Waktu makan malam pun akhirnya tiba, Keysia terlihat menghampiri meja makan bersama dengan Devan, Reyhan dan juga Argan. Terlihat, Nana sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang biasa ia tempati, diikuti dengan Keysia dan juga Devan yang berada disebelahnya dan juga Argan dan Reyhan yang berada disebrangnya.
“Udah semua, ayo kita langsung makan aja, kalian ambil aja jangan sungkan,” ujar Nana seraya menatap Argan dan juga Reyhan secara bergantian.
“Iya,” balas Reyhan. Sejenak ia melirik kearah Keysia yang mulai menyendokkan nasi pada piringnya.
“Mau pakai udang, ikan, ayam atau sayur?” Keysia bertanya seraya menoleh kearah Devan yang sedang memperhatikan makanan yang ada dihadapannya.
“Udang aja sama sayur,” ujarnya.
“Em baiklah,” ujarnya seraya mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Devan. Setelahnya ia langsung meletakkan makanan yang sudah diambilnya itu dihadapan Devan dan menukar piri
“Kemana anak ini, apa dia tidak tahu kalau kamu akan datang?” tanya seorang wnita patuh baya kepada gadis cantik dengan pakaian seksi yang membalut tubuhnya.“Tentu saja dia tahu, Tante. Karena, aku tadi sudah mengirimkan pesan kepadanya!” serunya dengan wajah kesal.“Bersabarlah sebentar, dia pasti akan segera pulang,” ujar wanita paruh baya itu kemudian.Tak berselang lama dari percakapan yang keduanya lontarkan, deru mesin mobil terdengar. Chelsy, gadis cantik berpakaian seksi itu lantas beranjak dari tempat duduknya, bergegas menuju kedepan untuk melihat siapa yang datang.“Itu pasti dia sudah pulang,” seru wanita paruh baya yang tadi duduk disebelahnya seraya mengikuti Chelsy yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju pintu depan.Seorang laki-laki tampan kini terlihat memasuki rumah mewah melewari pintu yang baru saja terbuka. Sosok pertama yang ia temui adalah Chelsy dan juga mamanya yang sudah
“Terima kasih,” ujar salah seorang gadis cantik yang kini sedang mendudukkan dirinya berhadapan dengan seorang laki-laki tampan dengan setelan pakaian formal saat seorang pelayan mengatarkan makanan yang sebelumnya telah ia pesan. Pelayan itupun memberikan jawaban berupa anggukan serta seulas senyum sebelum akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.“Ada apa kau meminta ku untuk bertemu disini?” Keysia kembali membuka suara dengan pandangan yang sudah beralih menatap Reyhan yang ada dihadapannya.“Bukankah besok adalah acara pembukaan restaurant dan cafe milik mu?” tanya Reyhan.“Iya,” Keysia menganggukkan kepalanya. “Kalau kau tidak sibuk datanglah,” tambahnya kemudian meminum jus alpukat miliknya.“Akan aku usahakan untuk datang sekalian aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu besok,” ujarnya.Keysia mengangkat wajahnya menatap Reyhan yang masih setiap memandangi wajahnya. &l
Devan, Argan, Reyhan juga Chelsy kini salin pandag bergantian. “Kalian sudah saling mengenal?” ujar Chelsy membuka suara.“Iya, mereka berdua adalah rekan kerjaku,” balas Reyhan seraya mengalihkan perhatiannya pada Chelsy.“Tuan Reyhan, apakah Nona ini memiliki hubungan dengan anda?” tanya Argan.“Iya, kita sepasang kekasih,” balas Chelsy cepat.“Apa yang kau katakana?!” seru Reyhan kesal mendengar jawaban yang Chelsy berikan.“Aku hanya mengatakan kalau kita sepasang kekasih, memangnya salah?” balas Chelsy.Mendengar itu Reyhan hanya terdiam, ia tidak ingin berdebat dengan wanitanya itu dihadapan cliennya.Reyhan kembali mengalihkan perhatiannya pada Devan dan juga Argan yang sejak tadi terdiam memperhatikan interaksi antara dia dan Chelsy. “Tuan Dev, Tuan Argan bagaimana bisa kalian bersama dengan Chelsy?” tanyanya.“Jadi gini, sebelumnya saya minta maaf karena saya tadi hampir saja menabrak kekasih anda, Tuan Reyhan,” terang Argan.“Baiklah, tidak masal
Saat-saat yang ditunggu Keysia kini tiba, hari dimana restauran beserta café miliknya kini telahresmi dibuka. Tepuk tangan meriah pun Keysia terima saat pita kini telah terputus dengan sempurna.“Selamat Keysia sayang,” seru Nana seraya memberikan pelukan pada sahabatnya.“Makasih,” seru Keysia seraya memberikan balasan pada sahabatnya.Setelah puas salin memeluk satu sama lain, keduanya sama-sama merenggangkan pelukannya.“Semuanya silahkan masuk dan menikmati hidangan yang sudah kami siapkan,” ujar Keysia pada tamu undangannya. Setelah mendapat perintah dari pemilik restauran, para tamu itupun bergegas untuk masuk dan menikmati hidangan yang ada. Kini, di luar hanya menyisakan Keysia, Devan, Nana dan juga Argan.“Keysia, selamat ya atas peresmian café dan restauran milikmu, semoga kedepannya lancar,” ujar Argan seraya mengulurkan tangan untuk berjabatan.“Aamiin, terima kasih, Argan,” balas Keysia.“Ekhem,” dehem Devan saat melihat tan
“Key, aku ingin memiliki kamu sepenuhnya,” bisik Devan seraya melingkarkan tangannya pada pinggang Keysia membuat gadis itu sontak berjingkat seraya membelalakkan matanya.Sebisa mungkin Keysia mencoba untuk tetap tenang, diletakkannya pisau yang kini digenggamnya lantas mencoba menjauhkan tangan Devan yang memluk erat pinggangnya. Namun, hasilnya sia-sia karena pelukan Devan seperti sebuah cengkraman, begitu kuat dan erat namun tidak menyakiti.“Devan, lepaskan aku, apa kau sedang bercanda dengan ucapanmu?” ujarnya.“Aku tidak bercanda, aku memang menginginkan dirimu,” Devan memutar tubuh Keysia menghadap pada dirinya, kedua tangannya bertumpu pada kabinet meja dapur untuk menahan Keysia.Keduanya lantas sama-sama terdiam dan saling beradu pandang, rasa gugup kini tidak lagi bisa Keysia tutupi. Dadanya berdegup teramat cepat, dan darahnya terasa seperti berdesir hebat. “Aku senang, namun ini terlalu mengejutkan,&
“Devan kau___?” Anna tidak melanjutkan kata-katanya, ia merasa begitu tidak mengenali Devannya hari ini.“Anna, tolonglah untuk kali ini saja,” ujar Devan dengan suara pelan dan tatapan penuh permohonan.“Baiklah, hari ini aku benar-benar tidak mengenali dirimu, Devan!” ujaranya lantaran segera melepaskan sealtbetnya yang mengait tubuhnya dan bergegas keluar dari mobil milik Devan.Air mata Anna merembes melewati pipi mulusnya menatap nanar mobil Devan yang melaju dengan kencang meninggalkan dirinya ditepi jalan.“Bodoh, kenapa aku harus menangisi kepergiannya?!” serunya seraya mengusap dengan kasar air mata yang membanjiri pipi mulusnya.Lantaran Anna mengambil ponsel dari dalam tas jinjing yang dibawanya kemudian langsung menghubungi kekasihnya dan meminta untuk menjemputnya.***************“Bagaimana bisa Devan meninggalkan kamu sendirian ditepi jalan?”
Dengan seksama, Devan mendengarkan para karyawannya yang sedang menjelaskan materi rapat kali ini, sesekali Devan melirik jam tangan yang kini melingkar pada pergelangan tangannya hingga waktu kini sudah menunjukkan jam makan siang.“Rapat ditunda, kalian silahkan istirahat,” ujar Devan yang langsung beranjak dari kursi yang kini sedang didudukinya diikuti dengan Argan yang juga melakukan hal yang sama, pun dengan karyawan yang lainnya.“Dev, kau mau makan malam diluar atau aku pesanankan makanan?” tanya Argan.Baru saja Devan akan memberikan jawaban namun sebuah panggilan kini membuat ia mengurungkan niatnya. Lantaran Devan segera meraih ponsel dari dari saku jasnya, nama Keysia kini memnuhi layar ponselnya dengan segera Devan pun langsung menerima panggilan tersebut.“Kenapa?” tanya Devan.“Apa kau lupa? Sekarang sudah waktunya makan siang, tadi kau bilang kepadaku akan ke restauran,” seru Keysia me
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki