Home / Fantasi / Omega keeper Of Crystalon / Bab 2 : Siapa Dirimu?

Share

Bab 2 : Siapa Dirimu?

Author: FIKRI
last update Last Updated: 2025-06-01 00:31:30

“Apakah benar-benar tidak manusia disini?” sulit untuk mengatakan bahwa ia benar-benar terlempar ke dunia hampa dan aneh. Bahkan ia tidak melihat seorang pun yang ada didekatnya. Melewati pusat kota yang semakin sunyi, ia mulai memperhatikan detail lain—poster robek yang memuat wajah-wajah tak dikenal. Bahasa asing yang perlahan bisa ia baca, entah bagaimana. Entah mengapa ia tidak terlalu terkejut. Kemungkinan ada mekanisme adaptasi bahasa yang otomatis bekerja di tubuh barunya. Dunia ini mungkin... punya sistem seperti itu.

Atau tubuhnya yang sekarang... memang dirancang untuk mengerti.

Di antara puing dan debu, ia menemukan sebuah bangku taman yang masih utuh. Entah kenapa, ia duduk. Tubuhnya terasa lebih cepat lelah, atau mungkin itu efek dari transisi dunia.

Ia menatap langit yang tetap kelabu.

"Dunia mati. Tubuh asing. Teknologi yang masih bernapas." Ia menggumam pada dirinya sendiri. "Dan tidak ada panduan 'Welcome Package' sama sekali."

Ia membuka telapak tangannya. Tak ada bekas luka. Tak ada tanda sihir atau semacamnya. Tapi ia bisa merasakan sesuatu. Seperti... energi. Tersembunyi. Dalam. Terbungkus rapat.

Potensi yang besar, tapi belum selaras dengan tubuh.

Gerakan, respons, bahkan kekuatan dasar—semuanya terasa seperti menyesuaikan. Ia bisa saja memaksa, tapi... ia tahu itu tidak akan bijak.

Luca tidak pernah terbiasa menjadi biasa. Tapi sekarang, ia harus menerima bahwa tubuhnya belum siap untuk menjadi luar biasa.

Sebuah langkah terdengar. Sangat pelan. Di antara debu dan sunyi, suara itu jelas.

Luca menoleh cepat. Tidak ada siapa-siapa.

Ia berdiri. Mengamati. Tangan kanannya bergerak refleks—membentuk pola seperti teknik lama yang ia ciptakan.

Tapi tak terjadi apa-apa.

Tentu saja. Dunia ini tidak mengenal "Gelang Api".

Belum.

Ia menyipitkan mata. "Baiklah," bisiknya. "Kalau kamu bukan mimpi, tunjukkan dirimu."

Beberapa detik berlalu.

Lalu... seekor makhluk kecil muncul dari balik puing.

Bukan manusia. Tapi juga bukan binatang.

Ia berwujud seperti boneka kelinci, dengan mata besar dan telinga panjang menjuntai. Tapi tubuhnya seperti mesin—terbuat dari logam ringan dengan sambungan yang halus. Ia berdiri dengan dua kaki, matanya berkedip pelan dengan cahaya biru.

Makhluk itu menatap Luca.

Luca menatap balik.

Keduanya diam selama lima detik.

Lalu makhluk itu bersuara. "Apakah kamu... Pemilik Baru?"

Luca mengerjap. "...Maaf?"

Makhluk itu menatapnya dalam. "Pemilik Baru dari Die wêreld van Nuan Omega. Apakah kamu dia?"

Luca butuh dua detik untuk menjawab.

Ia menghela napas. "Kau tahu... kupikir hari ini tidak bisa jadi lebih aneh."

Makhluk itu memiringkan kepala, menunggu.

Luca akhirnya berkata, "Entahlah. Tapi aku rasa... jawabannya, ya."

Makhluk kecil itu masih menatap Luca, matanya menyala biru terang seolah menyimpan kamera ultra HD di dalamnya. Di bawah langit abu-abu dan reruntuhan kota, keduanya berdiri seperti potongan gambar dari film post-apokaliptik dengan genre yang belum jelas.

"Baiklah," kata Luca datar. "Apa kau punya nama?"

Makhluk itu berkedip. "Aku Fyren! Model Pendamping Seri 0411, buatan Generasi Arktis! Tapi kau bisa panggil aku Fyren saja! Semua orang begitu!"

Luca mengangkat satu alis. "Semua orang?"

Fyren terdiam. "Dulu. Maksudku... waktu masih ada orang."

Suasana tiba-tiba agak canggung. Angin lewat, menerbangkan debu dan sisa-sisa selebaran yang tak terbaca. Luca menarik napas pelan. Ia masih berdiri dengan tegak, rompi putihnya bergerak sedikit tertiup angin. Jubah besar hitam-abu yang ia kenakan menjuntai.

Fyren kembali bicara, "Pemilik Baru, kau... tampak aneh."

"Terima kasih," sahut Luca tanpa emosi.

"Maksudku, wajahmu tampan, tapi kamu tidak memanfaatkannya. Itu menyedihkan, tahu?"

Luca menoleh. "Aku baru saja reinkarnasi ke dunia asing. Maaf kalau tidak sempat bercermin sambil tersenyum."

Fyren terkekeh. Suaranya seperti dentingan lonceng logam kecil. "Kau lucu juga ternyata. Dingin, tapi lucu."

Luca memutar bola matanya, lalu kembali berjalan tanpa berkata apa-apa. Fyren langsung melompat kecil dan mengikuti, dua kaki logamnya mengeluarkan bunyi klik-klak lembut.

"Jadi, Fyren," Luca akhirnya bersuara. "Kau tahu apa yang terjadi pada dunia ini?"

Fyren tampak berpikir. "Hmm... Itu pertanyaan besar. Singkatnya, sesuatu yang sangat buruk terjadi. Dunia ini—Die wêreld van Nuan Omega—mengalami semacam kehancuran sistemik. Peradaban runtuh, kota-kota kosong, dan... yah, semua pengguna sebelumnya sudah tidak ada."

"Pengguna?"

"Kami, makhluk pendamping, diciptakan untuk membantu para pengguna—mereka yang memiliki otorisasi terhadap sistem dunia ini. Tapi semuanya lenyap. Lalu... tiba-tiba kamu muncul."

"Jadi aku sekarang... pengguna baru?"

Fyren mengangguk. "Tampaknya begitu. Tubuhmu... bukan tubuh biasa. Itu sebabnya kamu bisa masuk sistem, meski statusmu masih belum terdaftar penuh."

"Tubuh ini bukan milikku," gumam Luca. "Tapi aku harus hidup di dalamnya sekarang."

Fyren menatapnya sejenak. "Kamu terdengar seperti karakter utama yang terlalu cepat dewasa."

Luca hanya meliriknya sebentar.

Fyren buru-buru menambahkan, "Itu pujian, lho."

Langit mulai meredup. Entah karena matahari tenggelam atau karena langit dunia ini memang tidak tahu cara bersinar.

Luca menatap sebuah bangunan tinggi yang masih setengah utuh.

"Ada tempat aman untuk bermalam?"

Fyren mengangguk cepat. "Aku tahu tempat! Satu pusat cadangan energi, dulu digunakan sebagai pos pengamatan. Kalau sistem masih hidup, kita bisa mengaktifkan fungsi dasar: penerangan, perlindungan, mungkin... bahkan makanan sintetis?"

"Makanan?" Luca menoleh cepat. "Kau bilang sintetis?"

Fyren tertawa lagi. "Tentu saja! Rasanya seperti... plastik panggang, tapi mengenyangkan! Jangan khawatir!"

Luca menutup matanya sebentar, lalu menghela napas. "Kita ke sana sekarang."

Perjalanan singkat membawa mereka ke sebuah menara logam tua yang berdiri miring, tapi cukup stabil. Fyren meloncat ke panel kontrol dan mulai memasukkan kode. Setelah beberapa suara klik, pintu logam terbuka perlahan, mengeluarkan suara berderit seperti robot batuk.

Luca masuk pertama. Ruangan itu gelap, tapi tidak terasa menyeramkan. Lebih seperti tempat terlupakan yang masih menyimpan sisa kehidupan.

Lampu menyala otomatis—biru pucat, lembut.

Fyren melayang-layang dengan senang. "Sistem masih bisa digunakan! Ini luar biasa! Sejak berapa ratus tahun ya aku tidak melihat lampu menyala?"

Fyren mendekat. "Kau bisa mengakses pusat pelatihan. Tapi kau harus mendaftar resmi dulu. Untuk itu... kita harus cari terminal utama di Wilayah Inti."

Luca mengangguk perlahan. "Aku akan ke sana."

Fyren berseri-seri. "Tapi kita baru saja sampai sini. Tidurlah dulu. Dan nanti... aku akan kenalkan kamu pada fitur Simulasi Awal!"

"Simulasi?"

Fyren mengedip. "Tempat paling cocok untuk menguji tubuh barumu. Atau... sekadar meninju makhluk virtual untuk menghilangkan stres."

Luca akhirnya tersenyum—samar, sangat tipis. Hampir tak terlihat. Tapi Fyren menangkapnya.

“Semoga tidak ada perilaku gila yang kamu lakukan” Ucap Luca melihat Fyren

FIKRI

Kau sudah bertemu Fyren—makhluk aneh, lucu, tapi sepertinya menyimpan banyak rahasia. Dunia ini mungkin belum menjelaskan semuanya, tapi bukankah itu justru yang membuatnya menarik? Kadang-kadang kita tidak perlu tahu semuanya di awal, cukup tahu ke mana langkah pertama akan diayunkan. Yuk, lanjutkan ke bab selanjutnya... karena petualangan Luca baru saja dimulai.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 182 : Upacara Pembukaan Pertandingan Seribu Awan Langit

    Tiga hari berlalu dalam ketegangan yang sunyi. Bagi Tim Nuhawan, hari-hari terakhir sebelum pertandingan bukanlah waktu untuk bersantai atau pamer kekuatan di arena latihan umum. Sebaliknya, mereka mengunci diri di kamar penginapan mereka. Tiga hari itu dihabiskan untuk berlatih dalam diam, mempelajari data yang telah mereka kumpulkan dengan susah payah, dan mengamati pergerakan rival-rival mereka dari balik bayang-bayang jendela.Setiap hari, kota terapung Aethel menjadi semakin ramai, semakin tegang. Udara dipenuhi oleh dengungan energi dari para pejuang terkuat dua benua yang menyelesaikan persiapan terakhir mereka. Atmosfernya begitu padat hingga nyaris bisa dirasakan, sebuah janji akan pertarungan legendaris yang akan datang.Lalu, fajar di hari ketujuh pun tiba.Tim Nuhawan berdiri di gerbang belakang Koloseum Awan Langit. Pemandangan di hadapan mereka begitu megah hingga membuat napas tercekat. Ini bukanlah sebuah arena biasa. Ini adalah sebuah mahakarya arsitektur, sebuah kolos

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 181 : Pilihan Yang Sangat Menentukan

    Malam di Aethel terasa dingin saat Luca menyelinap kembali ke Penginapan "Bintang Jatuh". Kristal peredam darah dari Selvine terasa berat di sakunya, sebuah pengingat akan beban baru yang kini ia pikul. Pikirannya tidak lagi dipenuhi oleh strategi untuk turnamen atau rencana untuk menemukan teman-temannya. Kini, pikirannya dipenuhi oleh satu hal: bayangan dari senyum dingin Instruktur Zerel d’Veynn.Ia tiba di depan pintu kamar tim mereka. Dari dalam, ia bisa mendengar suara yang familiar: perdebatan sengit antara Zane dan Nyxel, kemungkinan besar tentang siapa yang berhak mendapatkan potongan terakhir dari kue madu yang mereka beli di pasar. Biasanya, Luca hanya akan menghela napas dan masuk. Tapi malam ini, sesuatu di dalam dirinya telah berubah.Ia membuka pintu.Seketika, semua suara di dalam ruangan berhenti.Zane, yang tangannya sudah terulur untuk merebut kue dari piring Nyxel, membeku di tempat. Nyxel, yang sudah siap melepaskan pekikan protes, menelan kembali kata-katanya. Ba

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 180 : Keputusan Serta Pilihan Hati Yang Kejam

    Perjalanan kembali dari Air Terjun Giok adalah sebuah penyiksaan yang sunyi. Setiap bayangan terasa seperti musuh, setiap bisikan angin terdengar seperti peringatan. Peringatan Selvine—“Kau adalah aset yang melarikan diri”—menggema di benak Luca, lebih dingin dan lebih tajam daripada es mana pun yang pernah ia ciptakan.Saat ia menyelinap kembali ke Penginapan "Bintang Jatuh", tempat yang beberapa jam lalu terasa seperti surga yang ramai, kini terasa seperti sarang hiu. Keramaian lobi tidak lagi terdengar seperti kebisingan biasa; setiap tawa, setiap tatapan dari para peserta lain, terasa seperti potensi ancaman. Ia kini melihat setiap peserta dari Benua Merah bukan hanya sebagai rival, tetapi sebagai kemungkinan mata-mata Akademi, anjing pelacak yang dikirim untuk membawanya kembali ke kandang.Ia tidak langsung kembali ke kamarnya. Didorong oleh kebutuhan yang mengerikan untuk melihat kebenaran dengan matanya sendiri, ia bersembunyi di bayang-bayang sebuah pilar besar di lobi, matan

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 179 : Pertemuan Dan Peringatan Oleh Teman Lama

    Malam di Aethel turun dengan keagungan yang sunyi. Tiga bulan—satu perak besar dan dua adiknya yang berwarna biru dan hijau—memancarkan cahaya magis ke atas menara-menara putih gading kota terapung, menciptakan pemandangan yang seolah berasal dari negeri dongeng. Namun, bagi Luca, keindahan itu terasa hampa, hanya menjadi latar bagi kegelisahan yang menggerogoti hatinya.Dengan jubah berkerudung yang menyembunyikan rambut putihnya yang mencolok, ia menyelinap keluar dari Penginapan "Bintang Jatuh". Ia bergerak seperti hantu melalui jalanan Aethel yang remang-remang, menghindari patroli penjaga dan tawa riuh dari para peserta lain yang sedang menikmati malam terakhir mereka sebelum persiapan turnamen dimulai. Setiap langkahnya penuh kewaspadaan, setiap bayangan adalah potensi musuh.Ia mengikuti instruksi dari pesan Selvine, menuju sebuah taman tersembunyi di distrik timur kota, sebuah area yang dikenal karena ketenangannya. Setelah melewati serangkaian jembatan kristal yang melintasi

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 178 : Kontak Pertama dengan sekutu lama

    Malam pertama di Aethel turun dengan keagungan yang menekan. Setelah dewan perang mereka yang singkat namun padat, tim dari Pulau Nuhawan tidak bisa beristirahat. Beban dari dua ancaman besar—Jenderal Kael yang misterius dan Faksi Petir Hitam yang brutal—terasa seperti batu raksasa yang menekan pundak mereka.Keesokan paginya, mereka memulai misi intelijen mereka. Zane, dengan antusiasme yang terkendali, pergi ke arena latihan. Lian menghilang ke dalam bayang-bayang distrik bangsawan. Dan Nyxel mencari menara tertinggi untuk "mendengarkan" kota.Luca, di sisi lain, mengambil tugas yang paling membosankan namun paling penting: memahami lingkungan barunya. Ia menghabiskan paginya di lobi utama Penginapan "Bintang Jatuh", duduk sendirian di meja sudut yang gelap, hanya memesan segelas air dingin. Dari sini, ia bisa mengamati semuanya.Ia melihat para ksatria dari Kerajaan Baja yang tertawa terbahak-bahak, setiap gerakannya memancarkan arogansi kekuatan fisik. Ia melihat para penyihir elf

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 177 : Dewan Perang Di Bintang Jatuh

    Malam pertama di Aethel turun dengan keagungan yang menekan. Dari jendela kamar penginapan mereka yang sederhana, menara-menara putih gading kota terapung itu tampak seperti tulang-belulang dewa yang menusuk langit malam yang dipenuhi bintang-bintang asing. Namun, di dalam kamar yang sempit itu, tidak ada kekaguman. Yang ada hanyalah ketegangan yang pekat.Mereka berempat berkumpul di sekitar meja kayu kecil. Zane, yang biasanya selalu gelisah, kini duduk diam, lengannya yang berotot terlipat di dada, ekspresinya serius. Nyxel tidak lagi bersenandung; ia hanya menatap kosong ke permukaan meja. Dan Lian, ia berdiri di dekat jendela, punggungnya yang lurus memancarkan aura dingin yang lebih pekat dari biasanya.Mereka semua telah memproses hari pertama mereka. Skala kekuatan yang mereka lihat di pelabuhan, nama-nama legendaris di Papan Penantang, dan peringkat mereka sendiri yang berada di paling bawah dengan deskripsi "Tidak Dikenal". Semua itu adalah sebuah tamparan keras yang membang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status