Share

2

Author: Pena_Receh01
last update Last Updated: 2022-08-08 12:07:21

"Ih, Tante! Apaan sih, aku kan cuma bercanda, iya gak, Om," sembur Amel memandang lelaki yang kini fokus mengendaraan mobil.

"Kamu bercanda, tapi aku serius, boleh tuh Mah, lamarin Amel buat aku," lontar Raffa membuat Amel membulatkan matanya.

"Apaan sih, Om! Jangan rese deh," geram Amel menatap kesal ke arah Raffa yang matanya masih fokus ke jalanan.

"Aku gak rese kok, Sayang. Mah, tolong cepet lamarin Amel ya," seru Raffa membuat Amel mengembuskan napas lalu memilih mendengarkan musik di handphone dan Wulan, Sekar terkekeh melihat kelakuan dua manusia ini.

Kini mereka telah sampai di sekolahan, suasana sangat ramai. Amel langsung berpamitan pada Ibu dan Wulan untuk berkumpul dengan teman-teman sebayanya.

"Mah, aku pamit ke kantor dulu," tutur Raffa menyodorkan tangan dan disambut Wulan, lelaki itu lekas mencium punggung tangan sang Mama dan Sekar.

"Kamu jangan terlalu malam pulangnya, Mama akan melamar Amel buat kamu," ucap Wulan membuat Sekar menoleh memandang tetangganya itu.

"Haa! Mama serius mau lamarkan Amel buatku." Raffa terkejut mendengar ucapan sang Mama, ia kira wanita itu hanya hendak menjahili Amel.

"Iya, kami serius kok. Kami juga udah membicarakan ini sebelumnya," kata Sekar yang kini ikut menimpali.

"Aku pamit dulu ya, Mah, Tan, soalnya bentar lagi telat nih. Sekarang mau ada rapat," seru Raffa melihat jam tangan dan lekas masuk ke kendaraan roda empat tersebut.

"Apa dong jawaban Raffa, Jeng," tutur Sekar kala melihat mobil Raffa berlalu pergi.

"Pasti dia mau kok, orang dia pernah ngigau bilang aku sayang kamu kaki pendek," papar Wulan membuat Sekar menoleh memandang tak percaya wanita itu.

"Yang bener kamu, Jeng. Masa anakku dipanggil kaki pendek," tawa Sekar akhirnya keluar mendengar perkataan sang tetangganya.

"Dua rius malahan, kalau sampe ngigau gitu berarti gak bakal salah dong," lontar Wulan yang dibalas anggukan Sekar karna dulu Raffa sama seperti almarhum Ayahnya Amel.

"Iya, kalau gitu aku percaya, ya udah emang kapan kalian melamar Amel?" tanya Sekar lalu mengajak Wulan duduk di kursi.

"Malam ini, Jeng. Aku juga udah siapin semuanya kok, pokoknya terima beres aja," balas Wulan dengan menggebu, ia memang sudah menyukai Amel dari dulu karna sikap baik gadis itu.

***

Senyuman terus terukir kala acara itu telah selesai. Kini mereka sudah pulang bahkan sekarang berada di dalam taksi. Walau ada jejak air mata di pipi kedua gadis yang baru saja wisuda itu, tetapi tidak memudarkan kecantikan mereka.

"Bu, aku mau kuliah bareng Shilla," ucap Amel membuat wanita yang melahirkannya menoleh.

"Eummm ... nanti aja bicarainnya ya, Sayang. Ibu masih capek nih, pegel banget kaki Ibu gara-gara berdiri terlalu lama," jawab Sekar lalu memejamkan mata, memang wanita itu sungguh kelelahan bahkan Wulan sudah terlelap dari tadi.

"Ya udah Ibu istirahat aja, nanti aku bangunin kalau udah sampe," celetuk Amel yang tak dijawab oleh Sekar karna wanita itu sudah tertidur.

"Gabut nih, kita selfi yuk!" ajak Shilla yang dibalas anggukan gadis itu.

"Beb tau gak," kata Amel kala selesai berfoto, ia menyandarkan tubuhnya membuat Shilla menoleh.

"Gak tau, lo kan belum kasih tau," jawab Shilla membuat Amel mendengkus memandang kesal sang sahabat yang hanya memamerkan senyuman memamerkan giginya.

"Gue belum selesai ngomong, makanya jangan maen sela aja!" omel Amel kesal dan memukul lengan temannya itu.

"Hehehe ... santai aja napa Beb, lo tuh maen pukul-pukul aja," gerutu Shilla yang mengusap tangannya yang lumayan terasa nyeri akibat pukulan Amel.

"Masa Mama lo bilang mau nikahin gue ama Om Duda, apalagi Om Duda malah ikut nimpalin minta Mama lo lamarin gue," cerocos Amel membuat Shilla membulatkan mata memandang temannya itu.

"Mampus gue, kalau dia tau itu usulan gue gimana. Lagian ngapain Ka Raffa malah ikut-ikutan segala," batin Shilla berseru, ia menghela napas pelan lalu memandang Amel dan mencubit lengan temannya.

"Gak mungkin ah, masa Mama sama Kakak gue mau lamar lo. Mereka lagi bercanda mungkin dan mau jahilin lo yang mau wisuda," papar Shilla dengan nada gugup, membuat Amel mengeryitkan alisnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Niky Subekti
lagi kak seru...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Om Duda, Nikah Yuk!   115 (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y

  • Om Duda, Nikah Yuk!   114 (Bagian 2)

    Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu

  • Om Duda, Nikah Yuk!   114 (bagian 1)

    Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa

  • Om Duda, Nikah Yuk!   113 (bagian 2)

    Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu

  • Om Duda, Nikah Yuk!   113 (BAGIAN 1)

    Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan

  • Om Duda, Nikah Yuk!   112 (bagian 2)

    Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status