Wulan hanya mengangguk sebagai jawaban, ia menatap aneh sang anak. Tetapi masih melahap makanan yang dibuat oleh sang menantu. "Kamu ini gimana sih, Amel capek-capek masak malah dimuntahin gitu," tegur Wulan. Amel yang melihat penderitaan Shilla langsung tertawa. Ia lekas membawa gelas berisi air putih dan mendekati adik iparnya itu."Ini minum."Amel menyodorkan gelas tersebut, Shilla ragu-ragu menerimanya membuat Amel gemas. "Tenang aja, gak gue apa-apain kok," celetuk Amel. Wulan yang melihat itu hanya mengeryitkan alis, ia kebingungan dengan situasi begini. Tetapi Sekar masih saja santai melahap makanan tidak peduli sekitarnya. "Makanya, jangan asal lapor ke suamiku," seru Amel. Wanita itu pergi ke tempat duduknya lagi kala memukul punggung Shilla. "Kalian sebenernya kenapa sih?" tanya Wulan. Amel menggeleng sebagai jawaban. "Gak ada apa-apa kok, Mah. Biasa kami emang suka begini," seloroh Amel.Sekar menatap besannya yang masih kebingungan."Udahlah, gak usah mikirin mer
[Mas Raffa, apa ini. Kenapa kamu jorok banget, kenapa daleman ada di atas kasur, kalau ada orang lain yang masuk dan liat gimana!] [SEND FOTO] Amel cekikikan setalah mengirim pesan itu. Bergegas menaruh daleman tersebut di keranjang kotor. Ia lekas mendapatkan telepon dari sang suami."Sayang, cepat taruh celana dalam itu!" perintah Raffa. "Orang rumah gak bakal tau kok, karna mereka gak bakal berani masuk ke kamarku walau sekarang aku gak disana," lanjut Raffa lagi. Kini Amel membuat telepon itu menjadi video call. Raffa langsung menerimanya, ia memandang sang istri yang kini berbaring di ranjang. "Eummm ... tapi tetep aja, kamu jorok banget sih, kalau mereka gak sengaja masuk ke kamar kamu gini," sembur Amel. "Lagian celana dalam bekas kamu bau banget tau," lontar Amel seraya cekikikan. Raffa yang melihat sang istri tertawa hanya menyeringai. Ide jahil hinggap di otak lelaki itu. "Ha? Kok kamu tau kalau itu celana bekas, apa kamu cium ya," selidik Raffa. Amel yang mendenga
Setelah berbelanja, mereka langsung pulang dan mulai berperang di dapur. Para perempuan itu tertawa senang, kebahagiaan sangat meliputi semua."Shilla! Jangan jail deh," omel Amel. Wanita itu terlihat sangat kesal, ia langsung membalas sang adik ipar tersebut. Mereka yang dulunya sahabat kini menjadi ipar."Udah-udah, masakan udah selesai bukan. Sekarang kita taruh di meja ya," seru Wulan.Shilla dan Amel langsung bergaya hormat, membuat Wulan tertawa seraya menggelengkan kepala. "Mama sama Ibu istirahat aja, biar ini kami yang beresin," lontar Amel.Kedua wanita paruh baya itu mengangguk. Mereka langsung pergi meninggal kedua perempuan tersebut. Shilla memandang kakak iparnya itu lalu memiringkan kepala. "Kakak ipar, kenapa hanya mereka yang disuruh istirahat. Kenapa diriku ini tidak disuruh, aku kecapean lho," ucap Shilla.Shilla berkata dengan lebay membuat Amel menatap sinis perempuan tersebut. Gerakan Amel sangat cepat ia menoyor kening sang adik ipar."Udah deh, mendingan lo
Wulan hanya memijat keningnya melihat kedua perempuan itu adu mulut. "Kalau kalian mau bertengkar, sini biar Ibu ambilin pisau tajam." Semua orang langsung menoleh memandang Sekar. Sedangkan Amel dan Shilla merengut. Ia menatap kesal wanita paruh baya itu. "Ibu ini gimana sih, masa orang lagi berantem. Malah terus ditawarin benda tajam, suruh tawuran gitu," gerundel Amel. Shilla mengangguk setuju. "Betul tuh, bukannya dipisahin malah mau makin diadu," sahut Shilla. Sekar hanya memutarkan bola matanya, ia lalu melanjutkan makan lagi. "Kalau Ibu gak bilang begitu, kalian gak bakal berhenti. Berisik tau, suara kalian bikin pusing," jawab Sekar. Setelah acara makan itu, Amel dan Raffa berpamitan. Kini keduanya berada di kendaraan roda empat, melaju menuju apartemen. "Mas, aku ngantuk," kata Amel. Raffa yang tengah menyetir mobil menoleh memandang istrinya. Ia melihat Amel tengah bersandar di jok, mata tertutup rambut, dengan lembut dia menyingkir anak rambut yang menghalangi. "
Setelah melakukan ritual itu, kini keduanya saling berbaring berhadapan. Tatapan Raffa terus tertuju pada sang istri. Sedangkan Amel yang pipinya terasa panas langsung menyusupkan wajah di dada Raffa. "Mas, langsung anterin aku ke sini aja, jangan ke Mama atau Ibu." Amel mendongak memandang paras suaminya. Kala tatapan bertemu, mereka langsung melempar senyuman. "Mas hanya gak mau kamu bosen sendiri di sini, Sayang. Kamu, kan biasa ngumpul sama mereka, takutnya kamu merasa beda," seru Raffa. Amel mengerjapkan mata, ia menunduk dan menatap dada bidang lelaki itu. "Percaya sama aku, aku ingin terbiasa menjadi kehidupan seperti itu. Kalau aku bosan, kan aku bisa minta dijemput Shilla. Atau memesan taksi buat anter ke sana," ucap Amel.Raffa yang mendengar perkataan sang istri langsung mendaratkan kecupan di kening wanita itu."Oke deh, asal kamu jaga diri ya. Udah, sekarang kita tidur, bukannya kamu besok kuliah pagi bukan," tutur Raffa.Amel tersenyum, ia mendekat tubuh suaminya da
Amel langsung memegang pipinya kala pintu kamar mandi telah tertutup. Ia segera menepuk-nepuk agar tersadar, tapi masih saja rasa itu terasa."Mas Raffa mesum," pekik Amel. Wanita itu bergegas mencari pakaian. Agar pikirannya tidak melulu memikirkan hal tersebut. Kala melihat jam berapa ia langsung membulatkan mata. "Aish, kenapa alarm handphoneku gak bunyi, sialan!" geram Amel. Gerakan wanita itu sekarang jauh lebih cepat dari yang tadi. Setelah selesai berpakaian, terlihat Raffa baru saja selesai. Dengan gesit ia memberikan pakaian untuk sang suami. "Ayo cepat Mas! Kalau enggak aku bakal telat," seru Amel. Dirinya bergegas turun, ia sudah membawa kebutuhannya di kampus. Dengan cepat pergi ke dapur, hendak menyiapkan sarapan. Tetapi terhenti kala melihat tempat bekal sudah tersedia di meja makan. "Ahhh ... suamiku emang yang terbaik," seru Amel.Suasana hati Amel sedang bahagia, ia bergegas membawa bekal dan menaruh di mobil. Kala masuk ke kediaman, melihat Raffa telah siap."U
Amel masih menyuapi sang suami walau kini tengah berada di parkiran kampus. Ia menjadi pusat perhatian karena kendaraan yang mencolok. Suara ketukan dikaca membuat keduanya menoleh, Raffa yang mengetahui itu sang adik langsung membuka pintu mobil. "Kalian ini jadi pusat perhatian, malah enak mesra-mesraan! Ayo cepat Amel ikut aku, bentar lagi masuk lho," sembur Shilla. Raffa menatap kesal adiknya, sedangkan Amel langsung melihat jam yang berada di ponsel. Ia membulatkan mata kala melihat pukul berapa sekarang. Dengan gerakan cepat dia memberikan kotak bekal pada sang suami lalu lekas beberes. "Aku bentar lagi masuk, Mas. Semangat kerjanya ya! Jangan lupa jemput aku," tutur Amel. Wanita itu mendaratkan kecupan di pipi Raffa lalu mencium punggung tangan sang suami. Raffa terdiam mendapatkan perilaku seperti tersebut, bahkan tak sadar jika Amel sudah tak di dalam mobil lagi. "Hahaha ... lihat gak muka Ka Raffa, bikin ngakak tau gak," ucap Shilla.Kedua perempuan itu kini sudah berad
"Siapa dia?" tanya Raffa. Lelaki itu melotot bahkan urat leher terlihat dari video, wajah yang memerah karna marah. Gala yang mendengar hal tersebut mengeryitkan alis. "Gue seniornya, Amel. Gue juga bakal naklukin hati cewek ini," ujar Gala. Amel langsung menoleh melirik kesal ke arah Gala. "Apaan sih lo! Asal ngomong aja," hardik Amel. Wanita itu bangkit dari duduknya, lalu melangkah pergi meninggalkan Gala. Ia berlari ke tempat sepi, kala hendak menjelaskan ternyata video call telah terputus. "Sial! Ini semua gara-gara cowok itu," geram Amel. Amel dengan gerakan cepat atau lebih tepat gemetar ia berusaha menelepon tetapi tidak diangkat sang suami. Setelah berkali-kali dicoba tetapi masih sama, wanita itu memiliki ide lain dan berlari mencari Shilla. "Shilla! Lo di mana."Amel berteriak, ia berlari lalu bergegas mendekat kala melihat Shilla tengah meminum segelas jus. "Gue minjem handphone lo," seru Amel. Ia memegang bahu Shilla membuat perempuan itu terkejut. "Lo dari man