“Chlora, apakah kamu tahu mengapa kita ada di sini?” tanya Zoey.Chlora mendengus kesal. “Tentu saja karena para tokoh utama menarik kita ke sini, bodoh!”Kini Chlora, Zoey, Shelia, Cithrel, dan Michael sedang duduk di kursi yang berada di halaman sekolah. Biasanya para siswa menggunakan kursi itu untuk belajar, berdiskusi, dan hal yang lainnya karena di kursi itu juga tersedia meja.“Apakah kalian sudah mendapatkan informasi tentang sejarah akademi? Jika belum kalian boleh menyalin punyaku! Aku menanyakan ini dari seorang guru!” pekik Shelia semangat.“Salin punyaku saja! Punyaku lebih terpercaya karena aku bertanya pada guru dan kakak kelas. Aku juga sudah memastikan kebenaran informasi tersebut!” balas Cithrel.“Ah, tenang saja. Aku dan Zoey sudah menyelesaikan tugas kami,” ucap Chlora.Michael tertawa. “Aku tahu jika Chlora itu adalah siswa yang pintar, cantik, dan baik hati. Tapi kalian tidak perlu seperti itu hanya untuk mendapatkan perhatiannya!”Shelia dan Cithrel menatap satu
Chlora menatap wajahnya di cermin. Ia sudah berubah menjadi Cithrel sedang sihir ilusi yang digunakan Zoey. Sedangkan Zoey mengggunakan wajah Michael untuk penyamarannya.“Jantungku tidak bisa berhenti berdebar, apakah kau yakin dengan rencana ini?” tanya Chlora.Zoey memutar matanya. “Jangan mengatakan seolah kita mempunyai pilihan, Chlora. Kita harus bisa menyelamatkan akademi ini, jika akademi ini hancur maka sudah pasti Virion akan dihukum karena dia yang menyebabkan hal itu.”“Okey, tapi alasan apa yang kita pakai untuk masuk ke dalamnya?” ucap Chlora.Zoey menyeringai dan mengeluarkan lembaran kertas yang berisi tugas sejarah akademi. “Katakan saja jika kita mengerjakan ini. Aku yakin mereka akan mengizinkannya.”Chlora terdiam sejenak. “Tunggu, apakah sebaiknya kau gunakan sihir ilusi ini setelah kita berada di luar asrama perempuan? Tidak mungkin kita keluar dengan penampilan laki-laki.”“Tentu saja! Tenanglah, misi kita bertambah satu lagi. Yang pertama adalah bertahan hidup,
Chlora mengumpulkan tugas itu ke guru dan kembali ke bangkunya. Chlora sering kali tertidur saat pelajaran karena ia bosan untuk mempelajari semua hal itu lagi. Namun, setiap guru menegurunya dan memberinya soal, Chlora selalu mampu menjawab soal itu.“Chlora, saya tahu jika kamu adalah siswa yang jenius, tapi tak bisakah kamu bangun saat pelajaran saya? Kamu selalu tertidur seperti itu.”Chlora menguap dan menatap papan tulis dengan malas. “Maaf guru.”Zoey berdecak melihat tingkah laku Chlora. “Sudah enam bulan kita bersekolah di sini, sebaiknya kau bersikap lebih serius dikit. Aku tahu kau bisa mengerjakan soal-soal itu sambil memejamkan matamu.”“Hehe, ini seperti pelajaran anak sekolah dasar,” jawab Chlora.“Chlora! Kerjakan soal di depan!” ujar sang guru ketika melihat Chlora yang tertawa.Semua siswa menatap Chlora dengan tatapan penasaran. Tentu saja mereka bingung bagaimana bisa Chlora yang selalu tertidur saat pelajaran bisa menjawab soal dengan mudah. Saat mereka bertanya p
Chlora membuka matanya dan menatap sinar matahari yang masuk. Tidak terasa sudah tiga tahun dia berada di akademi ini. Ia sudah berusia lima belas tahun dan kini ia akan memasuki tahun pertama akademi kedua.“Astaga, aku harus berangkat lebih awal,” ucap Chlora. Ia langsung berdiri dari ranjangnya dan mempersiapkan diri untuk pergi sekolah.Chlora menatap seragamnya dengan tatapan datar. “Apakah mereka tidak berniat membuat seragam yang berbeda akademi pertama? Membosankan sekali.”“Jika kau terus mengeluh seperti itu maka kita akan terlambat,” celetuk Zoey.“Jangan mengejutkanku seperti itu! Aku tahu kau mulai berpacaran dengan Harvey dan belajar sihir teleportasi, tapi jangan tiba-tiba berteleportasi ke kamarku!” pekik Chlora.Zoey mengangkat kedua bahunya. “Kau terus membicarakan hubunganku dengan Harvey. Lalu bagaimana dengan hubunganmu dengan Virion? Kalian tidak memiliki status sama sekali.”“Ayah tidak mengizinkanku berpacaran dengan Virion sebelum ia dan Alwin mengetes Virion
Chlora melirik Zephyr dengan tatapan risih. Laki-laki itu tidak berhenti memperhatikannya. Chlora tidak mengerti mengapa laki-laki itu berbuat seperti itu. Karena kesal, Chlora memutuskan untuk menutupi wajahnya dengan tangan dan tidur.“Chlora, dia memperhatikanmu tapi aku yang merasa risih,” ucap Zoey.“Kau saja sudah risih, apalagi aku? Rasanya aku ingin menusuk matanya,” dengus Chlora.Chlora memakan makanannya dengan berapi-api. Zoey menatap Zephyr dengan tatapan sinis. Bahkan dia tetap membuntuti Chlora hingga kantin. Harvey datang dan langsung duduk di depan Zoey. Virion yang mengikuti Harvey menatap Chlora dengan khawatir.“Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu seperti itu? Kau terlihat jelek,” ucap Virion.Chlora membanting garpu dan sendok itu. “Kau tanya saja sendiri pada orang yang memperhatikanku setiap hari seperti stalker!”Harvey tertawa. “Maksudmu si Zephyr Diablos itu? Dia sepertinya tertarik denganmu.”“Najis,” desis Chlora.Virion menatap Chlora bingung. “Apa maksudnya
Harvey menyipitkan matanya. “Aku yakin itu ada hubungannya dengan kau yang mendapatkan bunga magnolia emas. Hanya kau yang bisa menjinakkan sisi iblisnya.”“Baiklah, abaikan itu terlebih dahulu. Apa yang akan kita lakukan pada Zephyr?” tanya Zoey.“Sial, aku ingin sekali membunuhnya. Virion bahkan sama sekali tidak pernah menatapnya kenapa ia melakukan hal kejam seperti ini?” keluh Chlora frustasi.Harvey meletakkan tubuh Virion di ranjang. Zoey menatap wajah Chlora dan mendesah. “Zephyr menyukaimu, Chlora. Dia tidak suka melihatmu bersama Virion.”“Itu sama sekali tidak masuk akal! Sejak kapan dia mengetahui sisi iblis Virion?”“Aku lengah dan tidak menyadari bahwa dia telah mengintai kita. Dia baru mengetahui hal itu hari ini. Aku berusaha menghilangkan ingatannya tapi seperti ada sesuatu yang menghalangiku.”Chlora menghela napasnya mendengar kata-kata Zoey. “Jangan sampai dia membocorkan hal itu kepada siswa lain! Astaga, aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu.”“Tokoh antag
Virion membuka matanya dan menyadari bahwa hari sudah sore. Ia terkejut dan langsung terbangun. Virion hanya bisa mengingat bahwa dia pingsan setelah kembali ke wujud manusianya. Tentu saja Virion masih bisa mengingat dalam wujud iblisnya walau pun ia tidak bisa mengendalikannya.“Astaga, Chlora mengakuiku sebagai pacarnya, padahal kita belum sampai ke tahap itu. Mungkin aku memang harus segera menemui Marquis Beasley,” tawa Virion.“Bisa-bisanya kau tertawa setelah disakiti seperti itu,” celetuk Harvey. Ia memberikan segelas air dan obat kepada Virion.Virion meminum obat itu. “Memangnya apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku melawannya dengan wujud iblisku, bukan? Yang ada kita berdua akan dibakar hidup-hidup.”“Tadi Chlora berusaha berbicara dengan Zephyr, tapi memang pada dasarnya laki-laki itu sudah sakit jiwa. Dia mengatakan jika dia ingin membunuhmu,” ucap Harvey.Virion menyeringai. “Dia ingin membunuhku? Silahkan saja. Tidak ada yang bisa membunuhku selama darah iblis
Virion menatap Chlora dari jauh. Tentu saja Virion tahu bahwa Zephyr tidak akan langsung berhenti mengejar Chlora begitu saja. Satu-satunya cara membuat Zephyr kalah adalah dengan membunuhnya atau mengasingkannya ke tempat terpencil.“Kau apakan saja anak itu? Dia langsung kehilangan semangat hidupnya seperti itu,” komentar Harvey. Ia lalu berlari mendekati Virion yang sedang fokus melihat Chlora.“Aku hanya mencekiknya saja. Jika kau tidak berusaha untuk membuatku menerima darah iblis ini, aku yakin aku sudah kalah darinya,” sahut Virion.Harvey mengangguk. “Padahal sudah lama sekali aku tidak menemukan jejak sihir hitam. Siapa sangka keluarga kriminal itu masih mewariskannya.”“Aku juga terkejut ketika menemukan seseorang yang memiliki mana yang mirip denganku. Tapi sihir hitam itu sudah diwariskan selama berabad-abad dan lama kelamaan kehilangan kekuatannya. Tapi aku yakin sifat licik dalam dirinya itu tidak akan hilang,” ucap Virion.“Kita juga harus mewaspadai itu. Jika dia membo