Share

Nenek

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2024-05-30 16:08:29

Tok …

Tok …

Ceklek …

“Permisi, Pak.”

Suara lembut Qailula tidak mampu membuat Evrard mengalihkan tatap dari layar MacBook.

Setelah sosok Qailula sampai di depannya barulah pria itu mendongak.

“Pak Evrard mau makan malam di sini atau di rumah?”

Evrard menatap Qailula yang kepalanya menunduk padahal sedang bicara dengannya.

Dia melirik arloji di pergelangan tangan sebelum menjawab.

“Di rumah aja,” kata Evrard lantas menutup MacBook.

“Baik, Pak.” Qailula undur diri dari ruangan tersebut untuk bersiap pulang.

Evrard keluar dari ruangannya sesaat kemudian dan sebelum melewati mejanya—Qailula pergi lebih dulu bermaksud menekan tombol lift.

Suasana di lantai itu telah sepi karena jam menunjukkan pukul tujuh malam.

Hanya mereka berdua saja yang masih berada sana dengan lampu temaram.

Karena berjalan sambil menundukan kepala, Qailula tidak melihat kalau ada tiang di depannya.

Refleks Evrard mempercepat langkah, menyimpan telapak tangannya di depan kening Qailula sehingga tiang itu tidak sempat mengenai kening Qailula tapi jadinya tangan Evrard terjepit cukup kuat antara kening dan tiang.

“Ups!” Qailula terkesiap.

“Kenapa kamu nunduk terus, hah?” Evrard bertanya dengan nada seperti sedang marah.

Qailula mendongak akhirnya mempertemukan tatap dengan sang bos tampan.

“Maaf Pak.” Qailula memperlihatkan raut menyesal.

Evrard melanjutkan langkah setelah mengembuskan nafas dan gelengan kepala samar meningkahi kekonyolan Qailula.

Qailula mengerutkan wajahnya sembari mengusap kening.

“Bisa-bisa benjol kalau enggak dihalangi tangan pak Evrard,” gumam Qailula menyusul Evrard.

Dia jadi bisa menilai meskipun dingin tapi Evrard cukup peka.

Ah, Qailula semakin kagum kepada bosnya.

Seperti biasa pak Joko standbye di depan lobby karena telah mendapat instruksi dari Qailula.

Jadi Qailula tidak pernah lepas dari ponselnya selalu koordinasi sana-sini untuk memfasilitasi segala kebutuhan Evrard dan membuat orang-orang berguna di mata pria itu.

Sampai di Penthouse, Qailula langsung memasak sementara Evrard membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Setelah selesai, Evrard turun dan mendapati Qailula sedang menata meja makan dengan apron melapisi tubuh bagian depannya.

“Makan malamnya sudah siap, Pak.” Qailula menarik kursi untuk Evrard dan dengan ekspresi dingin juga datar, Evrard duduk di kursi tersebut.

“Pak, apakah kita akan diskusi lagi malam ini?” Qailula bertanya dengan gesture ragu disertai segan.

Evrard mendongak menatap Qailula, tatapan setajam Elang itu membuat Qailula gentar.

“Maksud saya, apakah Bapak masih membutuhkan saya? Kalau boleh saya minta ijin pergi ke rumah sakit menjenguk nenek.” Kali ini Qailula memberanikan diri menatap mata Evrard yang berwarna abu-abu.

“Nenek kamu sakit?” Evrard bertanya setelah mengalihkan tatapan ke piring dan kembali menyantap makan malamnya.

“Betul, Pak … sekarang dirawat di rumah sakit milik bu Zara … nenek dalam keadaan koma saat dipindah dari rumah sakit sebelumnya dan saya belum menjenguk beliau ….” Kalimat Qailula menggantung. “Semenjak sibuk mempersiapkan pembukaan kantor baru,” sambungnya di dalam hati.

“Pergilah, diantar pak Joko.” Evrard mengijinkan, mendengar kalau neneknya Qailula koma membuat hati nurani Evrard terketuk, sebetulnya dia masih membutuhkan Qailula untuk bertanya beberapa hal tapi menjenguk nenek menurut Evrard lebih penting karena dia tidak akan tahu apakah neneknya Qailula bisa bertahan hidup lebih lama atau tidak.

“Enggak usah, Pak … saya pakai taksi aja.” Qailula menolak fasilitas tersebut.

“Kamu punya sim A?” Evrard kembali bertanya.

“Ada Pak.”

“Pake salah satu mobil punya saya, saya enggak mau besok pagi mendapat telepon dari Polisi kalau sekretaris saya tewas dibegal.”

Qailula terhenyak, matanya mengerjap dengan cepat, dia jadi gelagapan membayangkan hal mengerikan itu.

“Ba-baik, Pak … kalau gitu saya permisi.

Setelah menyimpan apron di lemari kitchen set. Qailula pergi ke tempat di mana kunci dari berbagai jenis mobil mewah tergantung di dekat pintu utama.

Dia memilih mobil biasa yang tidak terlalu mewah tapi mobil biasa yang Evrard miliki seharga tiga koma lima Milyar.

Akhirnya Qailula memilih mobil itu lantas keluar dari Penthouse menggunakan lift langsung menuju basement di mana mobil mewah Evrard terparkir.

Tanpa Qailula ketahui kalau sudut bibir Evrard menerbitkan sebuah senyum karena berhasil menakut-nakuti Qailula sehingga ekspresi wajah sekretarisnya terlihat lucu.

Bukannya kejam, tapi Evrard tahu kalau Qailula akan menolak bila dia tidak demikian.

Bukan perhatian juga namun Evrard memang tidak pernah ingin hal buruk terjadi kepada seluruh karyawannya … apalagi Qailula.

***

“Malem Sus,” sapa Qailula kepada perawat yang berjaga.

“Malem Mbak.” Semua perawat membalas ramah.

Qailula dititipkan oleh menantu Presdir Narendra yang bernama Zara pemilik dari rumah sakit ini jadi bagaimana para perawat itu tidak ramah?

“Ada perkembangan dari nenek?” Qailula bertanya.

“Belum ada Mbak, coba Mbak ajak ngobrol dan kasih semangat siapa tahu ibu Warsih memiliki keinginan untuk hidup dan bangun dari koma.” Perawat paruh baya memberikan nasihat.

“Baik Sus, saya ijin masuk ke ruangan nenek ya.”

“Jangan lupa pakai jubah pelindung dan penutup kepala,” kata sang perawat berpesan.

“Baik, Sus.”

Qailula pun menderapkan langkah masuk ke ruangan rawat nenek kelas VIP sehingga nenek hanya sendirian di ruangan itu ditemani segala macam alat penunjang kehidupan.

Dia menggunakan jubah pelindung dan penutup kepala lalu duduk di kursi di samping ranjang nenek.

Tatapan sendu Qailula terpaku pada tubuh ringkih sang nenek.

Dia genggam tangan nenek yang tidak tertancap selang infus.

Sewaktu dirawat di rumah sakit sebelumnya, nenek masih sadar tapi tidak banyak berinteraksi dan ketika beliau akan dipindahkan ke sini tiba-tiba nenek koma, entah karena apa Qailula juga tidak mengerti tapi dia tahu kalau tim medis di rumah sakit ini sudah mengupayakan semua yang terbaik untuk nenek.

“Nek, maaf Lula baru dateng … Lula sibuk banget akhir-akhir ini.” Qailula bergumam.

“Lula rela kerja sehari dua puluh empat jam dan seminggu tujuh hari tapi Nenek bangun ya, nenek sama-sama Lula lagi … Lula cuma punya nenek di dunia ini.” Satu buliran kristal jatuh dari mata kiri Qailula.

“Ijinkan Lula membalas kebaikan nenek, jadi … sembuh ya, Nek … nanti Lula ceritain kalau bos Lula yang baru itu ganteng banget kaya pemain film Hollywood, terus Lula udah pindah apartemen, Nek … yang ini kolam renangnya lebih besar.” Qailula berceloteh sembari menyusut jejak airmata di pipinya.

Hembusan nafas berat dia keluarkan. “Bertahan ya, Nek … Lula belum punya seseorang yang bisa menemani hidup Lula, bukan karena Lula enggak laku lho, Nek.” Qailula tersedak tawa.

Dia yang berkelakar, dia sendiri yang tertawa.

“Tapi karena Lula sibuk cari duit untuk kita, kalau Nenek bangun dari koma dan sembuh … kita jalan-jalan keliling Eropa ya, Nek … atau ke Arab Saudi cari mama … Nenek kangen mama, kan? Lula udah enggak marah lagi sama mama, ayo kita cari mama, Nek … tapi Lula minta, bangun ya, Nek.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Orang Ketiga   Tamat

    “Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari

  • Orang Ketiga   Second Honeymoon

    Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b

  • Orang Ketiga   Nasib Sienna

    Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala

  • Orang Ketiga   I Love You

    Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.

  • Orang Ketiga   Kebahagiaan Vita

    Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana

  • Orang Ketiga   Akhirnya Terungkap

    Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status