Share

Bab 4. Masalah baru

Author: Faiz bellzz
last update Last Updated: 2023-09-07 11:21:45

“Poppy, kudengar kau menumpahkan kopi di baju Pak Ezra. Apa itu benar?” tanya Rexi penasaran.

Dengan lemas, Poppy mengangguk.

Terang saja hal itu membuat Rexi menutup mulutnya yang terbuka secara spontan. “Ini gila! Apa yang kau pikirkan sehingga berani melakukan itu?”

“Itu bukan sebuah kesengajaan, Rexi.”

“Ya … aku percaya padamu, mana ada yang berani melakukan hal kurang ajar seperti itu kepada Pak Ezra jika tidak ingin mati.”

Poppy mengembuskan napas berat karena memikirkan nasibnya ke depan. “Apa setelah ini aku akan dipecat?”

“Aku tidak bisa menjawabnya, tapi memang bisanya Pak Ezra akan memecat karyawan yang melakukan kesalahan fatal. Dan kau, sudah melakukannya.” 

Mendengar itu, Poppy semakin pusing. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Bersamaan dengan itu, Sean tiba-tiba menghampirinya. “Poppy, kau dipanggil Pak Ezra ke ruangannya.”

“Apa? A-ada apa?” tanya Poppy tergagap.

“Aku tidak tahu, lebih baik kau segera temui beliau agar mengetahui alasannya.” 

“Tamat riwayatku,” lirih perempuan itu panik. 

Rexi bahkan hanya bisa mengusap pundak Poppy, seolah memberi semangat. “Semoga saja kesalahanmu masih diampuni.” 

“Aku harap begitu,” ujar perempuan itu lantas bangkit dan membawa langkah menuju ruangan Ezra. 

Tok tok tok!

Poppy mengetuk pintu ruangan.

Perlahan, ia membuka pintu setelah mendengar seruan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk.

Nampak, Ezra yang sedang menghadap ke arah jendela berbalik kemudian melemparkan kemeja tepat di muka Poppy. 

Hal ini membuat langkah perempuan itu terhenti. Refleks, ia juga menangkap kemeja tersebut. 

“Karena tadi kau sudah membuatnya kotor, kau harus bertanggung jawab. Aku ingin pakaianku kembali bersih!” cetus Ezra.

 

Poppy mengerjap beberapa kali untuk mencerna apa yang terjadi. Setelahnya, ia mengangguk dengan pelan. “Baik, Pak.” 

“Kau bisa pergi!”

“Baik, Pak,” sahut Poppy kembali mencoba untuk bersikap biasa.

Wanita itu berbalik kemudian melangkah.

Namun, langkahnya terhenti karena Ezra tiba-tiba bicara. “Jangan lama! Jika dalam satu jam tidak menyelesaikannya, kau akan kupecat!”

"Kau boleh pergi," tambahnya.

"Baik, Pak."

Poppy kemudian keluar dari ruangan dengan perasaan kesal yang luar biasa. “Ck! Aku benar-benar sial karena malah bekerja dengannya,” keluhnya.

Sementara itu, Ezra nampak terbahak-bahak di dalam ruangan. “Haha … ini baru permulaan, Poppy! Aku akan membalas perbuatanmu dulu padaku.”

***

Karena Ezra hanya memberikan waktu satu jam, Poppy langsung meminta izin kepada Sean untuk pergi laundry agar.

Dengan langkah terburu-buru, wanita itu keluar dari kantor menuju jalan raya untuk menghentikan sebuah taksi.

“Mau ke mana?” tanya Sopir taksi.

“Saya ingin ke tempat laundry paling dekat dari sini,” jawab Poppy cepat. Ia memang kurang hafal dengan daerah sana.

Untungnya, Pak Sopir mengerti. Dengan cepat, ia menjalankan mobil setelah menyetel tarif.

“Ck! Andai tidak satu jam dia memberikanku waktu, lebih baik aku mencucinya sendiri,” gerutu Poppy pelan.

Tak butuh waktu lama, ia pun tiba di tempat laundry.

Begitu masuk, Poppy meminta tolong kemeja itu langsung dibersihkan. “Aku ingin selesai dalam waktu kurang dari satu jam,” paniknya karena waktu tersisa tinggal 47 menit lagi.

“Saya akan melakukannya, tapi kau harus membayarnya lebih,” ujar Petugas laundry yang langsung membuat Poppy sakit kepala. Namun, ia tak punya pilihan.

Dengan setengah hati, ia mengeluarkan uang yang pas-pasan. “Ya … saya akan membayarnya.”

Setelahnya, petugas membawa kemeja milik Ezra dan dalam 30 menit, pakaian itu sudah kembali bersih dan rapi.

Sesekali ia melihat jam pada ponselnya untuk memastikan jika ia tidak terlambat.

“Maaf, Pak. Ini kemeja Anda,” ujar Poppy begitu tiba. Ia mengatur napasnya.

Hanya saja, Ezra tidak langsung menerima.

Ia langsung melihat waktu pada arloji yang melingkar di sana.

“Kau terlambat,” ucap Ezra sembari menyunggingkan senyum licik.  

“Tidak, saya melakukannya tepat waktu!”

Poppy tampak tidak terima karena sudah memastikannya dengan benar jika dirinya tidak terlambat.

Namun, Ezra langsung menatap Poppy tajam.

Pria itu mendekat dengan perlahan membuat Poppy langsung menunduk takut.

Diulurkan tangannya untuk menunjukan waktu kepada Poppy.

“Kau bisa melihatnya, di sini jelas sekali kau terlambat!”

Karena penasaran, Poppy lantas menyamakan jam pada ponselnya dan arloji milik Ezra. Betapa lemasnya ia ketika menyadari jika pengaturan waktunya memang memiliki perbedaan. “Hanya beda satu menit, Pak.”

“Kau bilang hanya? Satu menit bagiku bisa menghasilkan milyaran uang!” cetus Ezra dengan angkuhnya.

Mendengarnya, Poppy ingin sekali membenturkan kepala pria itu saking muaknya.

Sayangnya, ia tidak memiliki keberanian karena kini ia hanyalah seorang karyawan.

“Maaf,” ucap Poppy pada akhirnya, “Lain kali, saya akan memastikan kembali untuk tidak terlambat.”

Ezra langsung merasa puas kala melihat Poppy tunduk padanya. Namun, ia menutupi perasaannya dengan mengatakan, “Percaya diri sekali kau! Apa kau melupakan ucapanku tadi jika kau terlambat, maka aku akan memecatmu.”

“Saya benar-benar menyesal, Pak. Mohon jangan pecat saya." 

“Tunjukkan penyesalanmu dengan bersujud padaku!” perintah Ezra.

“Apa?” 

Seketika, wanita itu langsung mengangkat kepalanya untuk menatap Ezra dengan tatapan tidak percaya.

Bagaimana bisa Ezra begitu kejam memerintahkannya untuk bersujud.

Bukankah itu sangat keterlaluan? 

“Kenapa, tidak mau?” tanya Ezra sambil tersenyum meremehkan.

“Ini keterlaluan, Pak.” Poppy mencoba protes.

“Kau yang lebih keterlaluan, Poppy!”

Bentakan Ezra membuat Poppy sadar jika yang sedang dilakukan pria di hadapannya adalah balas dendam dari perbuatannya di masa lalu.

“Ezra,” gumamnya. 

"Jangan lancang! Bersikap lebih sopan, aku ini atasamu."

"Maaf." 

“Lakukan atau kupecat!”

Menelan ludahnya kasar, perlahan Poppy menjatuhkan lututnya dengan mata terpejam dan tangan terkepal.  

“Ezra … suatu saat kau akan menyesal,” ucapnya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2.Tamat

    Tidak bisa memutuskan begitu saja, Sesil diam. Sehingga Keenan kembali menocba meyakinkan. "Sesil, aku benar-benar lajang." "Meski begitu, kita bahkan tidak saling mengenal.""Kita bisa belajar mengenal satu sama lain lebih dulu jika begitu." "Lantas jika aku tidak merasa cocok denganmu, bagaimana?" tanya Sesil menatap Keenan dengan tajam."Kita tetap harus menikah."Tentu saja keputusan Keenan membuat Sesil mendengus sebal. "Jika keputusannya sama, untuk apa melakukan pendekatan?"Keenan terkekeh kecil dengan tangan yang mengusap ujung kepada Alice. "Karena aku yakin kau akan merasa cocok denganku." Begitu percaya dirinya Keenan mengatakan itu, sehingga membuat Sesil lagi-lagi mendengus. "Kau terlalu percaya diri!" cetus Sesil."Kau akan merasakannya jika sudah menjalani." "Sayangnya aku tidak mau," ujar Sesil masih teguh dengan pendirian. Mendensah pelan, Keenan menatap Sesil dengan serius. "Sesil, pertimbangkan baik-baik. Ini demi Alice. Lagipula ... apa yang mampu membiay

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Kali ini Sesil yang mengerutkan kening. Apa maksudnya Keenan mengatakannya bodoh? "Dari pada bingung, lebih baik kau ikut denganku!" ujar Keenan lantas mengajak Sesil untuk kembali ke restoran tempat ia berkumpul dengan teman-temannya.Tentu dengan tidak semerta-merta Sesil mau ikut. Wanita itu menggeleng lalu berkata, "Untuk apa aku ikut denganmu? Aku bahkan tidak memiliki kepentingan hingga harus mendengarkan penjelasanmu!" Mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu Keenan sadar jika ini tidak akan mudah. Terlebih ia dan Sesil yang bahkan hanya berhungan ketika malam itu saja. "Tentu saja kita memiliki kepentingan! Apa kau tidak lihat Alice merindukanku? Merindukan papa kandungannya!" Menggeleng dengan cepat, Sesil menyangkal itu semua. "Tidak, Alice tidak merindukanmu." "Benarkah?" Keenan lantas menoleh ke arah Alice yang sekarang berada dalam gendongannya. "Alice, apa kau tidak merindukan papa?" Tentu Alice yang masih polos tidak mengerti jik mamanya tengah menghindari pria ya

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Sesil dan Alice langsung menoleh ketika mendengar nama mereka dipanggil. Keduanya tampak terkejut ketika mengetahui yang memanggil mereka adalah Keenan. Hanya saja mereka memiliki reaksi yang berbeda. Jika Sesil langsung pucat. Sangat bertolak berlakang dengan Alice yang sangat bahagia. Gadis kecil itu bahkan langsung memanggil Keenan sambil melambaikan tangan. "Papa!" Keenan membalas lambaian tangan Alice kemudian berjalan mendekat. Membuat Sesil yang menyadari itu lekas pergi dari sana.Sesil berbalik sambil menarik Alice sedikit kasar karena takut akan kehadiran Keenan yang semakin mendekat. "Alice, ayo kita pergi!""Tidak! Aku ingin bertemu Papa." Alice menahan sekuat tenaga, tetapi tenaganya sangat jauh dari sang mama. Alhasil Alice terseret yang membuat Keenan yang melihat itu tidak terima. Keenan berlari, mempercepat langkahnya untuk mengejar Sesil. Sehingga kakinya yang panjang berhasil menyusul. "Tunggu!" seru Keenan seraya menghadang jalan Sesil sambil merentangkan kedu

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Tiba di rumah, Sesil langsung memasukkan semua pakaiannya ke koper. Wanita itu tidak bisa diam saja karena takut jika Keenan akan merebut Alice darinya.Tidak, Sesil tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi! Ia yang mengandung dan melahirkannya. Sesil juga yang merawatnya sampai sekarang. Jadi yang berhak atas Alice adalah dirinya. "Mama, kita mau ke mana?" tanya Alice ketika Sesil selesai mengemasi pakaiannya, dan mengajak Alice untuk pergi. "Kita ke rumah nenek, Alice. Kau tau, Nenek sudah merindukan kita!" Dengan cepat Alice menggeleng. "Tidak! Aku akan tetap tinggal di sini," cetusnya."Alice---" "Papa sudah berjanji akan pulang, jadi aku akan menunggunya!" Sesil mendesah frustasi. Lagi-lagi anaknya itu bersikap keras kepala dalam keadaan genting seperti ini. Sehingga membuat Sesil semakin terpojok. "Kita bisa beritahu papa, biarkan papa menyusul nanti. Hemm?" Sekuat tenaga Sesil menahan dirinya untuk tidak marah kepada Alice. Karena bagaimanapun Alice tidaklah salah.

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2. Bab 3. Tes DNA

    "Mohon maaf sebelumnya, tapi bisakah Anda tidak mengaku-ngaku sebagai papa dari anak saya?" Sesil menatap Keenan dengan tajam.Sementara Keenan tampak lebih tenang dari sebelum-sebelumnya. Banyak pelajaran yang pria itu ambil dari kejadian beberapa tahun terakhir. Sehingga ia bersikap lebih tenang. "Maafkan saya jika memang perbuatan saya tadi membuatmu tidak nyaman. Saya hanya ingin menyenangkan Alice," ucap Keenan begitu tenang.Sesil mendesah pelan lalu berkata, "Tetapi perbuatan Anda akan membuat Alice menjadi ketergantungan. Alice anak yang kadang keras kepala, jadi saya khawatir jika nanti Alice akan benar-benar menganggap Anda sebagai papanya." "Jika memang demikian ... saya tidak keberatan," ujar Keenan lagi-lagi membuat Sesil merasa pening. Seharusnya Keenan melakukan penolakan. Terlebih bagaimana jika istri dari pria itu salah paham andai melihat Alice yang memanggilnya dengan sebutan papa? Oh, ayolah! Sesil tidak tahu saja jika Keenan sudah menduda selama lima tahun ini

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2. Bab 2. Papa!

    "Pak Keenan," tegur Gigi ketika melihat Keenan yang malah melamun. Sontak hal itu membuat Keenan terperanjat. Sehingga cangkir yang dipegangnya terjatuh. Prang! Pecahan kaca itu berserakan, membuat Keenan refleks menghindar. Pria itu mendesah sambil menunduk, menatap pecahan kaca tersebut dengan datar. “Dokter, tidak apa-apa?” tanya Gigi panik.“Hemm. Tolong panggilkan petugas kebersihan,” ujar Keenan sambil berlalu. Setelahnya Keenan mengembuskan napasnya dengan kasar. Entah kenapa senyum Alice terus menari-nari dalam pikirannya. Hingga dadanya berdebar-debar, seolah merasakan kerinduan yang mendalam. Padahal ia baru sekali bertemu dengan anak gadis itu! Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di rumah Sesil. Wanita itu menghempaskan tubuhnya di sofa, lalu memejamkan mata. Pertemuannya dengan Keenan jelas membuat Sesil terganggu. Wanita itu bahkan menjadi teringat dengan malam panas bersama Keenan.“Mama,” panggilan dari Alice lantas menyadarkan Sesil. Buru-buru ia menggele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status