Barang yang berserakan itu beraneka ragam, bahkan ada sampah bekas bungkus makanan juga disana. Namun ada satu barang yang menarik perhatianku. Sebuah celana dalam wanita berenda berwarna pink, ikut jatuh ke lantai parkiran. Milik siapa itu? Padahal aku tak pernah merasa memilikinya.Seketika Mas Chandra menoleh ke arahku, kemudian tanganya sigap memasukkan kembali ke dalam plastik semua barang-barang tersebut dengan cepat."Bentar deh Mas, apa itu tadi yang warnanya pink?" tanyaku sambil mencoba merebut plastik itu, namun tangan Mas Chandra begitu lincah menaruh dibalik punggungnya."Eh, ini.... bukan apa-apa kok, Dek. Cuma kain lap saja," ucapnya gugup."Oh cuma kain lap ya? Siniin plastiknya, aku kan mau ambil sandalku. Ngapain kamu masukkan lagi?" Aku mencoba membujuknya untuk memberikan kembali plastik itu."Kayaknya sandal kamu itu sudah jelek dan nggak layak pakai deh, Dek. Mending sekarang kita beli yang baru saja ya."
"Mari, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang laki-laki berwajah oriental menyapaku ramah saat aku telah sampai di kantor property itu."Saya Dita, yang tadi telah melunasi property atas nama Wisnu Chandra," jawabku ."Oh, Bu Dita ya. Perkenalkan saya Alvin, agen sekaligus pemilik kantor property ini. Jadi tadi surat-surat yang dibutuhkan sudah saya serahkan ke notaris, Bu. Tinggal menunggu jadi saja, Bu.""Terima kasih Pak Alvin. Dan seperti yang saya bilang di telepon tadi. Tolong di depan suami saya, pura-pura saja tidak kenal saya, dan seminggu lagi tolong tetap tagih janjinya.""Baik Bu, saya bersedia membantu. Karena menurut saya pribadi sangat tidak suka dengan penghianat. Bu Dita tenang saja, segala informasi yang saya dapat akan saya laporkan kepada Anda segera. Silahkan tanda tangani surat-surat ini dulu ya Bu," katanya sambil menyodorkan beberapa surat.
Setelah selesai melakukan semua perawatan wajah dan rambut, aku pun bergegas pulang. Karena hari pun sudah malam, pukul setengah delapan sekarang. Sungguh hari ini merupakan hari yang berat dan penuh tantangan untukku."Non Dita, kelihatan berbeda sekali hari ini. Lebih cantik dan lebih berseri," ucap Bi Sanah saat mengantarkan susu panas ke kamarku."Ah, bisa saja sih Bi. Tapi memang sih aku tadi melakukan banyak perawatan, biar kelihatan lebihfreshgitu," kataku sambil tersenyum."Sebenarnya, Non Dita itu sudah cantik dari lahir. Tetapi, lebih cantik lagi kalau melakukan perawatan seperti ini. Sudah lama sekali sepertinya, Non Dita ini tak memperhatikan penampilan.""Iya, bener Bi. Rasa malas memang mengalahkan segalanya, hehe. Tapi mulai sekarang aku akan merawat diri lagi, dan aku pun ingin diet Bi, jadi atur makananku ya, jangan yang berlemak
"Dek, kamu nggak ke kantor hari ini?" tanya Mas Chandra saat kami tengah sarapan pagi.Aku hanya menggeleng sambil terus melanjutkan makan. Jujur sebenarnya aku sudah muak bertemu dan berbincang dengan Ma Chandra, tapi ini tetap harus kulakukan hingga tujuan utama ku tercapai. Kuatkan selalu hatiku ya Allah, agar aku tak terlihat lemah. Untuk terus bersikap manis, itu sangat sulit kulakukan, hingga terkadang emosiku pun sedikit meluap."Kirain kamu bakal ke kantor, Dek, mau kuajak barengan sekalian. Biar nggak capek-capek nyetir."Aku tahu sebenarnya kamu bertanya bukan untuk mengajakku berangkat bersama, tapi untuk memastikan bahwa aku tak membikin masalah di kantor lagi. Menurutku, tak perlu aku bolak-balik ke kantor, capek. Toh aku punya banyak mata-mata disana, dan semua divisi-pun tiap hari akan mengirim laporannya padaku. Kerja cerdas sajalah. Hari ini banyak sekali rencana diluar ru
"Bik, nanti kabari aku ya kalau Mas Chandra pulang. Bilang saja aku sedang ke supermarket gitu, kalai dia tanya. Aku pergi dulu ya Bik." Pamitku pada Bik Sanah pagi itu.Untuk sementara waktu ku stop dulu pesanan kue yang masuk. Kali ini aku hanya melayani pelanggan istimewaku saja, Raisa. Sebenarnya uang bukanlah tujuan utama ku berjualan kue secaraonline, namun hanya untuk menyalurkan hobi dan bakat yang kumiliki. Setiap aku bisa menyelesaikan pesanan dari pelanggan, maka akan ada kebanggaan tersendiri.Sebelum menuju ke tempat si Raisa, aku mampir ke sebuah tempat latihanTaekwondo. Aku pun segera mendaftar di sana, dan sudah bisa mulai latihan nanti sore. Hal ini kulakukan agar aku bisa melindungi diri sendiri disaat ada serangan mendadak. Ketika suami yang telah menikahimu selama tiga tahun ternyata ingin membunuhmu, maka kamu harus bisa menguasai bela diri ini.
[Non, Tuan Chandra ini baru saja sampai, saya bilang Non Dita sedang keluar memakai motornya Sigit.]Pesan dari Bik Sanah masuk ketika aku masih berada di toko komputer, tadi pagi aku lupa membelinya, padahal kan harusnya tadi aku meletakkan sebuah kamera di tempat usahanya si Raisa itu, eh tapi nyatanya aku lupa. Tak apalah besok atau lusa aku akan kembali ke sana, sekalian melihat bagaimana respon Raisa atas apa yang besok akan kulakukan pada calon suaminya itu.Jadi malam ini kuputuskan untuk membeli beberapa kamera sebagai stok saja.[Baik, Bik. Aku akan segera pulang secepatnya, sepuluh menit lagi aku sampai di rumah. Terima kasih ya.]Kemudian aku pun melajukan motor secepatnya menuju ke rumah. Bahkan taak sampai sepuluh menit aku sudah sampai di depan gerbang rumahku.Tanpa menimbulkan suara gaduh, aku menaruh semua bel
Pov AuthorDemi untuk memuaskan hati Chandra, pagi itu Dita pun akhirnya keluar dari rumah. Tujuan utamanya adalah kantor, karena di sana nanti dia akan memantau keadaan Chandra melalui kamera pengintai.Sengaja Dita melajukan mobilnya agak kencang, selain agar cepat sampai di kantor, juga untuk mengecoh mata-mata Chandra.Setelah mobil Dita keluar pagar, laki-laki berjaket hitam yang duduk dibawah pohon mangga di seberang rumah Dita itu pun segera menghubungi bos nya."Bos, target sudah keluar dari rumah. Saya akan mengikuti kemana tujuannya. Jika nanti rencana sudah berhasil, maka akan saya kabari," ucap sang pengintai dengan suara baritonya."Bagus kalau begitu. Ikuti terus dan langsung hubungi aku saat dia telah mati! Aku saat ini sedang bersiap untuk pesta kemenangan kita!" jawab Chandra melalui sambungan telepon.
Jangan Bermain Api Jika Tak Ingin TerbakarPuas, cukup puas yang aku rasakan hari ini. Apakah aku ini seorang istri yang jahat? Karena merasa sangat bahagia ketika melihat suamiku tak berdaya di borgol oleh polisi.Biarlah orang mau berkata apa tentangku, yang pasti hari ini aku puas berlipat. Jujur sih sebenarnya aku tak tega melihat wajahnya tadi, namun kurasa itu setimpal dengan perbuatannya padaku selama ini, apa lagi dia kemarin juga ingin membunuhku. Tapi eitss tunggu dulu! Ini bukan pembalasanku yang sesungguhnya ya, ini hanyalah pemanasan. Karena masih ada kejutan terakhir untukmu Mas.Sekarang nikmati dulu permainanku ini. Kamu pasti tadi sudah shock dan kecewa karena melihatku selamat dari rencana busukmu itu. Kemudian datang para polisi itu yang sekarang menangkapmu, sungguh tak bisa kubayangkan bagaimana perasaan hatimu saat ini. Pasti marah, kecewa, sedih dan malu