Share

Rasa Khawatir

"Astaga, Ra. Kenapa setiap pagi gue dateng muka lo ketekuk mulu, sih? Seneng dikit, kek, gue udah sepagi ini rela jemput lo tau."

Daffa menggerutu ketika sampai di depan gerbang rumah Leta, gadis itu tidak meyambutnya dengan binar mata bahagia. Yang ada, setiap kali Daffa datang, hanya tekukan raut malas dan tidak semangat yang dia dapat.

"Bodo amat, Daf."

Daffa berdecak. Membukakan pintu mobil untuk gadis itu. "Ck, untung stok sabar gue masih banyak buat lo, Ra."

"Terserah," balas Aira yang langsung masuk tanpa berucap terima kasih.

"Gimana tadi malem? Aman, kan?"

Aira membuang napas panjang mendengar pertanyaan itu. "Gue masuk, mereka lagi makan malam."

"Terus papa lo? Diem aja?" Daffa masih penasaran, menunggu, sembari menyalakan  mesin mobilnya.

"Aneh, sih. Tapi gue kesel karena nggak ada yang tau gue udah pulang. Padahal jelas-jelas gue naik ke atas tangga lewat depan mereka," jelas Aira disusul dengan decakan sebal.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status