"Kalian ngabisin makanan yang di atas meja ini," tebak Amel. Raffa langsung melirik istrinya lalu ketiga perempuan di hadapannya itu. Ia mengangguk paham dan mengulas senyum tipis."Apa bener kata istriku ini?" tanya Raffa.Shilla menggaruk kepalanya lalu ia cengengesan di hadapan sang Kakak. "Iya, Ka. Hehehe ... kami makan semua di sini begitupun di mejikom," seru Shilla."Maafin kami ya," cicit Sekar.Raffa hanya menggelengkan kepala mendengar itu. Membuat ketiga perempuan tersebut mengembuskan napas melihat lelaki dihadapannya."Aku bakal nanak nasi dulu," seru Shilla. Raffa yang mendengarnya langsung menahan tangan sang adik."Apa kamu tidak paham sama tatapanku," geram Raffa.Lelaki itu melayangkan tatapan tajam, Shilla malah ketakutan."Aku sekalian bantuin kalian beres-beres deh," lontar Shilla.Raffa semakin mencengkram tangan Shilla. Lelaki itu menarik sang adik agar deket, ia langsung berbisik. "Kakak gak masalah, tentang ini. Mendingan sekarang kalian ngertiin Kakak don
Waktu berlalu begitu cepat, Raffa membantu sang istri mendaftar kuliah. Ia kini menjadi wali wanita tersebut. "Inget! Kamu jangan nakal," nasehat Raffa.Amel langsung memajukan bibirnya. Ia menatap kesal sang suami. "Apaan sih, Mas Suami! Aku ini bukan anak kecil yang dinasehatin jangan nakal," gerutu Amel.Raffa terkekeh mendengar tutur kata sang istri, ia langsung mengacak-acak rambut. "Kalian ini, mesra-mesraan mulu. Gak tau apa gue ada di sini," omel Shilla.Raffa dan Amel langsung menoleh ke jok belakang. Terlihat perempuan itu memakai atribut yang disuruh. "Kenapa liatin terus, mendingan lo juga harus pake deh. Cepetan!" sembur Shilla."Ayo cepat! Emang mau dimobil terus," sinis Shilla. Gadis itu keluar dari mobil dan Amel langsung bergegas memakai atribut. Raffa menutup mulutnya kala hendak tertawa, sang istri yang menangkap hal itu menatap tajam lelaki tersebut."Mas Suami, nyebelin! Gak usah jemput nanti." Amel keluar dari mobil dengan wajah jutek. Ia menarik lengan Shi
Shilla membelalakan mata kala mendengar perkataan Amel. Perempuan itu langsung menyenggol lengan temannya itu. Membuat Amel mendengkus dan mengomeli adik ipar juga. "Apan sih, La! Jangan rese deh. Mendingan lo makan aja dengan tenang, gak usah nyikut-nyikut segala," cecar Amel. Melihat perempuan itu membuat sang senior pria yang kini duduk memandang keduanya tersenyum miring. "Lo yang apa-apaan, jangan cari masalah, napa!" pinta Shilla.Amel memutarkan bola matanya dengan malas lalu memilih melahap makanannya yang sudah lumayan dingin. Sedangkan lelaki yang duduk di depan perempuan itu hanya memandang Amel. "Gadis ini unik, dari semua gadis mengejarku bahkan yang sudah memiliki suami masih genit selalu caper. Ini cewek malah cuek gini," batin lelaki itu. Sedangkan Shilla yang mengulas senyum kala memandang senior itu. "Ayo makan! Gue gak bakal gangguin kalian," seru lelaki itu. "Makasih senior," balas Shilla. Amel yang mengingat jika sang suami mengirim chat. Ia langsung merog
Raffa yang tengah sibuk membalas pesan sang istri. Ia mendapatkan notifikasi chat dari adiknya. Dengan malas dia membuka dan membaca deretan kata tersebut."Apa-apaan ini! Pasti Shilla cuma jail nih," geram Raffa.Tangan lelaki itu mengepal, ia langsung mengirim chat balasan untuk sang adik. [Mana buktinya! Seneng banget sih jailin, Kakak!] Shilla yang membaca chat dari kakaknya mendengkus. Dengan sembunyi-sembunyi ia memotret Gala dan Amel. Lelaki itu tidak terlihat wajahnya kala di foto. [Send Photo] [Lihat foto yang aku kirim, udah ya! Aku mau lanjut makan jangan ganggu. Udah bagus aku kasih info malah dikatain lagi isengin Kakak, nyebelin banget sih!] Raffa yang menerima pesan tersebut mengepalkan tangannya. Ia bergegas mengirim chat lagi pada sang istri. "Tuan, ini berkas yang anda minta," ucap seseorang. Raffa mendongak mendengar itu, ia hanya mengangguk dan menyuruh agar ditaruh ke atas meja. "Tuan, saya menunggu berkasnya di tanda tangan," serunya lagi.Raffa menghela
Raffa mengantarkan sang istri ke rumah Ibunya. Amel yang mengetahui itu langsung memandang suaminya."Mas kok ke rumah, Ibu. Kenapa gak langsung ke apartemen aja, jadi gak usah ribet-ribet kamu pulang harus jemput aku dulu," seru Amel.Perempuan itu memandang Raffa yang menghentikan laju kendaraan. Mendapatkan jawaban dengan gelengan membuat Amel mempautkan bibirnya. "Mas, emang kenapa sih kalau aku sendirian di apartemen, padahal gak papa lho. Aku, kan cukup nungguin kamu aja di sana," ujar Amel. Raffa memegang wajah istrinya lalu mendaratkan kecupan di kening wanita itu."Oke, nanti kita lanjut bicara nanti malam ya, jaga diri baik-baik, aku pergi kerja lagi," kata Raffa. Amel hanya mengangguk lemah, ia akhirnya keluar dari kendaraan itu. Lalu melambaikan tangan kala mobil sang suami mulai melaju menjauh. Dia langsung mengetuk pintu rumah dan dibukakan oleh Sekar."Eh, Amel. Ayo masuk, Sayang! Ibu kangen banget," cerocos Sekar. Sekar membawa Amel untuk duduk di sofa, ia pun
Wulan hanya mengangguk sebagai jawaban, ia menatap aneh sang anak. Tetapi masih melahap makanan yang dibuat oleh sang menantu. "Kamu ini gimana sih, Amel capek-capek masak malah dimuntahin gitu," tegur Wulan. Amel yang melihat penderitaan Shilla langsung tertawa. Ia lekas membawa gelas berisi air putih dan mendekati adik iparnya itu."Ini minum."Amel menyodorkan gelas tersebut, Shilla ragu-ragu menerimanya membuat Amel gemas. "Tenang aja, gak gue apa-apain kok," celetuk Amel. Wulan yang melihat itu hanya mengeryitkan alis, ia kebingungan dengan situasi begini. Tetapi Sekar masih saja santai melahap makanan tidak peduli sekitarnya. "Makanya, jangan asal lapor ke suamiku," seru Amel. Wanita itu pergi ke tempat duduknya lagi kala memukul punggung Shilla. "Kalian sebenernya kenapa sih?" tanya Wulan. Amel menggeleng sebagai jawaban. "Gak ada apa-apa kok, Mah. Biasa kami emang suka begini," seloroh Amel.Sekar menatap besannya yang masih kebingungan."Udahlah, gak usah mikirin mer
[Mas Raffa, apa ini. Kenapa kamu jorok banget, kenapa daleman ada di atas kasur, kalau ada orang lain yang masuk dan liat gimana!] [SEND FOTO] Amel cekikikan setalah mengirim pesan itu. Bergegas menaruh daleman tersebut di keranjang kotor. Ia lekas mendapatkan telepon dari sang suami."Sayang, cepat taruh celana dalam itu!" perintah Raffa. "Orang rumah gak bakal tau kok, karna mereka gak bakal berani masuk ke kamarku walau sekarang aku gak disana," lanjut Raffa lagi. Kini Amel membuat telepon itu menjadi video call. Raffa langsung menerimanya, ia memandang sang istri yang kini berbaring di ranjang. "Eummm ... tapi tetep aja, kamu jorok banget sih, kalau mereka gak sengaja masuk ke kamar kamu gini," sembur Amel. "Lagian celana dalam bekas kamu bau banget tau," lontar Amel seraya cekikikan. Raffa yang melihat sang istri tertawa hanya menyeringai. Ide jahil hinggap di otak lelaki itu. "Ha? Kok kamu tau kalau itu celana bekas, apa kamu cium ya," selidik Raffa. Amel yang mendenga
Setelah berbelanja, mereka langsung pulang dan mulai berperang di dapur. Para perempuan itu tertawa senang, kebahagiaan sangat meliputi semua."Shilla! Jangan jail deh," omel Amel. Wanita itu terlihat sangat kesal, ia langsung membalas sang adik ipar tersebut. Mereka yang dulunya sahabat kini menjadi ipar."Udah-udah, masakan udah selesai bukan. Sekarang kita taruh di meja ya," seru Wulan.Shilla dan Amel langsung bergaya hormat, membuat Wulan tertawa seraya menggelengkan kepala. "Mama sama Ibu istirahat aja, biar ini kami yang beresin," lontar Amel.Kedua wanita paruh baya itu mengangguk. Mereka langsung pergi meninggal kedua perempuan tersebut. Shilla memandang kakak iparnya itu lalu memiringkan kepala. "Kakak ipar, kenapa hanya mereka yang disuruh istirahat. Kenapa diriku ini tidak disuruh, aku kecapean lho," ucap Shilla.Shilla berkata dengan lebay membuat Amel menatap sinis perempuan tersebut. Gerakan Amel sangat cepat ia menoyor kening sang adik ipar."Udah deh, mendingan lo