“Selamat pagi, Pak Evrard!” Suara lembut itu menyapa Evrard saat keluar dari kamar.
Evrard yang tengah membuat simpul dasi di lehernya lantas mendongak. Dia pikir sudah kesiangan sehingga terburu-buru untuk menyiapkan data yang belum sempat dia pindahkan dari MacBook jadi keluar kamar sambil memakai dasi. Dan cukup terkejut karena mendapati sang sekretaris yang pulang jam dua pagi dari Penthousenya kini sudah berdiri tidak jauh dari hadapannya dengan pakaian rapih layaknya sekretaris pada umumnya berupa rok span dan blouse dengan tali yang menggantung di leher di bentuk pita, segar dan juga … cantik. Sesaat Evrard terpaku dengan pesona yang dipancarkan sekretarisnya itu sampai tidak sadar kalau Qailula mengikis jarak dan kini sudah berada tepat di depannya. “Pagi ….” Evrard menggumam. “Saya bantu, Pak?” Qailula menawarkan yang sebetulnya hanya basa-basi tapi Evrard menganggukan kepala jadi mau tidak mau Qailula melangkah sekali lagi lalu mengangkat tangan membuat simpul dasi. Jarak mereka begitu dekat, Qailula bisa merasakan aroma parfum exclusive yang Evrard semprotkan di dadanya serta hangat nafas pria itu menerpa kening membuat debaran jantung Qailula menaikkan tempo. Tubuh Evrard yang tinggi menjulang jadi bisa leluasa menatap Qailula tanpa wanita itu sadari. Hidung mungil yang lancipnya tampak jelas, bibir tipis yang jarang tersenyum itu terlihat ranum dipoles lipstik warna soft. Dan belahan dada yang mengintip dari balik pita begitu kentara memberitahu Evrard seberapa besar ukuran cup bra Qailula. “Ya Tuhan.” Evrard mengesah di dalam hati, kepalanya dia dongakkan agar tidak melihat godaan terbesar itu lagi mengingat dia dan Sienna sedang sama-sama sibuk dan terpisah Benua membuatnya tidak bisa langsung melampiaskan hasrat. Sampai detik ini saja dia belum mendapat kabar dari Sienna dan Evrard terlalu sibuk untuk mengirim pesan. “Saya sudah membuat sarapan untuk Bapak,” kata Qailula seraya mundur sebanyak dua langkah usai memasangkan dasi. “Oke Thanks,” balas Evrard dingin sembari melengos tanpa menatap wajah Qailula. Qailula sendiri tidak tahu bagaimana ekspresi Evrard karena dia terus menundukan kepalanya, masih belum berani menatap wajah tampan sang bos yang memiliki sejuta pesona. Qailula pergi ke ruang kerja Evrard untuk memindahkan data ke iPad saat pria itu tengah sarapan pagi. Setelah itu pindah ke kamar Evrard untuk menyiapkan pakaian Evrard berupa stelan jas, baju casual, baju olah Raga dan keperluan lainnya untuk disimpan di mobil berjaga-jaga bila dibutuhkan. Setelah semuanya siap, suara pintu Penthouse berbunyi. Qailula berlari ke sana sembari membawa tas dan jas yang dibungkus cover berwarna hitam. Ceklek … “Pak Joko, tolong simpan di mobil ya jangan sampai kusut,” pinta Qailula. “Baik Bu,” kata sang driver lantas pergi membawa jas dan tas tersebut. Pak Joko-sang driver tidak memiliki akses sehingga harus menggunakan akses umum. Saat Qailula kembali ke ruang makan, Evrard belum selesai sarapan, pria itu malah fokus mematuti layar ponselnya dengan jempol bergerak lincah seperti sedang mengetik pesan. “Ini vitaminnya, Pak… data dari MacBook sudah saya pindahkan ke iPad Bapak.” Terpaksa Qailula menginterupsi. “Hem.” Evrard hanya mendengung tanpa mengalihkan tatap dari layar ponsel pintarnya. Setelah itu Qailula pergi dan menunggu di depan pintu lift. Tidak lama suara langkah Evrard terdengar mendekat. Qailula langsung menekan tombol agar lift menjemput mereka. Pintu lift terbuka, Evrard masuk lebih dulu diikuti Qailula yang kemudian membuat posisi mereka sekarang jadi Qailula berada di depan Evrard. Evrard disuguhkan kembali bokong Qailula yang sintal. Pria itu mengembuskan nafas, memilih mendongakan kepala dengan mata terpejam untuk menghindari pikiran erotis melintas di benaknya. Pintu lift terbuka, Qailula keluar lebih dulu dengan langkah cepat sampai suara heelsnya menggema di seantero lobby dan pak Joko beserta mobil sedan mewah keluaran terbaru langsung mendekat kemudian berhenti di depan Qailula. Qailula membuka pintu untuk Evrard lalu pria itu langsung masuk tanpa sempat menghentikan langkah. “Ini iPadnya, Pak.” Qailula memberikan iPad kepada Evrard yang diterima pria itu tanpa kata. Dia lantas membuka pintu kabin depan untuk duduk di sana tidak lupa mengenakan seatbelt. “Nanti akan ada pak Kama dan pak Arkana mendampingi Bapak karena pak Narendra sedang ke Brunei Darusalam memenuhi undangan Sultan.” Qailula memberitahu. “Oke.” Evrard menggumam sebagai respon. Dan setelahnya tidak ada lagi suara, Evrard sibuk dengan iPadnya sementara Qailula sibuk berkoordinasi dengan panitia penyambutan di kantor Alterio Corp yang baru. Hari masih pagi tapi jalanan sudah dipadati kendaraan meski begitu jarak yang tidak terlalu jauh antara Penthouse dengan gedung kantor membuat mereka bisa tiba dengan cepat. Para petinggi di bawah kepemimpinan Evrard telah berjajar di depan lobby menyambut Evrard. Qailula turun lebih dulu membukakan pintu untuk Evrard. Semua membungkuk baik yang seusia Evrard maupun yang lebih tua memberikan penghormatan kepada pimpinan tertinggi mereka. Evrard menyalami mereka satu persatu yang kemudian memperkenalkan diri menyebutkan nama dan jabatan. Seluruh karyawan telah berkumpul di lobby, bentuk sebuah barisan rapi. Evrard diminta untuk memberikan pidatonya sebentar. “Selamat pagi teman-teman ….” Evrard menyapa, gaya kepemimpinan layaknya anak muda yang menganggap para karyawannya sebagai teman yang akan bersama bahu-membahu mencapai kesuksesan. “Pagi!” Semua menyahut kompak. “Terimakasih saya ucapkan atas kebersediaan teman-teman untuk bekerja di perusahaan yang baru dibangun ini, saya akan usahakan untuk memberikan benefit dan kenyaman yang sama yang seperti yang diberikan oleh AG Group tapi tentunya saya juga berharap kinerja terbaik bisa teman-teman berikan untuk perushaan ini karena apalah saya taman teman-teman, jadi ayo … kita sama-sama membangun perusahaan ini dari nol dan kita tunjukan kalau kita semua adalah SDM terbaik yang patut diperhitungkan dalam dunia bisnis.” Tepuk tangan menggema, pidato Evrard tersebut mampu memetik api semangat para karyawan. Usai memberikan pidato singkat, Evrard dituntun ke sebuah ruangan rapat di sana om Kama dan om Arkana telah menunggu dan tanpa basa-basi lagi diskusi penting mengenai perusahaan ini langsung dilakukan. Setiap Direktur membeberkan program kerjanya, membuat target perushaan dan menentukan apa yang harus pertama kali mereka lakukan setelah kantor ini beroperasi. Diskusi itu cukup intens dan memakan waktu lama. Hingga sore hari saat jam pulang kerja mereka terpaksa berhenti dengan jadwal meeting one on one setiap Direktur di esok harinya. Tapi Evrard tidak pulang, dia mengerjakan sesuatu di ruangannya.“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus