Home / Romansa / Oh, My Brother! / 5. Lazy Prince

Share

5. Lazy Prince

last update Last Updated: 2025-01-11 01:05:03

"Of course. I'm fine," jawab Alicia dengan nada acuh. Sikap Alicia memang sedikit unik, ia selalu menjaga jarak dengan siapa pun termasuk Ford yang merupakan model sekaligus kekasihnya.

Ford mendekati Alicia dan membelai rambutnya. Gerakannya sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Kau marah kepadaku?"

"Apa hakku marah kepadamu?"

"Ayolah, kau sangat manis jika marah, sayangku." Ford bangkit dari duduknya. Ia berdiri di samping Alicia yang duduk dengan posisi malas di kursi.

"Kau manajerku sekaligus kekasihku jadi kau berhak memanfaatkan kekasihmu ini, tepatnya kau bisa memeras tenagaku sesukamu," ucap Alicia dengan nada ketus. Selalu begitu, Ford sama sekali tidak terkejut dengan mulut pedas kekasihnya.

"Kau kasar sekali sayangku, kita adalah pasangan yang paling serasi. Suatu saat kita akan membangun bisnis kita, membangun sebuah agensi model melebihi Le Model," kata Ford dengan nada bersungguh-sungguh.

Alicia mencebik. Ia memutar bola matanya dengan enggan, Ford adalah kekasihnya tetapi pria itu selalu seolah memiliki hak penuh atas diri Alicia. Ia selalu mengambil keputusan tanpa menanyakan terlebih dulu apakah Alicia bersedia atau tidak menerima pekerjaan hanya karena Ford mampu membujuk semua pihak yang memakai jasa Alicia. Alicia satu-satunya model yang mengajukan syarat di dalam pemotretan, tidak sulit ia hanya tidak ingin wajahnya di di ekspos secara keseluruhan. 

Awalnya banyak yang menolak tetapi semakin lama justru semakin banyak yang tertarik dengan foto Alicia, foto yang tidak pernah memperlihatkan wajah Alicia secara keseluruhan dan Alicia mulai mendapatkan ketenaran di Rusia karena kecantikannya yang seolah memiliki label : Bukan untuk konsumsi publik.

"Bagaimana jika kita pergi ke club malam ini untuk merayakan kontrak barumu?" Ford membungkukkan badannya, ia mengecup pipi Alicia pelan lalu perlahan ia menyusuri leher jenjang Alicia menggunakan bibirnya yang sensual.

"Kau menghabiskan uangku," jawab Alicia dengan nada enggan, tubuhnya kaku selaku kayu karena sentuhan Ford.

"Terkadang kita juga perlu bersenang-senang, sayangku," ucap Ford dengan nada sangat halus dan terdengar sedang menggoda Alicia.

Kembali bibir Alicia mencebik, ia tahu persis jika mereka pergi ke club bukan Ford yang membayar tagihan minum mereka tetapi Alicia yang harus kehilangan uangnya untuk beberapa botol alkohol yang di pesan Ford dan teman-temannya.

"Uang itu hasil kerja keras kita sayang, aku memasarkanmu dan kau bekerja dengan baik." Ketika bibir Ford hendak menyentuh bibir Alicia secepat kilat Alicia berpaling dan memundurkan tubuhnya.

"Oh, maaf sayangku. Kau masih belum siap?"

Alicia mengatupkan bibirnya, dadanya naik turun. "Ford, aku tidak ingin ada kontak fisik terlalu jauh dalam hubungan kita," katanya.

Ford mendengus kesal, bagaimanapun juga ia adalah pria dewasa normal yang memerlukan..., anggap saja pelampiasan hasrat. Sementara kekasihnya seperti mengalami cacat sexual. Jangankan untuk berhubungan badan, bahkan jika Ford hendak mencium bibirnya, Alicia segera memasang perlindungan diri. Kekasihnya terang-terangan menolak bahkan sekedar ciuman di bibir, Alicia tidak mengizinkan Ford untuk mencobanya apalagi jika lebih. Entah cara pemikiran kuno seperti apa yang ada di dalam kepala Alicia, menurut Ford, Alicia adalah gadis kuno karena menganut paham no sex before married. Mereka hidup di benua Eropa, hal-hal seperti itu sudah di anggap lazim bukan sesuatu yang tabu. Bahkan jika seorang gadis berusia tujuh belas tahun dan masih perawan tentu saja gadis itu di anggap aneh.

"Bagaimana jika kita pergi ke supermarket? Aku ingin memasak," kata Alicia sambil berusaha bangkit dari duduknya dan mematahkan suasana canggung yang tentu saja membentang di antara mereka berdua.

Ford menggaruk kulit lehernya yang sama sekali tidak terasa gatal, alisnya tampak sedikit berkerut. "Kau bisa pergi sendiri, jangan bawa Halifa, ia masih memiliki beberapa urusan pekerjaan," kata Ford.

"Baiklah. Sampai jumpa besok, Ford," ucap Alicia sambil bergegas melangkah menuju pintu lalu menarik gagang pintu dan meninggalkan ruangan itu.

"Hati-hati berken...." belum selesai Ford mengucapkan kalimatnya gadis yang ia anggap sebagai kekasihnya itu telah menghilang dari pandangannya. Ford menggelengkan kepalanya kemudian ia kembali duduk di kursi kerjanya. Meraih ponselnya dan jemarinya menari di atas ponselnya untuk menulis pesan.

****

London.

William memasuki mansion mewah yang ditempati keluarganya. Seharusnya ia juga tinggal di sana tetapi sejak dua tahun yang lalu ia memilih tidak lagi tinggal di sana karena ia lebih sering tinggal di pent house milikinya.

"Sidney...." William menyapa Sydney Johanson adiknya. Gadis bermanik mata berwarna hazel dan berparas amat manis itu sedang duduk di ruang keluarga sendirian sambil membuka sebuah tabloid fashion di tangannya.

Mendengar suara memanggil namanya, Sidney mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. "Willy, kapan kau kembali dari Moscow?"

"Aku baru saja mendarat," jawab William sambil melepaskan mantel yang membungkus tubuhnya dan meletakkannya di atas sofa begitu saja.

"Kau ingat rumahmu rupanya," ejek Sidney sambil terkekeh, gadis itu mengejek kakaknya yang jarang kembali ke tempat tinggal mereka. Sidney kemudian itu mengubah posisi duduknya menjadi bersila dia atas sofa.

"Hasil pameran perhiasan asistenmu yang akan menjelaskan aku tidak mengerti hal itu," kata William dengan nada kesal.

"Kau memang saudara yang baik, terima kasih telah membantuku."

"Cih...." William berdecih karena harus berkorban waktu dan tenaga untuk adiknya yang satu ini. "Di mana saudaramu yang pemalas itu?"

William menanyakan dia mana Leonel Johanson berada. Leonel dan Sidney, mereka adalah saudara kembar. Seharusnya andai saja Grace tidak pergi meninggalkan keluarga itu mereka bisa dikatakan kembar tiga, sayangnya Grace lebih memilih meninggalkan keluarga Johanson, menanggalkan nama belakang lalu kini menghilang entah kemana. Mengingat Grace selalu sukses membuat perasaan William ingin mencekik lehernya hingga gadis itu memohon ampun, menangis lalu meminta maaf. Sayangnya Grace tidak pernah melakukan itu meski William menyiksanya di masa lalu.

Sidney kembali memfokuskan pandangannya ke arah tabloid yang di yang berada di tangannya. "Di mana lagi dia, tentu saja di kamarnya. Tidur dan bermain game adalah hidupnya," gerutu Sidney. Gadis itu tampak menggemaskan saat menggerutu membuat William tersenyum simpul, adiknya secantik ibunya. Bahkan bisa di katakan adiknya adalah perwujudan ibunya ketika muda, memang begitu. William telah sering melihat foto-foto ibunya ketika muda dan memang benar Sidney adalah perwujudan ibunya.

"Lalu, di mana Alexa?" William menayangkan keberadaan adik bungsunya yang bernama Alexa Johanson.

"Dia ada di kamarnya," jawab Sidney. Ia mendongakkan kepalanya menatap kakaknya kemudian melanjutkan ucapannya, "dia berulang kali menanyakan keberadaanmu, rupanya dia sangat merindukanmu."

"Aku akan menemui Alexa nanti setelah aku bertemu Leonel," kata William sambil berlalu meninggalkan Sydney menuju kamar di mana Leonel berada. Benar kata Sydney, Leonel sedang duduk sambil memegang stik gamenya, rambutnya tampak berantakan tetapi tidak mengurangi ketampanan wajahnya. Manik matanya yang berwarna biru tampak begitu fokus mengarah ke layar televisi di depannya. Pria berusia dua puluh tiga tahun itu bahkan tidak menyadari kehadiran William.

Dengan satu gerakan William mencabut kabel penghubung televisi dan listrik hingga membuat layar televisi menjadi gelap seketika.

"Shit!" maki Leonel. "Apa yang kau lakukan? Kau mengganggu kesenanganmu saja." Ia menatap kakaknya dengan tatapan kesal.

Leonel yang kesenangannya terganggu dengan kasar ia mengacak-ngacak rambut di atas kepalanya hingga rambutnya yang berantakan semakin terlihat tidak karuan sementara sebelah tangannya masih memegang stik gamenya.

William tersenyum melihat tingkah adiknya yang pemalas itu. "Apa kau tidak memiliki pekerjaan? Kau hanya bermain game dan tidur sepanjang hari," tanyanya.

"Untuk apa aku membayar karyawan dan sekretaris jika aku masih harus bekerja dan berdiam di perusahaan sepanjang hari?" Leonel meletakkan stik game di lantai kemudian ia menguap dengan lebar dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi untuk meregangkan otot-otot tubuhnya.

William berjalan menjauhi adiknya, kamar Leonel benar-benar minim udara segar dan cahaya matahari. Tangannya membuka gorden jendela yang masih tertutup rapat agar cahaya matahari masuk. Kamar adiknya itu lebih mirip seperti gua yang di huni oleh seekor ular phyton, ular itu hanya keluar dari sarang ketika ia merasa lapar. William bahkan tidak yakin adiknya itu pernah terpapar sinar matahari lebih dari lima belas menit dalam sehari.

"Aku memiliki tugas untukmu," kata William.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oh, My Brother!   Epilogue

    Aku ngakak baca komen di chapter end, pada kehilangan epilog yang emang belum di update.😆😆😆😆EpilogueTidak ada pernikahan yang terburu-buru, Grace yang rencananya ingin membatalkan kontrak dengan brand yang mengontraknya akhirnya menemukan jalan lain yang dirasa lebih baik dan William juga menyetujui dengan syarat semua kegiatan Grace berada di bawah kendalinya. Dimiliki pria yang posesif ternyata tidak buruk. Apa lagi William tahu betul cara memanjakan Grace hingga Grace merasakan jika dirinya merupakan wanita paling beruntung di muka bumi ini. Mereka menyiapkan pernikahan mewah di London tahun ini dan persiapan itu memakan waktu cukup lama hingga kontrak kerja Grace berakhir. William berulang kali menatap wajah cantik Grace di tengah pesta pernikahan mereka. Seluruh anggota keluarga Johanson berkumpul, juga keluarga besar ayah kandung Grace. Nathalia dan Theresia juga ada di sana. Tidak ketinggalan teman-teman Grace & William, mereka semua berkumpul dalam suasana hangat

  • Oh, My Brother!   75. End

    Holla.Akhirnya aku bisa bernapas lega.Lega banget. Gak akan lagi ditanya-tanya kapan squel William dan Grace.HihiSelamat membaca dan jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan rate.Selamat membaca.30. EndMeghan tersenyum penuh kemenangan. "Dia menunggumu." "Menunggu?" Sean masih tidak mengerti dengan maksud Meghan."Grace menunggumu di mobil, sopirku tahu ke mana dia harus mengantarkan kalian." Mengumpat, Sean meninggalkan Meghan. Setengah berlari ia menuju mobil yang dimaksud Meghan. Ia membuka pintu belakang dan mendapati Grace meringkuk di sana sambil memeluk lututnya seraya mengerang memanggil William. Ia menutup pintu mobil dengan perasaan frustrasi lalu membuka pintu bagian depan. Kali ini lebih mengejutkan lagi adalah mendapati orang yang duduk di belakang kemudi."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean gusar."Aku melakukan tugasku." Sean menutup pintu mobil. "Kau asistennya!" Halifa tertawa pelan. "Bayaran yang Meghan tawarkan seratus kali lipat dari gajiku beker

  • Oh, My Brother!   74. Cheating

    Chapter 29CheatingGrace membuka matanya, yang terakhir ia ingat adalah ia meminta bantuan Meghan untuk menemukan William. Kejadian beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali terulang di mana ia berakhir di atas ranjang William. Tetapi, kali ini ceritanya berbeda. Entah berada di hotel mana. Tanpa mengenakan apa pun selain selimut yang masih menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan jika seluruh tubuhnya terasa sakit dan bagian pribadinya terasa tidak nyaman. Terasa perih. Sebuah konspirasi pasti telah terjadi dan ia tidak tahu siapa dalang dibalik konspirasi itu, ia hanya mampu menduga jika Meghan adalah otak dibalik semuanya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki bukti jika menuduh Meghan dan sekarang siapa yang akan percaya padanya jika mengatakan telah dijebak?Ia dilemparkan ke atas ranjang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Grace sangat yakin jika orang itu mengingatkan kehancurannya. Kehancuran hidup dan kariernya. Sangat tragis, semua yang ia bangun benar-benar hancur.Dulu ia be

  • Oh, My Brother!   73. Your Brother

    Chapter 28Your BrotherCalvin duduk di ruang keluarga. Matanya mengamati keliling ruangan dengan perasaan masam. Rumah itu ia beli dua bulan sebelum pernikahannya dan Meghan berlangsung. Ah, ia memang hanya pria biasa, manusia biasa yang lemah. Semua orang bisa merencanakan dengan siapa akan menikah, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa merencanakan kepada siapa akan jatuh cinta. Dulu, ia mengejar Megan seperti hanya ada Meghan seakan hanya ada Meghan gadis di dunia ini. Ia menjadikan Meghan nomor satu, di atas segalanya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan juga hal-hal yang dilewati, hati dan perasaan ternyata bisa berubah. Calvin berlama-lama menatap lukisan dirinya dan Meghan yang terpajang di dinding. Mata Meghan menatapnya, penuh cinta. Ia tahu jelas perasaan istrinya. Dirinyalah yang merusak rumah tangga. Benar kata Meghan, ia menyimpan wanita lain dalam rumah tangga mereka. Calvin sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia bertemu Aida, awalnya hanya k

  • Oh, My Brother!   72. The Real Boobs

    Chapter 27The Real BoobsUntuk ke sekian kalinya William menoleh ke arah Grace yang kembali mengecek jam di ponselnya. Ia memutuskan meninggalkan kursi kerjanya dan menghampiri Grace yang merebahkan tubuhnya di sofa. "Operasi transplantasi ginjal memerlukan waktu setidaknya tiga sampai empat jam, kau tidak perlu terus mengecek jam," ucap William dengan nada sabar. Ia duduk di pinggir sofa tempat Grace merebahkan tubuhnya. "Aku tidak sabar menunggu hasilnya," gumam Grace, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung rambut di belakang kepala William. "Nathalia akan memberikan kabar padaku secepatnya." William mengusap-usap pundak Grace.Grace menatap William dengan sorot mata iri. "Kalian terlihat akrab." Ya, ia iri karena Theresia juga terlihat sangat akrab dengan William, ditambah Nathalia yang juga ramah setiap kali berbicara dengan William."Bagaimana jika Kau istirahat di dalam kamar?" William mengusulkan agar Grace mengistirahatkan tubuhnya di ruang khusus yang ada di balik

  • Oh, My Brother!   71. My Daughter

    Chapter 26My DaughterMeghan berjalan mondar-mandir karena keresahan melingkupi seluruh raganya. Sudah beberapa hari jasad Calvin belum juga ditemukan, dari informasi yang ia dapatkan hanya bangkai mobil yang ditemukan dan anehnya pintu mobilnya masih tertutup. Ketika ponselnya berdering, ia mendengus dengan kasar lalu menjawab, "Kau memang tidak becus!" ucapnya ketus. "Aku melakukan semua yang kau perintahkan," sahut Wilona. Meghan mengumpat. "Kalau kau becus, seharusnya dia telah menjadi bangkai!" Wilona tertawa. "Tugasku adalah mengondisikan semua di lapangan. Dan lagi pula, ini bukan kesepakatan awal kita." Wilona dikeluarkan untuk mempermalukan Grace, untuk menghancurkan Grace dengan menjual cerita anak haram yang diadopsi kemudian merayu kakak angkatnya. Jika Grace hancur, otomatis William akan goyah, Meghan akan memanfaatkan Calvin untuk memasuki celah bisnis keluarga Johanson. Namun, semua berubah haluan dengan cepat saat ia mengetahui Calvin jatuh hati pada Aida, sahab

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status