Benar yang dikatakan oleh Aluna, aku terlalu bergantung dan membutuhkan Arya. Ini membuat aku semakin bingung dan tidak nyaman. Aku selalu memikirkan Arab setiap hari. Dia juga selalu membantu dan membuat aku bahagia.
"Jika begitu, kakak akan pergi tidur." Kata Aluna.
"Benar, ini sudah sangat malam." Kataku.
Aluna pergi dari kamar tidur aku dan kami mulai tertidur. Pagi hari ini, aku terbangun dan bersiap untuk pergi ke ruang sakit. Aluna juga bersiap pergi ke lokasi syuting.
"Kenapa kakak sudah bersiap pergi ke lokasi syuting?" tanyaku.
"Aku ingin pergi dengan kamu, kami hubungi Arya untuk mengatakan bahwa kakak juga ikut dengan kalian berdua." Jawab Aluna.
"Baik, aku akan hubungi dia sekarang juga." Kataku.
Aku langsung menghubungi Arya dia mengatakan bahwa Aluna juga ikut dengan kami berdua. Arya juga tidak masalah jika Aluna ikut dengan kami.
"Aku sudah mengatakan itu kepada A
"Aku cemburu terhadap Arya, dia minta kamu merasa tenang. Berita itu dia yang menghapus bukan aku. Aku merasa bukan kekasih yang baik untuk kamu. Aku kalah cepat dari dia. Aku ingin menjadi pria yang membuka kamu bahagia dan merasa terlindungi tapi justru Arya yang melindungi kamu dari masyarakat. Kamu bisa merasakan tenang sebab dia sudah menghapus berita itu." Jawab Andri dengan nada tinggi."Jadi, kamu cemburu terhadap Arya. Dia itu melakukan itu supaya Mia tidak sedih. Dia sangat menyayangi Mia dan tidak ingin melihat Mia sedih. Mia itu adik yang sangat peduli sapi dia terus memikirkan keadaan aku setelah menghadapi berita itu. Dia merasa sedih dan Arya langsung melakukan itu demi Mia." Kata Aluna."Kamu bohong, pasti Arya menyukai kamu. Itu sebabnya dia melakukan itu." Kata Andri."Tidak, Arya sangat mencintai Mia. Tidak mungkin dia menyukai aku dia itu hanya membantu aku supaya Mia tidak sedih dan kepikiran. Arya mengetahui bahwa Mia sela
"Tapi kenapa dokter Mia tetap melakukan itu?" tanya suster lain."Kamu seperti tidak mengenal dokter Mia saja. Dia itu tidak akan membiarkan pasien dalam keadaan gawat darurat tanpa melakukan apa pun. Dia pasti sudah memikirkan akibat dari perbuatan dia sendiri. Tapi dia tetap melakukan itu sebab dia itu terlalu baik." Jawab dokter Dirga."Benar itu, dokter Mia memang terlalu baik kepada orang lain. Dia tidak akan membuat pasien tidak tertangani. Dia akan melakukan segala cara untuk mengobati pasien. Itu kelebihan dari dokter Mia. Dia juga disukai banyak orang yang bekerja di rumah sakit ini." Kata suster lain."Itu benar, dia itu sungguh menarik sekali." Kata dokter Dirga."Ada apa ini? Kenapa dokter Dirga memuji dokter Mia seperti itu? Apa dokter Dirga memiliki perasaan lebih terhadap dokter Mia?" tanya suster lain."Kamu benar, aku memang menyukai dia." Jawab dokter Dirga."Tapi dokter Mia sudah memilik
"Jadi, keadaan anak saya sudah tidak memburuk lagi." Kata pak Andi."Benar, dia sudah melewati masa kritis dan kita tinggal menunggu saja dia untuk segera sadar." Kataku."Terima kasih, Mia! Saya tidak tahu harus berkata apa tapi kamu adalah penyelamat hidup saya. Dia adalah segalanya untuk saya. Saya hanya memiliki dia dan juga istri saya. Tapi keadaan istri saya masih belum pulih dan juga anak saya mengalami koma. Itu membuat saya kesepian sekali. Tapi akhirnya kamu bisa menyelamatkan dia." Kata pak Andi."Bukan saya yang menyelamatkan dia tapi tuhan. Kita hanya bisa berdoa dan berserah diri saja. Semua sudah diatur dan ditetapkan oleh tuhan." Kataku."Saya hampir melupakan itu tapi kamu mengingatkan saya. Terima kasih, Mia!" Kata pak Andi."Baik pak Andi, saya permisi sebagai masih banyak pasien yang harus ditangani." Kataku.Saat aku pergi, pak Andi memegang tangan dan menahan aku supaya tidak pergi. Mungkin dia masih i
Pak Andi datang menemui aku dan menanyakan apa yang sedang terjadi."Kenapa ini? Ada apa? Dokter Mia, sebenarnya ada apa ini?" tanya pak Andi."Maafkan saya sebelum sudah membuat keributan di sini. Pak Andi mengatakan jika saya boleh meminta sesuatu dari anda. Saat ini saya ingin meminta itu." Jawabku.Suster itu langsung terkejut sebab pak Andi akan melakukan apa saja untuk aku."Apa? Katakan saja!" Kata pak Andi."Saya ingin pasien ini bisa saya operasi. Dia memang tidak memiliki biaya tapi keadaan anak ibu ini sedang slama bahaya. Sebagai seorang ayah yang baru saja anaknya terselamatkan pasti mengerti bagaimana perasaan ibu ini. Saya saja merasa sangat kasihan selain terhadap ibu ini. Jika saya bis melakukan sesuatu pasti saya lakukan sekarang juga. Saya ingin membayar biaya itu tapi uang saya tidak cukup. Di rumah sakit ini, biaya harus dibayar dengan penuh. Oleh karena itu, say ingin meminta ini kepada pak Andi." Katak
"Apa keadaan mami sudah membaik?" tanya anak pak Andi."Keadaan mami sudah membaik apalagi jika dia melihat kondisi kamu sekarang. Papi yakin dia bisa langsung sembuh dan akan senang melihat kamu." Jawab pak Andi."Aku juga sudah sangat merindukan mami. Aku ingin segera bertemu dengan mami." Kata anak pak Andi."Kamu fokus saja dengan masa penyembuhan dan nanti papi akan membawa mami ke hadapan kamu." Kata pak Andi."Baik, aku akan fokus kepada penyembuhan aku ini. Siapa dokter ini?" tanya anak pak Andi."Ini dokter Mia." Jawab pak Andi."Perkenalkan saya Mia, dokter di ruang sakit ini." Kataku."Dia dokter yang telah menyelamatkan kamu. Dia itu baik sekali dan bersedia melakukan apa pun demi pasien dia. Dia dokter hebat menurut papi." Kata pak Andi."Begitu, terima kasih. Saya senang dapat mengenal kamu." Kata anak pak Andi."Saya juga senang mengenal kamu." Kataku."Terima kas
Robi bercerita tentang dia di sekolah kepada aku."Dokter Mia, aku mendapat nilai terbaik di kelas." Kata Robi."Benarkah?" tanyaku sambil merasa bangga."Benar, aku senang sekali bisa mendapatkan nilai terbaik. Padahal biasanya aku tidak pernah belajar saat kelas mengadakan ujian. Tapi sekarang aku dapat nilai yang sangat memuaskan. Ini semua juga karena dokter Mia." Jawab Robi."Saya? Kenapa saya bisa membuat kamu mendapat nilai terbaik?" tanyaku sambil merasa heran."Sebab dokter Mia selalu menghibur aku disaat aku menceritakan tentang keluarga aku. Dokter Mia juga memberikan aku semangat untuk belajar." Jawab Robi."Begitu, bagus itu. Kamu memang harus semangat belajar. Saya bangga sekali mendengar kamu mendapat nilai terbaik di kelas." Kataku."Terima kasih, dokter Mia!" Kata Robi."Tidak, aku tidak melakukan apa apa. Aku yakin kamu akan menjadi juara sebab kamu sudah berusah
"Jadi begitu ceritanya, seharusnya kamu menghubungi nenek atau yang lainnya. Kami membuat kami khawatir saja." Kata nenek."Maaf, aku sudah membuat kain semua khawatir. Tapi aku tidak apa apa." Kataku."Syukurlah kalau begitu, kamu bisa pulang dengan selamat. Mama sudah sangat senang." Kata mama."Anak papa ini memang hebat sekali." Kata papa."Kamu hebat, Mia." Kata Aluna."Tidak, aku biasa saja. Untung saja hal yang paling aku takutnya tidak terjadi. Aku bisa menyelamatkan anak dari ibu itu. Tadinya aku terus dilarang oleh sustwe sebab peraturan rumah sakit dan aku hampir terlambat." Kataku."Kamu sudah menjadi dokter hebat seperti kakek kamu. Dia juga melakukan apa saja untuk pasien. Bahkan dia hampir tidak pulang selama beberapa hari hanya untuk menangani pasien saja." Kata nenek."Jadi, kakek juga seorang dokter?" tanyaku sambil terkejut."Benar, nenek memang memiliki impian
"Apa?" tanya Arya sambil terkejut. "Tidak ada, sudah pergi saja kalian berdua nanti terlambat." Jawab nenek. "Baik, nenek." Kataku. Aku dan Arya langsung masuk ke dalam mobil dan saat di perjalanan aku berbicara tentang Robi. Aku ingin meminta izin kepada Arya. Aku tidak ingin membuat Arya kesal. "Arya!" Kataku. "Ada apa, Mia?" tanya Arya. "Aku ingin membicarakan tentang Robi." Jawabku. "Ada apa? Memangnya dia kenapa? Apa dia mulai mendekati kamu? Atau dia mengutarakan perasaan dia terhadap kamu?" tanya Arya sambil terkejut. "Tidak, aku kasihan kepada dia. Dia tinggal sendiri dan hari ini dia akan mengambil buku nilai pukul 10 pagi. Aku akan menjadi wali dan datang ke sekolah dia. Apa kamu tidak masalah aku pergi ke sana?" tanyaku. Arya hanya diam dan tersenyum. "Kenapa kamu tersenyum?" tanyaku. "Tidak, aku merasa senang saja kamu memint