak Ezra meminumnya.”“Benarkah?” Sean masih tidak percaya karena sudah menjadi kebiasaan jika Ezra akan minta dibuatkan kembali kopi. Paling tidak, mereka harus melakukannya tiga kali dalam sekali Ezra ingin ngopi.Poppy mengangguk membenarkan. Melihatnya semakin membuat Sean tidak percaya. “Ini di luar nalar! Bagaimana bisa Pak Ezra langsung cocok dengan kopinya? Apa kamu….” Sean menatap Poppy penuh selidik, membuat wanita itu jadi gugup.“Saya tidak tahu,” balas Poppy cepat lalu membuang muka. “Ya sudah, karena kau tidak memiliki pekerjaan. Coba bersihkan r
Baca selengkapnya
Bab 4. Masalah baru
“Poppy, kudengar kau menumpahkan kopi di baju Pak Ezra. Apa itu benar?” tanya Rexi penasaran.Dengan lemas, Poppy mengangguk. Terang saja hal itu membuat Rexi menutup mulutnya yang terbuka secara spontan. “Ini gila! Apa yang kau pikirkan sehingga berani melakukan itu?”“Itu bukan sebuah kesengajaan, Rexi.”“Ya … aku percaya padamu, mana ada yang berani melakukan hal kurang ajar seperti itu kepada Pak Ezra jika tidak ingin mati.”Poppy mengembuskan napas berat karena memikirkan nasibnya ke depan. “Apa setelah ini aku akan dipecat?”“Aku tidak bisa menjawabnya, tapi memang bisanya Pak Ezra akan memecat karyawan yang melakukan kesalahan fatal. Dan kau, sudah melakukannya.” Mendengar itu, Poppy semakin pusing. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”Bersamaan dengan itu, Sean tiba-tiba menghampirinya. “Poppy, kau dipanggil Pak Ezra ke ruangannya.”“Apa? A-ada apa?” tanya Poppy tergagap.“Aku tidak tahu, lebih baik kau segera temui beliau agar mengetahui alasannya.” “Tamat riwayatku,” li
Baca selengkapnya
Bab 5. Kontrak baru
Lama, Poppy berlutut di kepada Ezra yang kini menatapnya dengan puas. Pria itu bahkan tersenyum miring. “Kau berdirilah.” Mendengarnya, Poppy lantas bangkit dengan perlahan. Namun, tubuhnya malah oleng karena kakinya kesemutan. Ia tidak kuat menahan bobotnya sendiri. Refleks, Ezra menangkap tubuh Poppy agar tidak terjatuh.Beberapa saat keduanya tertegun saat menyadari posisi yang begitu dekat. Sayangnya, itu tidak bertahan lama karena Ezra dengan kasar melepaskan. Buk!Tubuh Poppy yang belum sempat tegap pun terjatuh.“Aduh,” keluh Poppy meringis sambil mengusap pantatnya yang ngilu.“Ck! Jangan melakukan hal konyol, aku tidak akan terpengaruh.” “Memang apa yang kau pikirkan? Kakiku benar-benar lemas.”Ezra menatap Poppy tajam karena berani menyahuti ucapannya. “Sudah kukatakan untuk bersikap sopan, aku atasanmu sekarang.”“Siapa juga yang mengatakan jika kau ini bawahanku,” gumam Poppy yang masih dapat didengar oleh Ezra.“Kau … dasar jalang! Berani-beraninya bicara tidak sop
Baca selengkapnya
Bab 6. Terasa lebih sulit
Untungnya, Poppy bisa mengendalikan diri!Sudah dua jam, perempuan itu memijat Ezra.Hal itu jelas membuat kakinya pegal dan kesemutan.Ia pun menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan sambil memegang tengkuk untuk meregangkan lehernya yang sekarang terasa pegal. Hanya saja, Ezra yang merasa tak ada pijatan pun menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik.“Apa yang kau lakukan? Lanjutkan,” perintah Ezra dengan dingin.Buru-buru wanita itu kembali memijat pundak Ezra. “Aku tidak merasakan apa pun dari pijatanmu. Sebenarnya kau bisa melakukannya atau tidak?”“Maaf, Pak. Jika diizinkan saya ingin minum,” ujar Poppy mencoba menawar.“Tidak ada, aku saja tidak minum sejak tadi.”Poppy hanya bisa pasrah melakukan perintah Ezra. Wanita itu beberapa kali melihat jam pada monitor yang ada di depannya. Ia kembali mendesah karena jam pulang kantor sudah satu jam berlalu, tetapi Ezra belum menyuruhnya untuk berhenti.“Kau sedang apa? Jangan coba-coba untuk mengintip dan menyabotase proyek y
Baca selengkapnya
Bab 7. Hukuman lebih parah
“Ck! Sebenarnya rencana apa lagi kali ini? Aku harap tidak menyusahkanku.” Poppy menggerutu sambil berjalan menuju unit apartemen milik Ezra. Menoleh ke kanan dan ke kiri ketika ia melewati beberapa pintu untuk memastikan agar tidak terlewat. Hingga akhirnya ia menemukan unit yang dimaksud."Kenapa lama sekali?" Wanita itu mengeluh karena sudah menekan bel beberapa kali, tetapi Ezra tidak kunjung membukanya. “Apa dia sedang mengerjaiku?” Lagi-lagi Poppy mengeluh karena kakinya mulai pegal menunggu tanpa kepastian. Hampir satu jam Poppy berada di sana sampai orang-orang yang kebetulan lewat menatapnya heran.Malu? Sudah jelas. Hanya saja rasa kesal lebih mendominasi. "Bilangnya jangan terlambat. Tapi lihatlah, dia malah membuang-buang waktuku!" Tidak ingin menunggu lebih lama lagi, Poppy putuskan untuk pergi. Namun, saat ia akan melangkah tiba-tiba pintu dibuka membuat Poppy mengurungkan niatnya. Wanita itu kembali berbalik dan menatap Ezra yang menguap dengan jengah.“Kau beri
Baca selengkapnya
Bab 8. Jangan macam-macam
“Poppy, dari mana saja kau? Sejak tadi Pak Ezra menanyakanmu!”“Mohon maaf, Pak. Tadi saya memiliki keperluan.”“Apa itu lebih penting daripada pekerjaanmu?”Tentu saja! Ingin sekali Poppy membalas Sean. Sayangnya ia tidak mungkin mengatakan tentang kontrak yang diperbaharui kemarin.“Maaf.”“Ck! Ya sudah, lebih baik kau segera temui Pak Ezra.”“Baik.” “Sekarang dia akan melakukan apa lagi padaku?” Poppy menebak-nebak saat ia baru tiba di depan ruangan Ezra.Tok! Tok! Tok!Ezra langsung menegakkan tubuhnya, menatap Poppy dengan senyum penuh arti.“Dari mana saja kau?” “Seperti yang Anda perintahkan sebelumnya, saya baru datang dari apartemen Anda, Pak.”“Ck! Apa kau yakin sudah membereskan semua ruangan?”“Sudah, Pak.” “Kalau begitu sekarang buatkan aku kopi! Sejak tadi tenggorokanku kering karena menunggu pekerjaanmu yang lama.” Tidak protes, Poppy langsung mengerjakan perintah Ezra.“Kalau haus yang tinggal minum. Kenapa harus menungguku?” Poppy melampiaskan kekesalannya dengan
Baca selengkapnya
Bab 9. Salah paham
“Hahaha ….” Ezra memegang perutnya yang hampir saja kram karena tertawa terlalu lama.Melihat Poppy yang gugup menjadi hiburan baginya.“Kau tenang saja, aku bukan pria yang haus belaian. Buka matamu! Aku masih memakai celana.”Perlahan Poppy membuka mata, dan benar saja pria itu mengenakan celana pendek. "Pikiranmu terlalu kotor, kau harus mencucinya!" cetus Ezra lalu memakai pakaian.Setelah kemeja dipasang, Ezra meminta Poppy untuk mengancingkannya. Tidak lagi protes, Poppy pun melakukannya. "Pasangkan juga dasinya!" "Baik." Gerakan Poppy tiba-tiba terhenti ketika Ezra menyentuh dahinya. Ia mendongak, sehingga bertemu pandang dengan Ezra tanpa sengaja. "Aku hanya ingin memastikan jika karyawanku baik-baik saja." Ezra menarik tangannya, membuat Poppy kembali memasangkan dasi. "Sudah selesai, Pak." Poppy mundur beberapa langkah. "Hemm." Pria itu pergi ke meja makan. "Kenapa berdiri di situ? Ayo duduklah!" Ragu-ragu Poppy bergabung dengan Ezra. "Kau memasak terlalu bany
Baca selengkapnya
Bab 10. Pesta
Poppy heran melihat barang yang ada di paperbag.“Untuk apa pakaian ini?” “Aku harus menghadiri undangan, kau dataglah bersamaku nanti malam.” “Tapi—” “Kau tidak lupa dengan kontrak yang sudah kau tandatangani ‘kan?” Perempuan itu bungkam. Lagi-lagi kontrak konyol yang ia tandatangani membuatnya tidak berkutik.“Baik.”“Nanti malam aku akan menjemputmu. Kau dandan yang cantik agar tidak membuatku malu!” "Baik," ucap Poppy yang sudah kebal dengan ucapan tajam Ezra. "Kau boleh pergi!" "Baik, Pak. Saya permisi." “Poppy, apa yang kau bawa?” Sean melirik ke arah paperbag yang sedang Poppy jinjing.“Ah, ini baju. Waktu itu saya memesannya secara online, dan kurirnya saya minta antar ke mari saja.” Lagi-lagi Poppy harus mencari alasan karena tidak ingin cerita masa lalunya diketahui orang. “Oh, baiklah. Apa kau tidak mendapatkan perintah dari Pak Ezra?” “Tidak, Pak.” “Kalau begitu kau bantu Rexi membersihkan kaca di lantai tiga.” “Baik.” Segera Poppy bergabung dengan Rexi. Ka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status