Share

Bab 5. Kontrak baru

Author: Faiz bellzz
last update Last Updated: 2023-09-07 11:22:28

Lama, Poppy berlutut di kepada Ezra yang kini menatapnya dengan puas.

Pria itu bahkan tersenyum miring. “Kau berdirilah.”

Mendengarnya, Poppy lantas bangkit dengan perlahan.

Namun, tubuhnya malah oleng karena kakinya kesemutan. Ia tidak kuat menahan bobotnya sendiri.

Refleks, Ezra menangkap tubuh Poppy agar tidak terjatuh.

Beberapa saat keduanya tertegun saat menyadari posisi yang begitu dekat.

Sayangnya, itu tidak bertahan lama karena Ezra dengan kasar melepaskan. 

Buk!

Tubuh Poppy yang belum sempat tegap pun terjatuh.

“Aduh,” keluh Poppy meringis sambil mengusap pantatnya yang ngilu.

“Ck! Jangan melakukan hal konyol, aku tidak akan terpengaruh.” 

“Memang apa yang kau pikirkan? Kakiku benar-benar lemas.”

Ezra menatap Poppy tajam karena berani menyahuti ucapannya. “Sudah kukatakan untuk bersikap sopan, aku atasanmu sekarang.”

“Siapa juga yang mengatakan jika kau ini bawahanku,” gumam Poppy yang masih dapat didengar oleh Ezra.

“Kau … dasar jalang! Berani-beraninya bicara tidak sopan padaku.”

Poppy memejamkan matanya sebentar untuk menekan perasaannya saat Ezra mengatai dirinya.

Setelahnya Poppy berdiri dengan menghadap Ezra. “Maafkan saya, Pak.”

“Seharusnya itu kau lakukan sejak tadi,” cetus Ezra semakin menghina Poppy.

Andai tidak membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup, rasanya Poppy ingin keluar dari pekerjaannya sekarang juga.

Sayangnya, ia tidak memiliki pilihan karena semua dokumen miliknya ada pada Keenan.

Sementara dirinya sangat malas untuk menemui pria yang sudah mencampakkannya.

“Keluarlah, aku tidak sudi satu ruangan denganmu!”

“Baik,” ucap Poppy patuh.

Begitu keluar dari ruangan, Poppy bernapas lega.

Satu ruangan dengan Ezra membuatnya kesulitan bernapas. ”Akhirnya, aku bisa menghirup udara dengan bebas.”

******

“Poppy, kenapa kau begitu lama?” tanya Sean saat Poppy baru saja tiba di ruangan.

“Aku mendapatkan sedikit masalah dengan Pak Ezra.”

Poppy membalas sambil menuangkan air putih kemudian meneguknya dengan rakus.

Mendengar itu, Sean dan Rexi menatapnya prihatin. “Bersabarlah, yang terpenting kau tidak sampai dipecat.”

Poppy mengangguk lalu memaksakan senyum. “Ya … setidaknya aku masih beruntung karena masih memiliki pekerjaan.”

“Ya sudah, kau istirahat sebentar. Nanti tolong bersihkan area toilet di lantai 2.”

“Baik.” 

Drrt!

Baru saja Poppy duduk sambil mengipasi tubuhnya yang panas dengan kertas, tiba-tiba telepon ruangan mereka berdering.

Ia menoleh ke arah Sean yang mengangkatnya.

Tidak lama setelah Sean berbicara dengan seseorang di seberang sana, ia menoleh ke arah Poppy.

“Apa?” tanya perempuan itu bingung. 

“Pak Ezra ingin dibuatkan kopi dan beliau ingin kau yang membuatnya.” 

Poppy mendesah pelan. Ia sebenarnya malas sekali. Namun, ia lagi-lagi hanya bisa menyanggupi.

“Baiklah, aku akan membuatnya sekarang.”

“Sepertinya hari-harimu ke depan akan lebih berat, Poppy.” Rexi berkomentar sambil menatap Poppy yang sedang membuatkan kopi.

“Ya … aku sudah bisa menebaknya.”

“Tapi kau masih beruntung karena tidak sampai dipecat.”

“Aku juga bersyukur akan hal itu,” balas Poppy yang kini sudah selesai. “Aku antarkan dulu ini, setelahnya aku akan membersihkan toilet seperti yang kau suruh,” sambungnya kepada Sean. 

“Iya.”

Dengan perasaan kesal Poppy menuju ruangan Ezra. “Sekarang apa lagi yang akan dia lakukan,” keluhnya.

Begitu tiba ia mengetuk pintu dan masuk. “Mohon maaf, Pak, saya ingin mengantarkan kopi.”

“Kau letakkan di meja,” perintah Ezra tanpa melihat ke arah Poppy.

“Baik.”

Setelah Poppy melakukan perintah Ezra, wanita itu berniat pergi.  

“Aku belum menyuruhmu untuk pergi,” ucap pria itu tiba-tiba.

“Maaf,” ucap Poppy.

“Hah… pundakku terlalu banyak memiliki beban untuk menafkahi karyawan sepertimu,” ujar Ezra lagi. 

“Maksud Anda apa, Pak? Bukankah ini seperti simbiosis mutualisme,” heran Poppy.

Bagaimanapun, Ezra membutuhkan karyawan untuk mengoperasikan perusahaan.

Jadi, tidak logis saat Ezra mengatakan hal seperti tadi.

Hal tersebut membuat Ezra langsung mengalihkan perhatiannya dari berkas ke arah Poppy.

Pria itu menatapnya dengan tajam. “Aku sedang tidak memintamu untuk berkomentar.”

“Lebih baik kau pijat pundakku sekarang!” sambung Ezra membuat mata Poppy melebar.

“Mohon maaf, Pak, tapi di dalam kontrak tidak ada hal semacam itu.”

Terang saja ucapan Poppy membuat Ezra semakin menatapnya tajam.

Sementara tangannya meraih gagang telepon.

Tanpa melihat pada nomor yang ia tekan, Ezra menghubungi seseorang.

“Buatkan surat kontrak baru untuk karyawan bernama Poppy, pastikan kau menambahkan satu poin jika dia harus melakukan apa pun perintahku.”

Deg!

“Mati aku,” umpatnya dalam hati.

Ezra tersenyum puas melihat wajah Poppy yang berubah pucat. “Kau tunggulah sebentar,” cetusnya kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya.

Poppy tidak menyahut, tetapi ia melakukan seperti yang diperintahkan Ezra.

Wanita itu berdiri di tempatnya dengan pikiran yang sudah melalang buana.

Tok tok tok!

Tidak lama ketukan pintu terdengar, setelahnya pintu dibuka hingga muncullah Kevin. 

“Selamat sore, Pak. Ini surat yang Anda minta,” ujar Kevin sambil menyerahkan sebuah map kepada Ezra.

“Serahkan padanya.” Ezra menunjuk Poppy dengan dagunya.

Patuh, Kevin lantas menyerahkan map kepada Poppy. Sementara Poppy nampak ragu-ragu untuk menerimanya. Ia bahkan melirik ke arah Ezra terlebih dulu.

“Apa yang sedang kau pikirkan? Ambilah, jangan membuang banyak waktu!” cetus Ezra membuat Poppy akhirnya menerima. 

“Sekarang kau boleh pergi.” Ezra menoleh ke arah Kevin. 

“Baik, Pak.”

Setelah kepergian Kevin, Ezra langsung meminta Poppy untuk membaca surat kontrak yang sudah diperbaharui. “Bacalah, jika kau setuju tanda tangan. Jika tidak, kau boleh membuangnya dan keluar dari perusahaan ini.”

Maju kena mundur juga kena. Itulah situasi Poppy saat ini. 

“Bagaimana?” ulang pria itu. 

Dilihatnya Poppy membaca isi kontrak yang sangat menguntungkannya.

Sesuai dugaan Ezra, Poppy akhirnya memilih untuk menandatangani kontrak baru.  

Baginya, pekerjaan ini sangatlah berarti meski harus mengorbankan diri menjadi bulan-bulanan Ezra atas kesalahannya di masa lalu.

Anggap saja sebagai penebus hutang.

“Saya menyetujuinya, Pak.”

Jawaban Poppy membuat Ezra tersenyum meremehkan.

“Ck! Begitu inginnya kau kembali padaku, Poppy. Baiklah aku sudah memberimu peluang,” ujarnya percaya diri, lalu melemparkan bolpoin kepada Poppy. “Tanda tanganilah,” sambungnya.

Dalam diam, Poppy menandatangani kontrak yang mengorbankan harga dirinya. 

Setetes air mata bahkan terjatuh membasahi kertas kala mengingat kehidupannya berubah 180 derajat. Dari Nyonya yang menikmati kemewahan saat masih menjadi istri Keenan, kini menjadi babu terhina untuk mantan kekasihnya.

“Ini, Pak.” Poppy menyerahkan berkas kontraknya kepada Ezra.

“Sekarang pijat pundakku,” perintahnya yang tidak bisa lagi Poppy tolak.

Ragu-ragu Poppy mendekat. Saat wanita itu akan memulai, tiba-tiba Ezra memintanya berhenti. “Kau kotor, cucilah tanganmu dengan sabun sebelum menyentuhku.”

Poppy pun izin keluar, tetapi Ezra justru kembali menahannya. “Kau bisa gunakan kamar mandiku, tapi jangan sedikit pun berani menyentuh barang-barang pribadiku.”

“Baik, Pak.”

Begitu masuk ke kamar mandi, Poppy mengembuskan napas kasar. “Oh, rasanya aku ingin pergi saja.”

Selesai mencuci tangan, perempuan itu kembali dan mulai memijat pundak Ezra.

Lagi-lagi, Ezra menunjukkan ketidakpuasan. “Lakukan yang benar,” protesnya.

“Yang sebelah sini, tekan lebih kuat.” Ezra menunjuk pundak kirinya.

Dengan patuh, Poppy melakukannya. Namun, Ezra kembali protes. “Kau ingin membunuhku? Pelan sedikit.”

“Tadi Anda memintanya untuk lebih kuat, Pak."

“Membantah tidak ada dalam kontrak.” 

“Maaf, Pak.” 

Poppy mendelik. Ia menatap tajam Ezra dari belakang. “Apa aku cekik saja dia?” ucapnya dalam hati. Pikiran intruisive sepertinya sudah menguasai dirinya….

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2.Tamat

    Tidak bisa memutuskan begitu saja, Sesil diam. Sehingga Keenan kembali menocba meyakinkan. "Sesil, aku benar-benar lajang." "Meski begitu, kita bahkan tidak saling mengenal.""Kita bisa belajar mengenal satu sama lain lebih dulu jika begitu." "Lantas jika aku tidak merasa cocok denganmu, bagaimana?" tanya Sesil menatap Keenan dengan tajam."Kita tetap harus menikah."Tentu saja keputusan Keenan membuat Sesil mendengus sebal. "Jika keputusannya sama, untuk apa melakukan pendekatan?"Keenan terkekeh kecil dengan tangan yang mengusap ujung kepada Alice. "Karena aku yakin kau akan merasa cocok denganku." Begitu percaya dirinya Keenan mengatakan itu, sehingga membuat Sesil lagi-lagi mendengus. "Kau terlalu percaya diri!" cetus Sesil."Kau akan merasakannya jika sudah menjalani." "Sayangnya aku tidak mau," ujar Sesil masih teguh dengan pendirian. Mendensah pelan, Keenan menatap Sesil dengan serius. "Sesil, pertimbangkan baik-baik. Ini demi Alice. Lagipula ... apa yang mampu membiay

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Kali ini Sesil yang mengerutkan kening. Apa maksudnya Keenan mengatakannya bodoh? "Dari pada bingung, lebih baik kau ikut denganku!" ujar Keenan lantas mengajak Sesil untuk kembali ke restoran tempat ia berkumpul dengan teman-temannya.Tentu dengan tidak semerta-merta Sesil mau ikut. Wanita itu menggeleng lalu berkata, "Untuk apa aku ikut denganmu? Aku bahkan tidak memiliki kepentingan hingga harus mendengarkan penjelasanmu!" Mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu Keenan sadar jika ini tidak akan mudah. Terlebih ia dan Sesil yang bahkan hanya berhungan ketika malam itu saja. "Tentu saja kita memiliki kepentingan! Apa kau tidak lihat Alice merindukanku? Merindukan papa kandungannya!" Menggeleng dengan cepat, Sesil menyangkal itu semua. "Tidak, Alice tidak merindukanmu." "Benarkah?" Keenan lantas menoleh ke arah Alice yang sekarang berada dalam gendongannya. "Alice, apa kau tidak merindukan papa?" Tentu Alice yang masih polos tidak mengerti jik mamanya tengah menghindari pria ya

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Sesil dan Alice langsung menoleh ketika mendengar nama mereka dipanggil. Keduanya tampak terkejut ketika mengetahui yang memanggil mereka adalah Keenan. Hanya saja mereka memiliki reaksi yang berbeda. Jika Sesil langsung pucat. Sangat bertolak berlakang dengan Alice yang sangat bahagia. Gadis kecil itu bahkan langsung memanggil Keenan sambil melambaikan tangan. "Papa!" Keenan membalas lambaian tangan Alice kemudian berjalan mendekat. Membuat Sesil yang menyadari itu lekas pergi dari sana.Sesil berbalik sambil menarik Alice sedikit kasar karena takut akan kehadiran Keenan yang semakin mendekat. "Alice, ayo kita pergi!""Tidak! Aku ingin bertemu Papa." Alice menahan sekuat tenaga, tetapi tenaganya sangat jauh dari sang mama. Alhasil Alice terseret yang membuat Keenan yang melihat itu tidak terima. Keenan berlari, mempercepat langkahnya untuk mengejar Sesil. Sehingga kakinya yang panjang berhasil menyusul. "Tunggu!" seru Keenan seraya menghadang jalan Sesil sambil merentangkan kedu

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Tiba di rumah, Sesil langsung memasukkan semua pakaiannya ke koper. Wanita itu tidak bisa diam saja karena takut jika Keenan akan merebut Alice darinya.Tidak, Sesil tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi! Ia yang mengandung dan melahirkannya. Sesil juga yang merawatnya sampai sekarang. Jadi yang berhak atas Alice adalah dirinya. "Mama, kita mau ke mana?" tanya Alice ketika Sesil selesai mengemasi pakaiannya, dan mengajak Alice untuk pergi. "Kita ke rumah nenek, Alice. Kau tau, Nenek sudah merindukan kita!" Dengan cepat Alice menggeleng. "Tidak! Aku akan tetap tinggal di sini," cetusnya."Alice---" "Papa sudah berjanji akan pulang, jadi aku akan menunggunya!" Sesil mendesah frustasi. Lagi-lagi anaknya itu bersikap keras kepala dalam keadaan genting seperti ini. Sehingga membuat Sesil semakin terpojok. "Kita bisa beritahu papa, biarkan papa menyusul nanti. Hemm?" Sekuat tenaga Sesil menahan dirinya untuk tidak marah kepada Alice. Karena bagaimanapun Alice tidaklah salah.

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2. Bab 3. Tes DNA

    "Mohon maaf sebelumnya, tapi bisakah Anda tidak mengaku-ngaku sebagai papa dari anak saya?" Sesil menatap Keenan dengan tajam.Sementara Keenan tampak lebih tenang dari sebelum-sebelumnya. Banyak pelajaran yang pria itu ambil dari kejadian beberapa tahun terakhir. Sehingga ia bersikap lebih tenang. "Maafkan saya jika memang perbuatan saya tadi membuatmu tidak nyaman. Saya hanya ingin menyenangkan Alice," ucap Keenan begitu tenang.Sesil mendesah pelan lalu berkata, "Tetapi perbuatan Anda akan membuat Alice menjadi ketergantungan. Alice anak yang kadang keras kepala, jadi saya khawatir jika nanti Alice akan benar-benar menganggap Anda sebagai papanya." "Jika memang demikian ... saya tidak keberatan," ujar Keenan lagi-lagi membuat Sesil merasa pening. Seharusnya Keenan melakukan penolakan. Terlebih bagaimana jika istri dari pria itu salah paham andai melihat Alice yang memanggilnya dengan sebutan papa? Oh, ayolah! Sesil tidak tahu saja jika Keenan sudah menduda selama lima tahun ini

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2. Bab 2. Papa!

    "Pak Keenan," tegur Gigi ketika melihat Keenan yang malah melamun. Sontak hal itu membuat Keenan terperanjat. Sehingga cangkir yang dipegangnya terjatuh. Prang! Pecahan kaca itu berserakan, membuat Keenan refleks menghindar. Pria itu mendesah sambil menunduk, menatap pecahan kaca tersebut dengan datar. “Dokter, tidak apa-apa?” tanya Gigi panik.“Hemm. Tolong panggilkan petugas kebersihan,” ujar Keenan sambil berlalu. Setelahnya Keenan mengembuskan napasnya dengan kasar. Entah kenapa senyum Alice terus menari-nari dalam pikirannya. Hingga dadanya berdebar-debar, seolah merasakan kerinduan yang mendalam. Padahal ia baru sekali bertemu dengan anak gadis itu! Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di rumah Sesil. Wanita itu menghempaskan tubuhnya di sofa, lalu memejamkan mata. Pertemuannya dengan Keenan jelas membuat Sesil terganggu. Wanita itu bahkan menjadi teringat dengan malam panas bersama Keenan.“Mama,” panggilan dari Alice lantas menyadarkan Sesil. Buru-buru ia menggele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status