Musik mengalun indah mengantar calon pengantin wanita keluar dari kamar menuju ruang pesta pernikahan ditemani seorang anak kecil yang sedang memegang buket bunga bolak balik menoleh ke belakang melihat tantenya terus tersenyum bangga padanya. Belevia Avryl berpegang erat di lengan pengawal senior keluarga Delano Carleone. "Kau terlihat gugup?" seru Damien mengamati lekat calon pengantin sang pewaris. Gadis itu mengangguk. "Sedikit, aku sungguh tidak menyangka keadaan begitu cepat berubah dalam hidupku." "Tenanglah, kau baik-baik saja. Michael segera menjadi suami sempurna bagimu, dan Bianca menjadi putri kalian selamanya." Pengawal senior itu menepuk pelan tangan dokter cantik menguatkan hati berjalan tenang di selasar sampai menuju anak tangga. Bianca Elenora tampil begitu anggun, gaun indah senada warna gaun pengantin merasakan tatapan seluruh tamu yang hadir tertuju padanya, bukan hanya ke tantenya. Putri Michelle dan Nicholas Dupuis didampingi Milano menuruni anak tangga. Mich
"Di mana kau kenal gadis itu, Michael?" tanya sepupu Alessandro di sela pesta pernikahan.Sang pewaris tersenyum memandangi dari jauh istri dan putrinya yang cantik sedang berbincang kerabat Delano Carleone terus dikawal Leo dan Milano di belakangnya."Dokter pediatric dari Perancis Selatan, dia adalah adik ipar Michelle, aku mengikuti jejaknya menikahi gadis itu demi menyelamatkan putrinya agar menjadi putri kami berdua."Oh! Alessandro terkejut baru mengetahui alasan sepupunya menikah begitu mendadak. Undangannya secara lisan melalui Damien dan Natasha kemarin siang.Dari Napoli terbang bersama orang tuanya ke Puri Lombardy Milan Utara untuk menghadiri pernikahan sang pewaris dari klan Delano Carleone yang tersisa. Tak banyak hadir kecuali kerabat dekat saja."Tapi gadis itu bukan dari kalangan mafia, kau tak takut bila terjadi sesuatu seperti kakakmu lagi?" protesnya pelan ikut khawatir atas masa depan sepupunya.Michael mengangkat bahu. "No problemo! Belevia dan Bianca dalam perli
"Oh, please ... gimana cara membuka gaun ini tanpa bantuan orang lain?!" sungut Belevia kesal berulangkali mencoba meraih pengait di belakang punggung.Rasanya ingin berteriak memanggil salah satu pelayan namun segera diurungkan mengingat mereka lelah setelah dari kemarin mengurus pernikahan mendadak ini.Huff--! Belevia mencoba menarik nafas dalam-dalam tetapi gaunnya terlalu ketat membuat makin sesak."Perlu bantuan, sayang?" tegur Michael tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamar."Grr-- sayang, sayang apa, kau ga liat aku susah membuka gaunku sendiri dari tadi?!" omelnya sebal.Gaun berharga mahal yang tak sepadan jika sulit melepaskan diri dari balutan kain putih mengurai panjang membuatnya terpaku tak bisa kemana-mana."Hmm ... sini, biar ku bantu melepaskan!"Michael berdiri di belakang menyentuh bahu halus mulus sang istri yang dirindukan sejak awal tadi. Jarinya mengusap pelan menjalar ke leher Belevia kemudian turun ke bawah perlahan membuka pengait gaun.Glek! Belevia tak
Gaun tidur yang dibelikan Michael begitu tipis di kulitnya, tali kecil menempel di bahu terbuka seperti gaun pernikahan tadi. Belevia belum sempat berbelanja sibuk mengurus keponakan demam dan pernikahan yang mendadak sejak tiba di Puri Lombardy. Dia buru-buru menuju kamar suaminya mengetuk pelan, lalu membuka dan melihat Bianca belum tidur asyik tertawa dan bercanda mendengarkan cerita lucu dalam buku dongeng yang dibacakan papanya. Dihampiri mereka berdua di atas ranjang besar seraya menyodorkan tangan menggendongnya, "Ayolah sayang, sudah malam, Mama temani tidur di kamarmu atau di kamarku saja?" "No!" Bianca menggeleng kuat. "Aku mau di sini tidur sama papa dan mama!" "Tapi, sayang ... " Belevia balik menggeleng. Michael langsung menyela jawaban istri sambil beranjak menyerahkan putri kecil mereka, giliran mandi dan mengganti pakaian yang dikenakan di pesta pernikahan tadi. "Tidurlah di sini, ini malam pertama kita setelah menikah. Biarkan Bianca merasakan kebahagiaan memiliki
Michael diam seribu bahasa menikmati makan pagi tanpa mempedulikan Belevia setelah perdebatan di atas ranjangnya tadi. Baru menikah sehari namun seperti puluhan tahun menghadapi wanita cerewet menuntut lebih banyak tanpa mau menghargai hasil kerja kerasnya selama ini. "Selesaikan makanmu, sementara aku pergi sebentar ke ruang kerja.," ucapnya datar. Kopinya diteguk sampai tandas kemudian meninggalkan istrinya sendirian. Belevia berhenti menyuap memandangi punggung suaminya melangkah tergesa-gesa. Mau apa lagi dia ke kantor, bukankah ini akhir pekan?! Hatinya terus bertanya-tanya. Puri Lombardy terasa sepi sunyi tanpa celotehan Bianca yang sengaja dibawa berjalan-jalan bersama Damien memberi waktu yang panjang bagi Michael dan Belevia di kamar. Sayangnya bukan kemesraan di antara mama dan papanya, tapi kekecewaan mendalam terlukis di wajah sang mafia. Malam pertama yang gagal termasuk pagi ini bagi pasangan pengantin baru. Sajian di meja makan berlimpah ruah, croissant, omelette,
"Apa kau punya masalah kesehatan sampai kita harus ke rumah sakit pagi begini?" Belevia menatap Michael lekat ketika porsche merahnya berhenti di area parkir VVIP."No," Sang mafia menggelengkan kepala. "Aku baik-baik saja, sehat dan sempurna."Belevia tak percaya tetap menaruh curiga meskipun tahu suaminya selalu gesit dan gagah dalam keseharian. Kini pria itu memutar membuka pintu mobil untuknya. Semenjak mereka menikah Michael kian berubah lebih perhatian dan memanjakan dirinya."Ayo sayang, kita sedang ditunggu Dokter Henry di kantornya!"Michael menggenggam tangan Belevia erat menuju lobi terus berjalan mengacuhkan orang-orang menyapa dan membalas dengan senyuman datar. Bertambah lagi kecurigaan adik Nicholas Dupuis saat melihat mereka juga menunduk hormat ketika berpapasan.Melewati selasar kemudian tiba di depan pintu kantor pimpinan rumah sakit. Michael langsung masuk tanpa mengetuk lebih dulu. Dokter Henry telah menanti kedatangannya sejak dari tadi."Hai Michael," sambutnya
Sepulang dari rumah sakit dan berbelanja, Michael Delano Carleone mendapati Bianca Elenora sedang terisak digendongan pengawal Damien sesaat tiba di halaman Puri Lombardy. Belevia mematikan mesin porsche dan suaminya meloncat cepat menghampiri anak kecil itu tanpa menunggu dirinya."Damien, kenapa dengan putriku huh?!" seru Michael memarahi, merengkuh Bianca dari gendongannya."Grr-- kau tanyalah padanya apa yang diinginkan pagi tadi, aku tak bisa menjawabnya sendiri," elak pengawal setia keluarga Delano Carleone melirik ke bocah kecil yang tak berhenti menangis walau telah membujuknya."Duh, putri Papa Michael yang cantik memangnya kamu minta apa, sayang?" tanyanya lembut. "Bukankah ada Zio Damien menemanimu berjalan-jalan sejak tadi?"Bibir kecil Bianca menekuk cemberut, lalu berkata sangat mengejutkan orang-orang dewasa mengelilinginya, "Papa Michael, aku mau dua adik bayi laki dan perempuan!"Hah! Michael tercengang menoleh ke arah Damien dan Belevia.Pertanyaan berat baginya, pan
Akhir pekan menghebohkan bagi semua orang sejak Bianca Elenora memaksa orang tuanya segera memberi adik bayi untuknya. Raut wajahnya begitu senang dan gembira seakan Belevia segera hamil setelah menikahi Michael kemarin padahal tak semudah itu dalam benak anak usia tiga tahun.Sang pewaris Delano Carleone tak banyak bicara di meja makan membiarkan putrinya berceloteh riang terus membayangkan betapa bahagia memiliki adik perempuan dan laki-laki diajak bermain dan berlarian di dekat Danau Como atau halaman Puri Lombardy."Mama Belevia, adik bayiku namanya siapa jika lahir perempuan dan laki-laki nanti?" rajuk Bianca menatapnya penuh harap, lalu menoleh ke Papa Michael yang cuma tersenyum padanya."Hmm-- siapa ya," gugup adik Nicholas menjawab pertanyaan si kecil berulang kali mendesaknya. "Kan masih lama sayang adik bayi lahir nanti, tidak bisa terburu-buru seperti itu."Mulai lagi putrinya merajuk menghentikan suapannya. "Pokoknya aku ingin adik bayi dari Mama Belevia dan Papa Michael,