Raffa hanya mendengar itu riak wajahnya berubah, bahkan tangan lelaki tersebut terkepal. Lalu secara spontan meninju meja kaca. "Apa lo bilang, ha! Hanya masalah sepele." Kaca itu pecah, bahkan Amel yang terkejut langsung berdiri. Ia mendekati suaminya dan memeriksa lengan Raffa. "Mas, tangan kamu bedarah," ucap Amel. Raffa meletakan jarinya ke bibir sang istri, isyarat agar dia diam. Tatapan murka masih lelaki itu layangkan pada Kayla, membuat kedua perempuan dihadapannya itu menunduk dan gemetar ketakutan. "Menurut lo dia yang nyebar fitnah tentang istri gue itu, cuma masalah sepele," seru Raffa dengan nada tinggi. Amel yang melihat kemarahan suaminya itu hanya diam di samping Raffa. Dengan tangan masih memegang lengan lelaki tersebut yang berdarah. "Mas boleh aja marahin mereka sepuasnya, tapi ayo duduk! Aku bakal ngobatin tangan Mas," perintah Amel. Raffa menoleh memandang istrinya dengan tatapan tajam, ia mengembuskan napas lalu tersenyum. Dia mengangguk mengiyakan perint
*** "Diana! Yang bersih cucinya," omel sang Mama. Gadis itu langsung membuang spon untuk mencuci, ia mengembuskan napas kesal. "Mama, Diana ini udah usaha banget. Kalau belum maksimal namanya juga pertama kali," gerundel perempuan itu. Sang Mama mendengkus kesal, wanita paruh baya itu bersandar di dinding. "Ahh ... lain kali jangan cari gara-gara sama mereka lagi, kamu harusnya tau ambahan dia bisa diusik atau enggak," cecar sang Mama. Diana menyesal, jika tau akan begini. Ia tidak akan pernah mengusik Amel. Andaikan saja wanita itu berkata kalau suaminya orang berpengaruh, dia pasti berpikir ulang melakukan rencana membuat Amel jera, kini malah dirinya yang kapok walau masih ada rasa kesal. "Kenapa malah santai-santai gini, ayo cepat belajar lagi! Tuan Raffa hanya memberikan waktu seminggu buat ngajarin kamu melakukan pekerjaan rumah tangga," omel sang Kakak Mendengar omelan lelaki itu, Diana dan sang istri langsung menoleh. Tatapan marah dilayangkan pria tersebut. "Ayo cepa
[Cepat jemput kami, Raffa! Jangan kekepin istrimu terus.] Kedua sepasang suami istri ini masih terlelap. Ini hari minggu, mereka jadi tidur sangat nyenyak. Suara dering ponsel, membangunkan Amel. "Ahh ... berisik banget sih," gerundel Amel. Mata wanita itu masih terpejam, ia mencari benda pipih miliknya dan memandang handphone tersebut. Ternyata ini yang berdering, menoleh ke meja dan melihat ponsel Raffa yang menyala. "Mas, handphone kamu tuh bunyi terus. Angkat dulu napa," perintah Amel. Amel menggoyangkan tubuh suaminya, Raffa menggeliat dan malah semakin memeluk erat sang istri. "Ihhh ... Mas, jangan peluk dulu, teleponnya angkat dulu," seru Amel. Raffa mengerang kesal, ia akhirnya membuka mata dan bergegas mengangkat telepon. "Kamu ini! Jam berapa sekarang, jangan ngekepin Amel terus." Lelaki itu langsung terbangun dan melotot. Ia terkejut mendengar teriakan sang Mama. "Apaan sih, Mah! Ganggu aja, orang lagi tidur," gerutu Raffa. Amel yang mendengar jika itu mertua yan
Sesampai di tempat semua berkumpul, kedua manusia itu keluar dari mobil. Dan beberapa menyoraki sepasang suami istri tersebut. "Cie ... ini pengantin baru, yang janjinya bakal dateng lebih awal malah paling telat ya," cibir salah satu dari mereka. Amel menatap kesal suaminya, ia menyenggol lengan Raffa. "Husttt ... kalian ini, demen banget sih godain kami. Iya dong, jadi maklumi ya kami kan masih terbilang pengantin baru," balas Raffa. "Udah, mendingan kita langsung berangkat yuk! Tapi ke minimarket dulu, beli keperluan kita-kita," seru Shilla. Mereka langsung bersorak lagi mendengar balasan Raffa. Sedangkan Amel wajahnya semakin kusut, Shilla yang melihat itu langsung berdiri di samping temannya dan merangkul wanita tersebut. Keluarga besar itu menyetujui ucapan Shilla. Gadis tersenyum menyeringai lalu berbisik di telinga Amel. "Gue udah bantuin elo tuh, jadi lo harus traktir gue ya. Oh iya gue juga mau nebeng," bisik Shilla. Amel mengacungi jempol, sedangkan Raffa yang meli
Amel terus cemburut kala selesai dari belanja, Raffa menghela napas melihat raut istrinya. "Sayang, itu bukan salahku lho. Kok kamu cemberut terus," ucap Raffa. Lelaki itu meraih tangan istrinya lalu Amel hendak menarik tetapi dicekal erat oleh Raffa. Amel memalingkan wajah dengar hal tersebut, sedangkan Shilla yang menonton terkekeh. "Heyy ... dengarkan, Mas. Insyaallah Mas gak bakal berpaling dari kamu. Kalau Mas berpaling kurang bersyukur banget, udah dapet istri muda cantik dan pokoknya the best deh," celetuk Raffa. "Dengar gak tuh, Beb. Udahlah jangan marah-marah mulu, nanti cepet tua lho," ledek gadis itu. Wanita itu langsung menatap tajam Shilla dan melempar cemilan pada perempuan tersebut. "Ikut campur aja, mendingan lo dengerin lagu aja gih pake handset!" geram Amel. Lagi Shilla hanya memamerkan deretan giginya, Amel menghela napas kasar melihat itu. Lalu ia memandang sang suami yang terus melihat. "Kenapa ngeliatin! Tuh liat jalan, aku gak mau mati muda." Raffa han
"Ngapain pergi honeymoon, Mas. Kan ini juga sama jalan-jalan, boros tau," seru Amel. Wanita itu menghindari bertatapan pada mata suaminya, Raffa hanya tersenyum miring menanggapi itu. "Sayang ... aku gak nerima penolakan, pokoknya libur semester nanti kita pergi!" Raffa berkata dengan tegas, mendengar perkataan sang suami. Amel mengusap telinganya dan memilih memandang keluar kaca. "Kalian lagi ngomongin apaan sih, kok kayanya serius banget. Pasti lagi ngomong hal penting ya." Tatapan menyelidiki dilemparkan oleh Shilla, ia memandang sejoli itu yang hanya diam saja. Gadis tersebut langsung bersidekap. "Ahh ... tenang aja, sampe di villa nanti aku gak bakal ganggu kalian kok, serius deh ... tapi kalian tadi ngomong apaan," cecar Shilla. Sepasang sejoli itu melirik malas pada Shilla, mereka memilih mengabaikan gadis tersebut. "Ih ... kalian ini nyebelin banget!" gerutu Shilla. Raffa dan Amel tertawa melihat Shilla merengut kesal. Mereka bergandengan tangan, membuat gadis yang b
Raffa memosting foto istrinya dan memberikan sedikit kata-kata, ia langsung memasukan benda pipih itu ke saku. Kala tertangkap basah, wanita tersebut mendekati sang suami. "Sini handphonenya!" pinta Amel. Amel mengadahkan satu tangannya meminta benda pipih tersenyum. Raffa yang paham itu menggeleng, lelaki itu langsung berlari membuat sang istri memekik. "Mas! Awas ya kamu," geram Amel. Wanita itu mengejar suaminya yang sudah berlari menjauh, mereka terlalu bersama bahkan bercanda. Setelah merasa lelah, keduanya terduduk, Amel menyandarkan kepala ke bahu Raffa. Memejamkan mata menikmati semilir angin, istri Raffa memiliki ide dan mengeluarkan ponselnya. "Mas! Ayo kita selfi dulu, buat di post ke IG," lontar Amel. Amel langsung mencari aplikasi kamera dan mulai berpose, ia menatap kesal sang suami. "Mas! Yang mesra dong, nanti aku tag kamu, biar Tante itu ngeliat dan panas hati, kali aja ngeliat ini dia mundur," celetuk Amel. Raffa mengangguk paham, Amel langsung mulai memotre
Raffa langsung merangkul sang istri kala mendengar kata sins yang keluar dari ibu dan anak tersebut. "Emangnya kenapa? Selagi kita senang gak masalah, lagian kita gak ngerepotin kalian kok. Jadi gak perlu ikut campur apapun yang kita lakuin. Mau main permainan anak-anak pun tak masalah, selama ikut bisa melihat senyuman di bibir istriku ini," lontar Raffa. Selepas mengatakan demikian, ia langsung menarik lengan istrinya. Menuju kamar yang memang khusus disiapkan untuk pemilik Villa ini. Setelah masuk ke ruangan dan mengunci pintu, Amel langsung melabuhkan pelukan pada sang suami. "Makasih, Mas. Kamu mau membelaku di depan mereka," ucap Amel pelan. Raffa tersenyum kecil mendengar itu, ia mengelus sayang puncak kepala Amel. Setelah berpelukan, lelaki tersebut memegang pipi istrinya dan melabuhkan kecupan singkat. "Aku mencintaimu, maka dari itu kewajibanku adalah menjaga dan membela kamu. Kecuali kalau kamu salah, aku yang harus menegur kamu, begitupun kamu padaku," ungkap Raffa.