Ezra yang tidak diperbolehkan masuk dengan terpaksa menunggu di luar. Pria itu terus mondar-mandir–menunggu kabar dari dalam.“Ezra, apa yang sebenarnya terjadi?” Belinda yang baru mendengar berita tentang Poppy dari Kevin pun langsung menyusul. Wanita tua itu tampak cemas. “Aku tidak tahu,” jawab Ezra. Tidak lama seorang dokter keluar dari ruangan yang tidak disia-siakan oleh Ezra untuk mencari informasi.“Bagaimana keadaan calon istriku?”Dokter itu mengerutkan kening begitu mendengar pertanyaan Ezra. “Maksud Anda—” “Kau boleh pergi,” ujar Keenan yang tiba-tiba keluar. Mendapatkan perintah dari Keenan, dokter itu lantas pergi. Sehingga kini, tinggallah Ezra yang menatap Keenan dengan sengit.“Apa yang kau lakukan hingga membuat calon istriku terluka?” Keenan berdecih kemudian masuk tanpa menjawab pertanyaan Ezra. Terang saja hal itu mengundang murka. Ezra berniat menyusul, tetapi Belinda menahannya.“Ezra, sudah. Jangan buat keributan di sini!” “Aku harus mencari tahu keada
Tidak dapat menolak perintah orang tersebut, akhirnya perawat yang berjaga membiarkan Seren masuk.Wanita itu melenggang lalu melipat kedua tangannya di depan dada begitu berdiri di hadapan Poppy yang terduduk lemas. “Ck! Seharusnya aku membunuhmu saat itu!” cetus Seren membuat Poppy memicingkan mata. “Jadi kau yang membuat keterangan palsu itu?” “Tentu saja! Kau tahu sejak dulu aku begitu menginginkan Keenan.” Dengan bangganya Seren mengakui kejahatannya. Mendengarnya cukup membuat Poppy terkejut. Meski sudah mengetahui jika Seren akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Keenan, tetapi ia tidak mengira jika Seren bisa melakukan hal sejauh ini. “Kalau begitu seharusnya kau bekerja lebih keras agar kelakuanmu tidak diketahui!” balas Poppy menatap Seren dengan malas. Jelas hal itu membuat Seren menatap Poppy heran. “Apa maksudmu?” “Sebelumnya aku sangat berterima kasih karena kelakuanmu yang menyebalkan itu membuatku mengetahui jika Keenan bukanlah pria yang keren! Pria itu me
Pray! Peralatan medis yang ada di atas meja berserakan begitu saja akibat Keenan yang menyapunya dengan kasar. Amarah pria itu memuncak ketika kembali setelah menyelesaikan operasi, tetapi tidak menemukan Poppy di kamar inapnya. “Apa yang kau lakukan sebenarnya? Menjaga satu wanita sakit saja tidak bisa!” hardik Keenan kepada perawat yang tadi ia tugasnya untuk menjaga Poppy. Perawat itu hanya mampu tertunduk sambil meminta maaf karena tidak berhasil menjaga amanah Keenan.Melihatnya membuat Keenan semakin geram. Pria itu lantas membawa langkahnya menuju ruang CCTV dengan cepat.“Putar video di ruang gabriel,” perintahnya kepada petugas CCTV. “Baik.” Saat akan memutar ulang, petugas itu mendapati siaran ulang yang hilang. “Apa yang terjadi? Kenapa lama sekali?” Keenan mulai tidak sabar.“Mohon maaf, Pak. Sepertinya ada yang membobol sistem keamanan kita, sehingga ada beberapa rekaman yang terhapus secara permanen.” Emosi Keenan semakin memuncak mendengarnya. Pria itu tidak meng
Kehilangan jejak sang istri membuat Keenan tidak bersemangat. Pria itu menghabiskan waktunya dengan bermabuk yang membuat Seren khawatir.“Keenan, apa yang kau lakukan?” Seren menghampiri Keenan kemudian mengambil botol yang sedang dipegang pria itu. “Lepaskan! Kembalikan minumanku.” Keenan tidak terima dengan apa yang dilakukan Seren. “Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu terus minum.” Wanita itu menjauhkan botol dari jangkauan Keenan yang terus mencoba meraihnya dengan susah payah. Hal itu karena Keenan yang mabuk parah. Sehingga tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.“Berani sekali kau!” sentak Keenan mendorong Seren hingga terjengkang.Meski sedang mabuk, pada kenyataannya pria itu masih memiliki kekuatan. “Keenan!” Seren merengek, tetapi diabaikan Keenan.Pria itu kembali meneguk minumannya. “Poppy, aku mencintaimu.” “Jangan tinggalkan aku. Aku benar-benar menyesal.” Racauan itu semakin membuat Seren murka. Dari sekian banyaknya usaha, tidak ada yang membuat Keenan menat
“Sudah kubilang hati-hati.” Ezra memeriksa tubuh bagian belakang Poppy yang tanpa sengaja menubruk sebuah batu di sisi pantai.“Aku pikir tidak ada batu di sini.”“Ck! Menyebalkan. Sepertinya aku harus menyingkir batu ini agar kau tidak terluka.” Poppy memutar bola matanya. “Kau berlebihan! Aku tidak apa-apa.” “Kalau tidak apa-apa mana mungkin punggungmu merah.” Ezra masih kukuh, dan itu membuat Poppy jengah.“Aku bilang tidak apa-apa, artinya aku baik-baik saja, Ezra.” “Tapi—”“Sudahlah, aku lapar.” Mendengarnya lantas membuat Ezra mengajak Poppy untuk kembali ke villa. “Aku merindukan masakanmu,” ujar Ezra begitu tiba di villa. “Kalau begitu aku akan memasakkan sesuatu untukmu.” Poppy sendiri sudah rindu memasak untuk Ezra.Namun, sepertinya hal itu tidak bisa dilakukan sekarang karena Ezra melarangnya.“Tidak, aku tidak akan membiarkanmu untuk memasak.” “Tapi—”“Kau baru pulih, Sayang. Aku tidak mau jika sesuatu terjadi padamu.” Poppy bungkam karena protesnya langsung di
Tok … tok … tok ….“Sayang, buka pintunya.” Untuk yang kesekian kalinya Ezra membujuk Poppy, tetapi wanita itu benar-benar mengunci pintunya! “Sayang … kau salah paham.”Pria itu mengembuskan napasnya dengan kasar ketika tidak ada jawaban dari Poppy. Meski begitu, Ezra tidak menyerah.“Kalau kau tidak mau membuka pintunya, terpaksa aku akan mendobraknya!” Sialnya ancaman Ezra tidak ditanggapi oleh Poppy. Hal itu karena Poppy yang sudah tidur terlelap.Iya, mungkin karena obat yang diminumnya mengandung obat tidur. Sehingga ia yang tadinya hanya menggertak malah ketiduran. Dari luar Ezra tampak frustasi karena tidak mendapatkan sahutan dari Poppy. Pria itu pikir jika sang kekasih benar-benar marah padanya. Sehingga memutuskan untuk memanggil seorang pelayan. “Aku ingin kunci cadangan kamar utama!” “Baik, Pak.” Wanita paruh baya yang memiliki jabatan sebagai kepala pelayan itu segera menuruti perintah Ezra.Tidak membutuhkan banyak waktu baginya untuk melaksanakan apa yang diperi
“Argh!” Keenan mengerang sambil memegangi kepalanya yang sakit. Ia mengedarkan pandangannya, dan mendapati jika dirinya ada di kamar. “Siapa yang membawaku ke sini?”Baru beberapa detik dari Keenan berpikir, pria itu sudah mendapatkan jawabannya ketika tiba-tiba pintu kamarnya di buka.“Sayang, kau sudah bangun.” Seren menghampiri dengan seulas senyum yang terukir di wajahnya.Melihatnya jelas membuat Keenan muak. Terlebih saat Seren memanggilnya dengan panggilan sayang! Bukankah mereka sudah mengakhiri hubungan? “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Keenan memilih turun dari ranjang. “Aku sangat mengkhawatirkanmu tadi malam. Makanya membawamu pulang. Tapi … siapa yang menyangka jika kita malah menghabiskan malam panas berdua.” Keenan yang akan ke kamar mandi langsung menghentikan langkahnya. Pria itu menoleh kemudian menatap Seren dengan satu alis yang terangkat. “Apa maksudmu?” “Sepertinya pengaruh dari alkohol yang kau minum membuatmu tidak ingat dengan malam tadi,” ujar
“Aku sangat gugup.” Ezra menggerakan kakinya tidak tenang. Hal itu jelas membuat Poppy menatap heran. “Kenapa kau yang gugup? Padahal aku yang akan disidang!” “Tentu saja! Aku takut kau luluh kembali dengan pria perebut itu dalam mediasi nanti.” Ya, kini mereka tengah dalam perjalanan menuju pengadilan untuk memenuhi panggilan atas perceraian yang diajukan Poppy. Wanita itu menatap Ezra dengan jenuh. “Sudah berapa kali aku meyakinkanmu jika hal itu tidak akan terjadi!”“Tapi—” “Kau sepertinya memang tidak percaya padaku,” cetus Poppy membuang muka. Malas juga menghadapi Ezra yang terus-menerus seperti itu! “Sayang, bukan seperti itu.” Ezra berusaha menjelaskan, tetapi Poppy memilih menutup telinganya dengan headset. Namun, bukan Ezra namanya yang akan menyerah. Pria itu mengambil satu headset yang terpasang di telinga Poppy kemudian dipasangkan di telinganya. “Ck! Kupikir kau benar-benar mendengarkan lagu. Ternyata hanya untuk menghindari penjelasanku.” Bersamaan den