"Kau harus makan yang banyak, Poppy." Dengan telaten Ezra menyuapi Poppy. "Aku bisa makan sendiri, Ezra.""Tidak, tanganmu sedang terluka. Kau tidak diizinkan untuk melakukan apapun tanpa aku."Wanita itu mengembuskan napas kasar. Sikap Ezra yang posesif sedikitnya membuat ia kurang nyaman. "Setelah ini aku harus ke kantor polisi, kau tunggulah dengan sabar." "Ya, aku akan menunggunya dengan sabar.""Aku tahu kau berat berjauhan dariku, tapi mau bagaimana lagi? Jika tidak begini, masalah tidak akan cepat terselelsaikan." Lihatlah bagaimana Ezra begitu pintar memutar balikan fakta!Poppy menatap Ezra dengan jengah. "Bukankah harusnya itu kau katakan pada dirimu sendiri, Ezra?" "Apa maksudmu?" Ezra bersikap seolah-seolah dirinya itu bodoh. "Ck! Aku tahu, sebenarnya kau yang tidak ingin jauh dariku 'kan?" Sial! Apa raut wajahnya begitu jujur? Ezra meringis pelan lalu berkata, "Ya, aku tidak bisa mengelak. Bagaimanapun kita baru saja jadian, jadi aku ingin selalu berada dekat de
Pada akhirnya Ezra berhasil membuat Si penculik buka suara berkat ancamannya. Pria itu menyeringai."Ck! Wanita sialan itu. Sepertinya memang sudah bosan untuk hidup," ujar Ezra geram.Si penculik menelan ludahnya kasar. Ia langsung menciut saat menatap mata tajam Ezra.Sepertinya ia menyesali perbuatannya. "Seperti yang Anda janjikan, Anda tidak akan menganggu keluarga saya." "Kau tenang saja! Aku bukan pria yang akan mengingkari janji."Ya, Ezra memang berjanji tidak akan melakukan apa-apa kepada si penculik. Namun, bukan berarti ia akan diam saja kepada si pelaku 'kan? "Terima kasih," ucap Si penculik menunduk hormat.Tidak menyahut, Ezra bangkit kemudian menemui Kevin yang menunggunya di luar. "Aku serahkan padamu," ucapnya yang bisa langsung dipahami."Baik, Pak. Kami akan memberikan hukuman paling berat kepadanya." "Hemm." Ezra memilih kembali ke kantor, tanpa mendengarkan teriakan si penculik yang tiba-tiba minta tolong. Salah siapa sudah mengusiknya? "Bagaimana?" tanya E
"Tentu saja masa depan kita! Aku sudah tidak sabar untuk menikah dan mendapatkan anak darimu." Renyah sekali Ezra mengatakannya, tanpa menyadari raut wajah Poppy yang tidak nyaman karenanya. "Poppy, kau ingin punya anak berapa? Satu atau dua? Atau bahkan kembar tiga sekaligus!" Mata Poppy melebar mendengarnya. "Apa yang kau katakan! Mana bisa dapat kembar kalau kita saja tidak memiliki faktor genetiknya." "Tentu saja aku memilikinya!"Wanita itu tanpak bingung. "Maksudmu?" "Sebenarnya Nenek itu memiliki kembaran!"Tentu saja Poppy terkejut. "Kau tidak mengarang sebuah cerita 'kan?" Ezra mendengus. "Kau pikir aku ini apa? Tentu saja yang kutakan itu benar!" "Kalau begitu, di mana kembaran Nenek?" "Beliau sudah meninggal."Poppy manggut-manggut saja. "Namanya Belina, beliau memiliki satu anak yang sekarang tinggal di luar negeri." "Sudah berkeluarga?" "Belum. Usianya bahkan tidak jauh berbeda denganku.""Oh." Wanita itu memilih untuk tidak terlalu banyak bertanya karena aka
Seharian di apartemen Ezra terus menempel pada Poppy. Sehingga ketika akan berangkat bekerja, pria itu menjadi pemalas. "Apa kita diam saja di apartemen?" "Tidak, kau harus bekerja! Jangan memberikan contoh yang tidak baik bagi karyawanmu. Lagi pula kau memiliki tanggung jawab." "Aku bisa menyerahkanya kepada Kevin. Rasanya begitu berat, aku hanya ingin terus berduaan bersamamu." Ezra benar-benar berlebihan! Poppy memutar bola matanya. "Di kantor pun kita masih bisa berdua, Ezra." "Itu berbeda, mereka akan menganggu kita. Aku jadi tidak bebas," ujar Ezra memberi alasan. "Memang apa yang akan kau lakukan padaku? Aku tidak ingin melakukan apapun, Ezra!" Wanita itu membuang muka, karena sudah berpikir yang tidak-tidak. Tentu saja Ezra ketar-ketir. "Bukan begitu, aku tidak akan melakukan apapu padamu. Hanya sekedar ciuman bukankah itu wajar?" "Tidak, aku harap kau tidak melakukannya lagi." "Tapi---" "Kalau kau masih melakukannya, lebih baik kita putus!" Skakmat! Poppy memiliki
"Jangan harap hukuman tadi sudah cukup, Sayang. Aku masih belum puas menghukummu." ujar Ezra sambil merangkul Poppy.Tentu saja pamandangan itu membuat para karyawan yang melihatnya iri. Meski dari mereka ada juga yang merasa kagum karena Poppy si office girl ... berhasil membuat Ezra bertekuk lutut."Seharusnya aku dulu melamar untuk jadi Office girl saja! Mungkin sekarang aku yang ada di posisi, Poppy.""Kau yang benar saja! Aku rasa Pak Ezra tetap tidak akan mau padamu.""Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Aku bahkan lebih cantik dari Poppy!" Ya, beberapa percakapan dari para karyawan menggelitik indera pendengaran Ezra maupun Poppy. Pria itu menoleh ke arah Poppy kemudian tersenyum lebar. "Kenapa kau senyum-senyum?" tanya Poppy heran."Ck! Kau dengar bukan percakapan mereka? Kau jadi sangat populer karena aku," ujar Ezra dengan bangganya. Poppy membalas tatapan Ezra dengan jenuh. "Tidak ada yang perlu dibanggakan, terkenal karena dekat denganmu. Itu bukan sebuah prestasi!" "
"Sayang, berhentilah bergerak!" Ezra nampak gelisah membuat Poppy heran."Aku pegal, Ezra. Biarkan aku duduk di kursi saja." Pria itu langsung melarang. "Tidak, tidak akan kubiarkan. Sudah kubilang kalau hukuman belum selesai."Poppy mendesah lirih kemudian kembali bergerak-gerak, membuat Ezra menggeram."Poppy, kau membangunkan adikku."Kening Poppy langsung mengkerut. "Kau juga memiliki adik, Ezra?""Tentu saja!""Dia ada di mana? Apa ada di sini, sehingga aku bisa membangunkannya?" Dengan pelan Ezra mengangguk. "Ya, dia ada di sini. Dia selalu mengikutiku ke mana pun berada." Poppy semakin bingung, hingga menatap Ezra penuh tanya. "Maksudmu bagaimana? Aku bahkan tidak pernah melihatnya.""Tentu saja kau tidak akan melihatnya. Karena sekarang bukan waktunya!" "Lalu kapan waktunya? Aku jadi penasaran dengan adikmu. Tapi sebelum itu, dia selalu mengikuti bagaimana? Padahal aku selalu ada bersamamu, tapi tidak pernah melihatnya."Raut wajah Ezra yang gelisah jadi merah. Pria itu m
"Sayang," panggil Ezra begitu masuk ke dalam ruangan pribadinya. Pria itu nampak tersenyum tipis begitu melihat Poppy yang ketiduran. "Padahal hanya sebentar, kenapa sampai ketiduran begini?" Ezra duduk di sisi ranjang kemudian membenahi anak rambut Poppy yang menghalangi wajah. Setelahnya ia menatap lekat wajah sang kekasih. "Cantik," gumamnya. "Ini seperti mimpi bagiku, Poppy." "Mimpi apa yang kau maksud?" Tiba-tiba saja Poppy membuka mata kemudian bertanya dengan suara serak. Tentu saja hal itu cukup membuat Ezra kaget. "Kau pura-pura tidur, hemm?" Ezra memincingkan mata, membuat Poppy langsung menggeleng. Masih dengan posisi yang tiduran, Poppy berkata, "Siapa yang berpura-pura? Aku memang tidur betulan. Hanya saja usapanmu membuatku terganggu." "Hemm, begitukah?" "Iya." Poppy bangkit kemudian duduk bersandar. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Ezra." "Yang mana?" tanya Ezra pura-pura tidak tahu. Melihatnya membuat Poppy memutar bola mata. "Jangan berpura-pura!" Ezra te
Hap! Dengan cepat Ezra menangkap Poppy. “Kau kena!” serunya kesenangan.Pria itu tertawa lebar, membuat para karyawan yang melihat dibuat takjub. Pasalnya jangankan untuk tertawa lebar seperti itu, untuk tersenyum saja terlalu mahal!“Woaah, sebenarnya apa yang membuat Pak Ezra menyukai Poppy?” “Lihatlah, Poppy berhasil membuat Pak Ezra tertawa lepas.” Banyak komentar yang membuat Poppy tidak nyaman. Terlebih dengan ia yang menjadi tontonan. Sungguh, andai Poppy membawa cangkul … ia akan menggali lubangnya sendiri untuk bersembunyi! “Ezra, lepaskan.” Poppy mencoba melepaskan lengan kekar Ezra yang mendekapnya dari belakang, tetapi Ezra tidak mengizinkan.“Tidak, nanti kau kabur lagi.” “Tapi … aku malu. Lihatlah, kita jadi tontonan banyak orang!” Pria itu masih kukuh tidak ingin melepaskan. “Aku akan terus memelukmu seperti ini sampai kau berjanji tidak akan pergi dariku.”Poppy mendongak dengan kepala yang meneleng agar bisa melihat wajah Ezra dengan jelas. “Ezra ….” Tatapan w