Share

Raja Roland Murka

"Ada apa?" Tanya salah seorang penjaga yang berpakaian seragam berwarna biru tua.

"Saya harus menghadap Yang Mulia Raja Roland dan Ratu Sophia!" Jawab Shaunia dengan tergesa.

"Kode biru!" Jawab Shaunia untuk menandakan bahwa ia sedang akan melaporkan suatu hal yang penting dan rahasia.

Penjaga itu mengerti dan memberikan ijin masuk bagi Shaunia. Shaunia langsung masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa mewah berbentuk oval yang didominasi dengan warna biru dan silver.

Shaunia kemudian berjalan menuju ke ruangan istirahat raja dan ratu, kemudian ia mengetuk pintu yang terbuat dari ukiran kayu yang sama mewahnya dengan interior ruangan itu.

'TOK! TOK! TOK!'

Ia menunggu sesaat dan kemudian ...

"Shaunia?" Tanya Ratu Sophia terkejut membuka pintu sambil mengikat jubah tidurnya yang berwarna kuning mustard.

"Ada apa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Ratu Sophia langsung cemas.

"Yang Mulia, tolong ikut saya dengan segera!" Bisik Shaunia dengan raut wajah khawatir.

"Apakah, Kiehl …." Ratu Sophia tak dapat menyelesaikan perkataannya.

"Kiehl tak sadarkan diri, Yang Mulia!" Shaunia mengangguk.

"Astaga! Cepat antarkan aku kepada Kiehl!" Seru Ratu Sophia dengan nafas tercekat.

Ratu Sophia tak membuang waktu lagi ia langsung mengikuti Shaunia menuju ke ruang kerja Kiehl dengan perasaan cemas.  Sesampainya di dalam, Ratu Sophia langsung melihat kondisi Kiehl yang masih tak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi pada Kiehl?" Tanya Ratu Sophia kepada Dr. Green dengan nada cemas setelah ia sampai di hadapan Kiehl yang terbaring di atas sofa.

"Pangeran tak sadarkan diri, Yang Mulia!" Jawab Dr. Green.

"Perkiraan awal saya yakni kelelahan."

"Tapi jika melihat apa yang terjadi di dalam ruang kerjanya, mungkin diagnosa saya keliru," Dr. Green melanjutkan.

"Apa maksud Anda, Dr. Green?" Tanya Ratu Sophia sambil duduk memegangi lengan Kiehl. Wajahnya masih menunjukkan rasa cemas akan keadaan putranya tersebut.

"Ehm, mungkin Anda bisa melihat keadaan ruang kerja Pangeran terlebih dahulu!" Jawab Dr. Green, kemudian kembali terdiam.

Ratu Sophia yang kebingungan, segera beranjak menuju ruang kerja Kiehl yang pintunya tidak tertutup. Sesampainya di depan pintu, ia terkesiap ketika melihat ruang kerja anaknya yang separuh hancur seperti habis diterpa angin topan.

"Ya, Tuhan!" Serunya syok.

Dengan segera sang ratu kembali ke ruang depan tempat mereka semua berada. Ratu Sophia memandang Dr. Green dan Alex bergantian. Alex hanya diam tak mengatakan apapun.

"Ada apa ini?" Tanya Ratu Sophia. Tak ada yang menjawab. Shaunia hanya menunduk. Ruangan langsung sunyi senyap. Sementara Ratu Sophia tetap menunggu jawaban dari mereka semua.

"Alex?" Tanya Ratu Sophia setelah tak seorangpun mau membuka suara. Ia menatap Alex lekat-lekat.

"Kami bertengkar!" Jawab Alex sambil memghindari tatapan mata ibunya.

"Bagaimana kalian bisa bertengkar?" Tanya Ratu Sophia lagi.

"Mengenai apa?" 

Alex tidak menjawab, kali ini ia memandangi ibunya dengan sikap membangkang.

"Shaunia!" Panggil Ratu Sophia dengan nada tajam.

"Ya, Yang Mulia!" Sahut Shaunia sedikit gentar.

"Pergi dan panggilkan Raja Roland!" Perintahnya.

"Baik, Yang Mulia!" Jawab Shaunia dengan lega. Dengan segera ia pergi untuk menjemput sang raja.

Ia sebetulnya khawatir dengan keadaan Kiehl. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Ia tak mungkin mendekati Kiehl dihadapan raja dan ratu.

Dengan segera ia menghadap Raja Roland dan memintanya untuk pergi bersamanya.

                            ****

"Katakan padaku! Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Raja Roland sudah berada di ruangan tempat mereka semua berkumpul. 

Ia juga sama dengan Ratu Sophia, datang dengan tergesa sehingga hanya sempat memakai jubah kimononya saja.

Raja Roland begitu murka hingga ia memukul meja berukir kayu yang ada di dalam ruangan Kiehl.

Shaunia dan Ratu Sophia terlonjak terkejut ketika mendengar suara yang ditimbulkan dari pukulan Raja Roland kepada meja kayu tersebut.

Semua orang di dalam ruangan itu membisu. Kiehl yang saat itu sudah tersadar berkat pertolongan yang diberikan oleh  Dr. Green dan masih terbaring lemah di atas sofa, juga diam seribu kata.

Dr. Green menghela nafas dalam ketika merasakan atmosfer ruangan yang tegang.

"Kukira kita jangan memperpanjang masalah dulu, Yang Mulia!" Dr. Green berusaha mencairkan suasana.

"Kesehatan Pangeran Kiehl harus di utamakan."

"Dan saat ini kondisinya masih cukup lemah."

"Dr. Green, aku sebenarnya setuju dengan usulmu," balas Raja Roland. 

"Tapi aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi diantara mereka berdua."

"Apa yang telah terjadi tadi, harus mereka ceritakan padaku sekarang juga!"

"Aku tahu kau adalah dokter Kiehl dan lebih mengutamakan kesehatan Kiehl."

"Tapi aku harus bertindak sesuai aturan negara."

"Jika sampai tersebar, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh pihak yang menginginkan tampuk kepemimpinan negara ini, Green!"

Dr. Green dan Raja Roland adalah teman akrab sejak kecil. Maka dari itu ia dipercaya untuk menjadi dokter istana dan mengurus Kiehl serta merahasiakan penyakit yang diderita oleh Kiehl dari para petinggi istana lainnya.

Ia menoleh kembali ke arah kedua putranya.

"Alex?" Tanya Raja Roland menunggu penjelasan dari Alex dengan pandangan curiga.

'Oh, well! Sepertinya aku akan kembali menjadi kambing hitam lagi di dalam keluarga ini!' Pikir Alex dalam hati.

"Kami bertengkar!" Jawab Alex singkat.

"Aku tahu kalau kalian bertengkar!" Bentak Raja Roland.

"Aku perlu tahu duduk permasalahannya apa!"

Kini Shaunia juga menjadi pucat. Bagaimana jika dirinya yang ditanya? Apakah ia harus menjawab jujur atau menjawab dengan kebohongan?

"Aku bosan dengan cara Kiehl mengajariku," Jawab Alex dengan nada malas-malasan.

"Pengajarannya sama sekali tidak menarik, membuatku mengantuk!"

"Aku ingin menyudahi pertemuan kami, namun Kiehl menghalangiku terus hingga aku kesal dan akhirnya kami berkelahi."

'BUGH!!!

Tiba-tiba Raja Roland memukul sisi kepala Alex dengan kencang.

"Roland! Apa yang kau lakukan?" Pekik Ratu Sophia sambil bersedakap.

"Kiehl hanya menyuruhmu belajar untuk mengatur negara!"

"Dan aku tidak suka dengan caranya mengajariku!" Balas Alex dengan berani. Sisi kepalanya terasa berdenyut akibat pukulan sang ayah. Namun ia masih cukup sopan untuk tidak membalas sang ayah.

"Kau itu benar-benar anak yang tak bisa diatur!" Bentak Raja Roland.

"Apa kau tak sadar dengan posisimu, hah?"

"Yah, Ayah! Aku sadar. Tapi aku tak minta dilahirkan di dalam keluarga ini juga!"

"Aku sama sekali tak suka terikat dengan banyaknya peraturan seperti ini!"

"Usiamu sudah dua puluh enam tahun. Bahkan sudah hampir dua puluh tujuh!" Kata Raja Roland.

"Pangeran dari negara lain sudah mengemban tugas negara."

"Tapi, kau sendiri ... apa yang kau lakukan?"

"Bahkan belajar saja kau tak mau!"

"Setiap hari kerjamu di Inggris hanya bermalas-malasan hidup mewah dan bermain perempuan!"

"Apa itu merupakan sikap seorang Pangeran?"

"Wow! Ayah, aku sama sekali tak mengira bahwa kau tertarik untuk mengetahui seperti apa kehidupanku di Inggris," Sahut Alex dengan berani.

"Kau! Kau benar-benar …."

"Roland! Walau bagaimanapun dia adalah anak kita," Ratu Sophia berusaha menahan suaminya dan menyelamatkan Alex dari amukan sang ayah.

"Mengapa, Bu? Kau baru membelaku sekarang setelah aku dinyatakan sebagai pengganti Kiehl?" Tantang Alex.

"Dulu Ibu tidak membelaku sewaktu aku diasingkan!"

"Ibumu tak akan bisa membela dirimu yang seperti itu!" Sela Raja Roland.

"Kau dan tingkahmu yang arogan, tak bertanggung jawab dan tak pernah berpikir panjang!"

"Sepertinya aku menyesal telah menyuruhmu untuk kembali kemari dan menjadi pengganti Kiehl!" Raja Roland bergumam.

"Kalau begitu, jangan!" Bentak Alex dengan nada geram.

"Aku juga tak pernah meminta hal tersebut bukan?"

"Kirim saja aku kembali ke Inggris!" Alex bersiap-siap pergi.

"Alexander! Diam di tempatmu sekarang juga!" Perintah Raja Roland dengan keras.

"Kau sudah melihat keadaan kakakmu seperti itu tapi sikapmu malah seperti ini?"

"Tunjukkan sedikit rasa tanggung jawabmu sebagai seorang calon raja," tukas Raja Roland.

Alex berhenti dan diam mematung. Kemudian perlahan ia berbalik menghadap ayahnya.

To be continue ….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status