Share

Tugas Perdana

Penulis: Rizka hami
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-17 00:47:29

    "Untung kalian enggak terlambat, kalau terlambat bisa-bisa kita satu kelompok langsung kena hukuman" ucap lelaki dengan wajah dingin dan datar itu lagi saat melihat kehadiran Radit dan Raina. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah angkuh, memberikan tatapan dingin sedingin es batu. Raina membalas dengan tatapan sebal, siapa orang sombong ini, mukanya datar sekali, tanya Raina dalam hati.

    "Ayo ke kamar jaga, jangan sampai kita yang dicariin" lanjut lelaki dingin itu lagi.

     Raina masih mengatur napasnya, tiba-tiba dia sudah diminta berjalan lagi. Gadis itu langsung merutuk di dalam hati sambil memandang sengit lelaki itu. Rasanya dia baru berhenti selama beberapa detik saja untuk mengambil napas, tapi lelaki itu seperti tidak mau menunggu lama. Dasar lelaki tidak punya hati, maki Raina lagi.

    "Siapa sih dia? Baru juga pertama ketemu udah super jutek sama bossy bener" bisik Raina pada Yasmin dengan wajah kesal. Kalau saja dia tidak terlambat dan membuat kesalahan bodoh dengan salah memakai sepatu mungkin tidak seperti ini jadinya, batin Raina. Memang awalnya semua kesalahannya, tapi tetap terasa menyebalkan.

   "Ketua angkatan terpilih kita, kabarnya dia tuh nomer 1 di universitasnya pas dokter umum dulu, IPK nya super fantastis, semua nilai nyaris A! Malah yang gue denger pas dia daftar semua penguji udah langsung ngelulusin tanpa perlu tes tulis dan wawancara lagi. Ujian masuk peringkat nomer satu di semua program studi, nilai TOEFL paling tinggi, nilai wawancara juga kabarnya terbaik" Cerita Yasmin, sedikit berbisik, memuji habis-habisan lelaki yang menyebalkan itu.

    Seingat Raina, Yasmin satu kelompok wawancara saat tes masuk dulu, jadi pantas saja Yasmin kenal lelaki itu. 

    "Emang beneran sepinter itu ya? Tapi tetap aja, nggak suka gue, sok banget gayanya, super bossy," keluh Raina sambil cemberut. 

     Raina melirik lelaki yang berdiri tepat di hadapannya itu. Secara fisik, harus Raina akui, tidak ada yang salah dengan lelaki itu. Wajahnya jelas tampan, suara bass nya membuat lelaki itu tampak lebih berwibawa, belum lagi tampilan fisiknya, dengan tinggi badan lebih 180 cm, menambah kesempurnaan raganya. Apalagi mendengar kalau dia juga adalah seseorang yang pintar secara akademis, menambah nilai tambah lelaki itu, tapi kekaguman itu hilang setelah lelaki itu membuka mulutnya, semua itu menghilang. Tidak ada senyum hangat, ramah apalagi kalimat halus, berbeda dengan Radit, batin Raina. Tanpa sadar gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah sebaliknya. Disaat yang bersamaan, Radit juga menatap dirinya. Mereka saling tersenyum, melihat senyum Radit, hati Raina menjadi lebih baik. 

   "Lelaki ini jauh lebih baik dari sisi mana pun!" ucap Raina dalam hati.

   "Aslinya baik kok" bela Yasmin, tiba-tiba. Seakan mendengar suara hati Raina.

    Raina mencibir kesal mendengar sahabatnya ini malah membela lelaki sombong itu. Jelas-jelas lelaki itu menyebalkan, pikir Raina, masih tidak percaya Yasmin malah membela lelaki itu dibanding dirinya.

    Mereka semua berjalan menuju ruangan jaga residen penyakit dalam, masing-masing merasa perasaan campur aduk, senang, penasaran, tidak sabar dan pastinya sedikit takut. Residensi adalah dunia yang baru bagi dokter umum. Tidak semua dokter umum mempunyai kesempatan menjadi residen yang nantinya akan lulus menjadi dokter spesialis, semua butuh pengorbanan, kerja keras dan tentunya, waktu yang tidak sedikit. 

   Beberapa orang senior sudah menunggu mereka di kamar jaga. Ada dua orang pria dan seorang wanita, mereka tampak ramah. Seingat Raina saat dia dulu masih koasisten, penyakit dalam adalah salah satu departemen yang paling ramah, hubungan antara senior dan junior di departemen ini juga cukup baik. Semoga saja saat menjadi residen memang sebaik yang dia lihat saat masa koasisten dulu, doa Raina dalam hati.

   "Selamat pagi, Kang, Teh, perkenalkan saya Tama, kami angkatan residensi yang baru" ucap lelaki yang baru saja membuat Raina cemberut sebelumnya. 

   "Oh, namanya Tama, hhahh.. Nada bicaranya langsung berubah sekarang, menjadi ramah dan manis sekali, dan astaga, laki-laki itu tersenyum, dasar" batin Raina dalam hati. 

   Para senior itu mengangguk, lalu mempersilakan mereka untuk duduk. Mereka terlebih dahulu berkenalan, mulai dari nama, angkatan lulus, asal daerah, pekerjaan sebelumnya dan juga status pernikahan. Para senior itu juga ikut mengenalkan diri mereka. Ternyata salah satu diantara dua lelaki itu adalah ketua angkatan seluruh residen, atau sebutannya chief of resident yang biasa disingkat dengan sebutan CR, namanya Indra, dia sudah semester 7, atau boleh dibilang sebentar lagi akan lulus. Indra menjelaskan apa-apa saja yang mereka butuhkan selama residensi ini, apa yang boleh dan apa yang tidak. 

     "By the way, saya lupa tadi mau sampaikan kalau minggu depan kita ada pemilihan CR baru, nanti acaranya diadakan di rumah seorang residen kita, saya minta bantuan kalian untuk mempersiapkan acaranya ya, karena kita nanti sekalian gathering angkatan. Panitianya untuk acara ini dari semester 4 dan 5, kalian hubungi Doni ya, dia ketua panitianya" ucap Indra diakhir pembicaraannya. Setelah selesai Indra meminta mereka semua untuk pulang. 

    "Pulang, nikmati hari-hari terakhir sebelum beneran jadi residen, karena kalau nanti sudah jadi residen, jangan harap bisa bebas kaya sekarang" canda Indra sebelum mereka semua pergi dari kamar jaga. 

    "Lumayan baik ya seniornya" ucap Yasmin saat mereka semua sudah keluar dari ruangan. Raina mengiyakan. Hari ini berlangsung baik walaupun sempat ada kebodohannya yang hampir merusak pertemuan perdana dengan senior.

    "Guys, gue rasa kita perlu adakan chat grup dan jarkom (jaringan komunikasi), supaya enggak ada informasi terlewat jadi enggak kaya tadi pagi,bisa berabe kalau ada yang terlambat lagi" ucap Tama. Dia masih melirik Raina, seakan menyindir kembali kesalahan Raina. Sementara itu gadis yang disindir itu hanya bisa mendengus kesal. Bisa-bisanya lelaki ini berulah lagi, pekik Raina dalam hati, kesal.

   "Gue minta maaf, jujur salah gue enggak baca pesan dari Yasmin" ucap Raina dengan wajah kesal. Dia terpaksa minta maaf karena memang kesalahan ada pada dirinya. 

   "Oke, jangan diulangi lagi" ucap Tama. Raina tidak menjawab, hanya mengangguk saja.

   "Ampun deh tu laki, sensi bener sama gue" bisik Raina pada Yasmin, masih kesal.

   "Ssssttt.. Udah jangan mulai berantem deh" lerai Yasmin, mengingatkan sahabatnya itu untuk tidak memancing keributan.

  "Iya, iya.." balas Raina lagi.

  "Oke, gue rasa jarkomnya, abis dari gue langsung lanjut ke elu dan Yasmin, supaya elu enggak lagi ketinggalan informasi, jadi kalau ada yang ketinggalan jarkom, berarti kesalahan ada di salah satu dari kalian, nanti urutan jarkom gue kabari di chat grup, setuju?" tanya Tama lagi. Raina kembali mendengus kesal. Lagi dan lagi, lelaki yang baru diangkat menjadi ketua angkatannya ini benar-benar menguji kesabarannya, batin Raina dalam hati. 

________

Halo, ditunggu sekali komentar dan review dari cerita saya

Semoga suka ya..

  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Sebagai Pelampiasan

    "Hmmm, pemandangan yang indah, film yang bagus, makanan yang enak dan teman yang menyenangkan. Ini malam minggu terbaik" celetuk Radit, mengalihkan pandangannya kepada Raina."Eh?" Raina bergumam tanpa sadar. Tapi dia segera menutup mulut nakalnya."Ya, rasanya kita bisa malam mingguan lagi kapan-kapan" balas Radit."Malam mingguan lagi?" Tanya Raina ulang. Jantungnya berdetak cepat. Apa ini berarti Radit mengajaknya berkencan lagi? Ingin rasanya Raina menari saking girangnya."Ya, mungkin lain kali kita bisa nonton lagi.." balas Radit, sedikit menggantungkan kalimatnya. Radit menyadari wajah terkejut dari Raina. Apa gadis ini menjadi sedikit salah mengerti mendengar dia menyebutkan kalimat tadi, pikir Radit."Sekalian mengajak Yasmin, Tama dan teman angkatan kita lainnya" Radit cepat-cepat melanjutkan kalimatnya. Khawatir Raina semakin salah sangka.&nbs

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (3)

    "Akhirnya tenang juga" ucap Raina, menarik napas dalam-dalam sambil menutup mata. Mereka saat ini sedang berada di gedung bioskop dan sedang mengantre memesan tiket nonton. Bioskop memang ramai, tapi tidak berdesakan seperti kafe tempat makan mereka sebelumnya. Raina merasa jauh lebih lega. "Kafe tadi terlalu berisik ya?" tanya Radit, dia baru sadar kalau Raina merasa tidak nyaman sebelumnya, sedikit merasa bersalah karena dia yang memaksa untuk makan disana, padahal jelas-jelas kafe tadi padat pengunjung. "Oh, enggak, hanya. Emm, sedikit penuh saja, kita enggak bisa ngobrol enak" balas Raina langsung, khawatir Radit merasa tidak enak hati. Bukan masalah kafe tadi penuh dan sesak oleh pengunjung, tapi letak masalahnya ada pada Rian dan Mischa. "Masih lama waktu nonton, mau minum kopi? Atau makan makanan kecil lain sebelum nonton?" tawar Radit. Rasa bersalah membuat dia menawari Raina untuk ke tempat lain

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (2)

    "Makan disini enggak apa-apa?" Tanya Radit. Mereka saat ini masuk di sebuah kafe yang berada di dalam mall. Kafe itu memang terlihat padat pengunjung. Wajar saja karena kota Bandung di akhir pekan tidak mungkin tidak ramai. Selain itu, kafe ini juga sedang naik daun di media sosial. Raina sedikit mengernyitkan keningnya, sedikit tidak setuju karena terlalu ramai. Raina tidak terlalu penyuka keramaian. Dia lebih suka suasana yang sepi, karena dia bisa makan dan mengobrol dengan tenang. Apalagi ini kali pertama dia bisa berduaan dengan Radit, Raina ingin suasana yang tenang, tidak riuh seperti ini. "Kalau enggak mau juga enggak apa, kita cari lagi tempat lain" balas Radit setelah melihat wajah enggan dari Raina. "Enggak apa-apa, disini aja Dit" tolak Raina cepat. Dia melirik wajah Radit dan melihat kalau lelaki itu sepertinya ingin sekali makan di tempat ini. Walaupun

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan

    Akhir pekan akhirnya datang. Kata orang hari-hari di akhir pekan adalah siksaan untuk orang yang baru saja putus. Radit baru tahu rasanya sekarang. Sabtu ini dia tidak punya janji apapun dengan siapapun. "Hah, membosankan sekali" gumam Radit. Sepanjang pagi dia hanya menyetel televisi dan menonton dengan pikiran kosong. Dia mengambil ponselnya dan mulai melihat-lihat film apa yang sedang diputar minggu ini di bioskop. "Apa ajak jalan anak kosan ya?" Radit mulai menemukan ide di kepalanya saat melihat film action yang terlihat cukup seru sudah tayang mulai minggu ini. Radit segera melihat jadwal jaga, baik Yasmin, Tama maupun Raina tidak ada yang jaga hari ini. Lelaki itu segera keluar dari kamar untuk mencari teman kosnya. Saat baru menuruni tangga, Radit bertemu dengan Raina. Gadis itu berjalan ke arah kulkas yang terletak di dapur kos dengan mata setengah terpejam, rambut berantakan dan dia mas

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (4)

    "Apa Kakak enggak kangen sama aku? Setelah putus Kakak sama sekali enggak pernah hubungi aku," keluh Irna. Dia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Radit padanya setelah putus. Irna pikir Radit akan mengejar-ngejar dirinya setelah dia meminta putus, tapi kenyataannya justru Radit malah mendiamkan dirinya dan sama sekali tidak pernah menghubungi dirinya. "Aku rasa, kita butuh momen untuk sama-sama sendiri, supaya kita bisa pikirkan bagaimana hubungan kita selama ini" balas Radit. Dia masih sangat menyukai Irna, tapi kembali menjadi kekasih Irna masih sedikit sulit bagi Radit. Lelaki itu masih butuh waktu untuk memikirkan hubungan mereka yang dia rasa mulai tidak sehat. "Aku kangen Kakak" ucap Irna tiba-tiba. Dia merasa harus jujur tentang hal ini. "Rindu?" ucap Radit dalam hati, dia cukup terkejut dengan kejujuran Irna. Detak jantung Radit menjadi cepat saat mendengar ucapan mantan kek

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (3)

    Entah Raina harus bahagia atau justru waspada dengan keadaan yang saat ini dia hadapi, yang pasti selama Radit putus dari kekasihnya, lelaki itu selalu menempel pada Raina, dimana pun dan kapan pun. Tidak terasa sudah dua minggu Radit putus dari Irna. Dalam hati Radit merasa sangat nyaman, tidak ada lagi yang mengatur dengan kejam semua kehidupannya. Dia bisa menjalani kehidupan residensi dengan nyaman. Semakin hari keduanya semakin lengket, dimana ada Raina pasti ada Radit disana. "Na, selesai dari rumah sakit, kita makan dulu ya sebelum pulang ke kos" ajak Radit disela-sela acara ilmiah. "Em" balas Raina langsung mengiyakan tanpa pikir panjang, dia bahkan lupa kalau hari ini orang tuanya datang untuk melihat kamar kosnya. Sudah dua minggu Raina belum juga mengizinkan ayah ibunya untuk datang. "Oke!" balas Raina dengan bersemangat sambil mengacungkan jempolnya. Dia selalu senang setiap diajak makan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status