Dua tahun kemudian di Moscow.
William baru saja tiba di Moscow karena ibunya yang sangat cerewet itu memintanya untuk datang ke kota itu untuk mewakili ibunya dalam rangka menghadiri sebuah pameran perhiasan. Seharusnya ini adalah tugas Sydney karena pekerjaan ini adalah bidangnya. Tetapi, nyatanya Sidney adik gadisnya itu justru memiliki urusan yang lebih penting. Urusan yang katanya tidak bisa ditinggalkan. Jadilah William harus mengalah untuk menghadiri pameran perhiasan yang bertabur dengan berlian, benda yang sama sekali tidak ia mengerti meski ia telah didampingi oleh satu asisten ibunya yang sangat terlatih di dalam bidang perhiasan. William berulang kali menguap karena merasa bosan menyaksikan orang-orang yang terkagum-kagum melihat desain perhiasan yang bertabur berlian di depannya. Bagi William melihat perhiasan mewah bukan hal yang aneh karena sejak kecil ia terbiasa melihat ibu dan neneknya, mereka menggambar rancangan perhiasan kemudian berangkainya menjadi berwujud perhiasan bertabur berlian yang digandrungi oleh wanita. Sekali lagi, menurut William sama sekali tidak masuk akal. Wanita tampak bahagia hanya karena seuntai gelang atau sebuah cincin. Meeka bahkan memamerkannya dengan bangga di media sosial dan di depan teman-temannya, apa bagusnya sebuah batu? William menguap kembali, ia kemudian memutuskan untuk berkeliling mengitari ruangan tersebut. Ia berhenti di depan sebuah foto yang di bingkai rapi dan tergantung di dinding. Foto itu bergambar seorang gadis yang mengenakan gaun pengantin yang sangat indah, rambut hitam gadis itu menjuntai panjang hingga ke pinggang. Rambut itu tata dengan gaya bergelombang kemudian ikat, menegaskan kesan gadis itu tampak lembut dan anggun. Tetapi, sayangnya wajah gadis itu tidak sepenuhnya dapat di nikmati karena gadis di dalam foto tampak berpose membelakangi kamera. Gadis itu tampak menonjolkan cincin yang indah di jemarinya yang ia letakkan di bagian belakang pundaknya. Wajahnya hanya tampak dari samping, itupun hanya sedikit. William sedikit bergeser dan kembali menemukan beberapa foto. Dari lekuk tubuh foto-foto itu terlihat berasal dari orang yang sama tetapi seluruh fotonya selalu hanya menonjolkan tubuh yang terbalut gaun pengantin dan mengenakan perhiasan yang indah. Bahkan saat ia memamerkan giwang di telinganya tampak yang di ekspos hanya telinga dan leher jenjangnya. Bagian wajahnya terlihat jelas adalah bagian dagu dan bagian bawah bibirnya yang tampak mengulas sedikit senyum. William merasa sangat penasaran dengan gadis yang tiba-tiba seperti menghipnotisnya, gadis asing yang seolah memiliki daya tarik yang sangat kuat bagaikan magnet bagi William meski pun ia sama sekali tidak melihat keseluruhan wajah gadis itu. Ia menyilangkan kedua lengannya di dada dan dengan cermat mengamati setiap jengkal tubuh gadis itu sambil kepalanya sedikit mengangguk-angguk. Sudut bibirnya tanpa ia sadari mengulas senyum. Ketika seorang pria yang mengenakan seragam yang William kenali sebagai salah satu pegawai di pameran tersebut melewatinya, ia tidak membuang kesempatan. Segera Wiliam memanggil pria itu dan bertanya, "Apakah kau tahu siapa model ini?" Pria berpakaian seragam itu mengangguk dengan hormat kemudian menjawab, "Nama model ini Alicia, Sir. Dia brand ambassador dari perusahaan kami." "Alicia...." William menggunakan nama gadis yang menghipnotisnya, sudut bibirnya mengulas senyum licik. "Kau tahu di mana ia? Maksudku... dari agensi mana?" "Dia bernaung di bawah agensi model yang bernama Le Model," jawab pria itu. "Baiklah. Terima kasih atas informasi yang kau berikan, kau bisa pergi," ucap William. Ia kembali mengamati foto-foto Alicia bahkan diam-diam mengarahkan kamera ponselnya untuk mengambil beberapa foto yang terpampang di dinding. Bibirnya masih mengulas sedikit senyum, perasaannya tiba-tiba Alicia... Aku akan mendapatkanmu. Tunggu aku! *** Le model. "Alicia...." Halifa Yonas asisten pribadi Alicia memanggil gadis itu. "Ada apa?" Alicia yang tengah duduk menyibakkan rambutnya yang tergerai nakal menutupi sebagian wajahnya menggunakan telapak tangannya. Ia sama sekali tidak menoleh kepada sumber suara karena ia terus fokus kepada hal yang sedang ia lakukan. Sebelah tangannya tampak memegangi pensil, ia sedang mencoret-coret kertas yang berada di atas meja. "Ford menunggumu di ruang kerjanya," kata Halifa. Gadis berumur dua puluh lima tahun itu selalu berpenampilan menarik dan modis. Bahkan jika di lihat lagi ia lebih fashionable di bandingkan dengan Alicia model yang menjadi bosnya. "Ford?" Alicia menghentikan aktivitasnya dan mendongakkan kepalanya, mata birunya yang seindah samudra tampak menatap Halifa dengan tatapan enggan. "Ya, Ford." "Apa aku melakukan kesalahan hingga ia memanggilku?" "Oh Tuhan. Kau seolah gadis yang malang. Bagaimana bisa kau selalu beranggapan jika Ford hanya mencarimu karena kau melakukan kesalahan?" Halifa tertawa ringan di sela-sela ucapannya. Alicia hanya mengangkat kedua bahunya bersamaan, Alisnya yang sangat tebal juga sedikit terangkat. "Jangan berpikiran negatif, sayang." Halifa selalu mengingatkan Alicia untuk tidak berprasangka buruk kepada siap pun. Asistennya itu meski kadang sama menyebalkan seperti Ford tetapi pekerjaannya sangat cekatan, hati-hati dan rapi. "Kalau begitu apakah menurutmu Ford akan memberikan aku pekerjaan lagi? Kau tahu pekerjaanku akhir-akhir ini terlalu banyak," keluh Alicia. "Kau adalah model kesayangan Ford, kau seharusnya bangga." Alicia memutar bola matanya, ia tampak tidak senang dengan ucapan asistennya. "Halifa, aku lelah. Kau tahu aku hanya memerlukan gaji yang cukup untuk kehidupanku dan modal untuk aku membuka usaha sendiri. Sekarang aku sangat sibuk hingga aku tidak memiliki waktu lagi untuk memikirkan bisnis pribadiku. Ford keterlaluan. Ia terlalu banyak menerima tawaran," ucapnya dengan nada ketus. "Alicia, kau benar-benar bodoh. Tubuhmu sangat indah, wajahmu cantik, kau sangat berbakat. Kau harus memanfaatkan semu ini karena tidak semua orang memiliki kesempatan seperitmu." Halifa membelai rambut Alicia. "Cepatlah temui Ford atau ia akan mengomeliku jika kau membuatnya terlalu lama menunggu," kata Halifa. Alicia merapikan kertas di depannya kemudian memasukkan ke dalam sebuah map, dengan gerakan malas ia bangkit dari duduknya. Gadis itu dengan langkah kaki enggan menuju ruang kerja Ford manajernya sekaligus kekasihnya. "Sayang, kau cantik sekali hari ini." Ford mengamati gadis yang baru saja masuk ke dalam ruangannya, pria tampan bermanik mata coklat itu tampak menelan ludahnya. Kekasihnya sangat cantik, menawan, rupawan dan tubuhnya sangat indah. Ia telah lama mendambakan gadis itu menjadi milikinya, tepatnya berada di bawahnya mengerang memanggil namanya. "Duduklah," ucapnya. Dengan patuh Alicia duduk di kursi tepat di depan meja kerja Ford, ia tidak mengatakan apa-apa. Tatapan matanya hanya mengawasi wajah Ford dengan tatapan dingin, akhir-akhir ini ia dan Ford memang semakin jauh, hubungan mereka semakin merenggang karena jarang berkomunikasi. "Selamat atas kontrak barumu," kata Ford dengan nada begitu bersemangat memberikan selamat kepada Alicia. Seperti yang telah ia duga, tidak salah. Ford memberikan Alixcia pekerjaan lagi. Alicia tampak tidak bergeming, ia menanggapi dengan acuh ucapan selamat dari Ford. "Aku sama sekali tidak tahu kontrak apa yang kau bicarakan." "Sebuah keuntungan besar, aku baru saja menyetujui kontrak baru untukmu. Kau akan berfoto mengenakan gaun pengantin dan sepatu dari brand lokal yang sedang naik daun. Mereka bekerja sama dan sama-sama mengontrakmu, otomatis kau hanya perlu sekali bekerja tetapi kau mendapatkan dua keuntungan. Alicia, kau benar-benar beruntung kau bukan hanya kekasihku tapi kau juga Dewi keberuntunganku," ucap Ford dengan nada penuh semangat. Alicia menyilangkan lengannya di dada, ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menatap Ford tanpa minat. Melihat reaksi Alicia Ford mengerutkan keningnya. "Sayang, apa kau baik-baik saja hari ini?"Aku ngakak baca komen di chapter end, pada kehilangan epilog yang emang belum di update.😆😆😆😆EpilogueTidak ada pernikahan yang terburu-buru, Grace yang rencananya ingin membatalkan kontrak dengan brand yang mengontraknya akhirnya menemukan jalan lain yang dirasa lebih baik dan William juga menyetujui dengan syarat semua kegiatan Grace berada di bawah kendalinya. Dimiliki pria yang posesif ternyata tidak buruk. Apa lagi William tahu betul cara memanjakan Grace hingga Grace merasakan jika dirinya merupakan wanita paling beruntung di muka bumi ini. Mereka menyiapkan pernikahan mewah di London tahun ini dan persiapan itu memakan waktu cukup lama hingga kontrak kerja Grace berakhir. William berulang kali menatap wajah cantik Grace di tengah pesta pernikahan mereka. Seluruh anggota keluarga Johanson berkumpul, juga keluarga besar ayah kandung Grace. Nathalia dan Theresia juga ada di sana. Tidak ketinggalan teman-teman Grace & William, mereka semua berkumpul dalam suasana hangat
Holla.Akhirnya aku bisa bernapas lega.Lega banget. Gak akan lagi ditanya-tanya kapan squel William dan Grace.HihiSelamat membaca dan jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan rate.Selamat membaca.30. EndMeghan tersenyum penuh kemenangan. "Dia menunggumu." "Menunggu?" Sean masih tidak mengerti dengan maksud Meghan."Grace menunggumu di mobil, sopirku tahu ke mana dia harus mengantarkan kalian." Mengumpat, Sean meninggalkan Meghan. Setengah berlari ia menuju mobil yang dimaksud Meghan. Ia membuka pintu belakang dan mendapati Grace meringkuk di sana sambil memeluk lututnya seraya mengerang memanggil William. Ia menutup pintu mobil dengan perasaan frustrasi lalu membuka pintu bagian depan. Kali ini lebih mengejutkan lagi adalah mendapati orang yang duduk di belakang kemudi."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean gusar."Aku melakukan tugasku." Sean menutup pintu mobil. "Kau asistennya!" Halifa tertawa pelan. "Bayaran yang Meghan tawarkan seratus kali lipat dari gajiku beker
Chapter 29CheatingGrace membuka matanya, yang terakhir ia ingat adalah ia meminta bantuan Meghan untuk menemukan William. Kejadian beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali terulang di mana ia berakhir di atas ranjang William. Tetapi, kali ini ceritanya berbeda. Entah berada di hotel mana. Tanpa mengenakan apa pun selain selimut yang masih menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan jika seluruh tubuhnya terasa sakit dan bagian pribadinya terasa tidak nyaman. Terasa perih. Sebuah konspirasi pasti telah terjadi dan ia tidak tahu siapa dalang dibalik konspirasi itu, ia hanya mampu menduga jika Meghan adalah otak dibalik semuanya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki bukti jika menuduh Meghan dan sekarang siapa yang akan percaya padanya jika mengatakan telah dijebak?Ia dilemparkan ke atas ranjang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Grace sangat yakin jika orang itu mengingatkan kehancurannya. Kehancuran hidup dan kariernya. Sangat tragis, semua yang ia bangun benar-benar hancur.Dulu ia be
Chapter 28Your BrotherCalvin duduk di ruang keluarga. Matanya mengamati keliling ruangan dengan perasaan masam. Rumah itu ia beli dua bulan sebelum pernikahannya dan Meghan berlangsung. Ah, ia memang hanya pria biasa, manusia biasa yang lemah. Semua orang bisa merencanakan dengan siapa akan menikah, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa merencanakan kepada siapa akan jatuh cinta. Dulu, ia mengejar Megan seperti hanya ada Meghan seakan hanya ada Meghan gadis di dunia ini. Ia menjadikan Meghan nomor satu, di atas segalanya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan juga hal-hal yang dilewati, hati dan perasaan ternyata bisa berubah. Calvin berlama-lama menatap lukisan dirinya dan Meghan yang terpajang di dinding. Mata Meghan menatapnya, penuh cinta. Ia tahu jelas perasaan istrinya. Dirinyalah yang merusak rumah tangga. Benar kata Meghan, ia menyimpan wanita lain dalam rumah tangga mereka. Calvin sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia bertemu Aida, awalnya hanya k
Chapter 27The Real BoobsUntuk ke sekian kalinya William menoleh ke arah Grace yang kembali mengecek jam di ponselnya. Ia memutuskan meninggalkan kursi kerjanya dan menghampiri Grace yang merebahkan tubuhnya di sofa. "Operasi transplantasi ginjal memerlukan waktu setidaknya tiga sampai empat jam, kau tidak perlu terus mengecek jam," ucap William dengan nada sabar. Ia duduk di pinggir sofa tempat Grace merebahkan tubuhnya. "Aku tidak sabar menunggu hasilnya," gumam Grace, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung rambut di belakang kepala William. "Nathalia akan memberikan kabar padaku secepatnya." William mengusap-usap pundak Grace.Grace menatap William dengan sorot mata iri. "Kalian terlihat akrab." Ya, ia iri karena Theresia juga terlihat sangat akrab dengan William, ditambah Nathalia yang juga ramah setiap kali berbicara dengan William."Bagaimana jika Kau istirahat di dalam kamar?" William mengusulkan agar Grace mengistirahatkan tubuhnya di ruang khusus yang ada di balik
Chapter 26My DaughterMeghan berjalan mondar-mandir karena keresahan melingkupi seluruh raganya. Sudah beberapa hari jasad Calvin belum juga ditemukan, dari informasi yang ia dapatkan hanya bangkai mobil yang ditemukan dan anehnya pintu mobilnya masih tertutup. Ketika ponselnya berdering, ia mendengus dengan kasar lalu menjawab, "Kau memang tidak becus!" ucapnya ketus. "Aku melakukan semua yang kau perintahkan," sahut Wilona. Meghan mengumpat. "Kalau kau becus, seharusnya dia telah menjadi bangkai!" Wilona tertawa. "Tugasku adalah mengondisikan semua di lapangan. Dan lagi pula, ini bukan kesepakatan awal kita." Wilona dikeluarkan untuk mempermalukan Grace, untuk menghancurkan Grace dengan menjual cerita anak haram yang diadopsi kemudian merayu kakak angkatnya. Jika Grace hancur, otomatis William akan goyah, Meghan akan memanfaatkan Calvin untuk memasuki celah bisnis keluarga Johanson. Namun, semua berubah haluan dengan cepat saat ia mengetahui Calvin jatuh hati pada Aida, sahab