공유

Kabar Angin

작가: Cute Ghost
last update 최신 업데이트: 2021-06-15 15:29:42

Meira. Ratu dari kerajaan Danina. Menjadi sangat kejam. Kabar angin tentang perubahan sifat Ratu mereka terdengar hingga kerajaan tetangga. Yaitu, kerajaan Afroja.

"Siapa itu Meira?" Tanya Vartan pada penasehat kerajaan.

"Kau tak ingat, Yang Mulia. Dia adalah anak perempuan yang dulu kau sebut cengeng." Rodi tertawa mengingat hal itu dimana mereka dulu sering sekali bertengkar.

"Itu sudah lama sekali sekitar 20 tahun yang lalu, mungkin." Vartan memainkan berlian yang ada di jarinya, lalu melemparkan nya kepada Rodi.

"Ambil itu, dan perintahkan pengawal untuk mempersiapkan kendaraan. Kita akan rapat mengenai kerja sama kita dengan kerajaan Danina yang sudah berganti pemimpin itu." Perintah Raja Vartan kepada Rodi. Rodi yang baru saja mendapat berlian dari rajanya menjadi semangat untuk bekerja.

"Segera, Yang Mulia."

***

"Ada berapa tahanan lagi, Hans?" tanya Meira pada pengurus penjara.

"Mereka semua berjumlah 13, Yang Mulia." jawab Hans.

"Baik, kurung mereka di penjara bawah tanah. Dan berikan mereka roti tawar tanpa ragi." Hans mengangguk dan memerintahkan para pengawal untuk melaksanakn tugas yang diberikan Meira.

"Yang Mulia," dengan tergesa gesa Rodiah menunduk hendak menyampaikan sesuatu.

"Ada apa, sobatku?" tanya Meira.

"ada penambahan jadwal mendadak. Karena, raja dari kerajaan Afroja datang untuk memastikan kerja sama yang terjalin selama ini tetap berjalan." sampai Rodiah pada Meira.

"apa tidak bisa diundur, sepertinya aku sedang ingin beristirahat. Badanku terasa sakit." ucap Meira sambil memijat bahu kirinya.

"Aduh, bagaimana ini ya. Saya akan sampaikan pada Tuan Vartan." Rodiah hendak permisi pergi namun ia disergah Meira.

"tunggu, lebih baik aku jalani saja. Tapi dengan pakaian penuh darah seperti ini tak apa, bukan?"

"Itu semua saya serahkan pada Yang Mulia." Jawab Rodiah.

"kau ini bagaimana, aku kan bertanya." mereka pun pergi menuju gerbang untuk menyambut kedatangan Raja Vartan beserta pengikut pengikutnya.

***

"PENYAMBUTANNYA SEMERIAH INI?" tanya Meira teriak karena ia yakin suaranya tidak akan terdengar jika ia bicara pelan.

"BENAR YANG MULIA, INI MEMANG SUDAH TRADISI KITA." Meira hanya ber-oh ria dan menikmati keramaian yang ada.

Setelah beberapa lama, musik berhenti dan keadaan menjadi hening. Kemudian, muncullah seorang pria dengan kemegahannya diikuti dengan pengawal pengawal yang gagah.

Meira pun membungkukan punggungnya untuk memberi salam dan dibalas hal yang sama oleh Vartan.

"Baju yang menarik" Ntah itu pujian atau sindiran Meira hanya menampilkan wajah datarnya.

"Aku tak sempat berbenah karena anda datang tiba tiba" jawab Meira.

"Apakah aku seperti hantu sehingga kau bilang aku datang tiba tiba?" tanya Vartan dengan unsur candaan yang khas darinya.

"mungkin sejenisnya" Meira pun mempersilahkan Vartan beserta pengikutnya masuk keruangan rapat.

"Ada apa dengan baju yang penuh dengan warna merah itu?" Masih dengan sindirannya Vartan tetap kukuh untuk mencobai Meira.

"Menurutmu?" Meira memandang sinis Vartan yang berada didepannya dengan jarak 4 meter. Karena memang meja rapatnya berukuran panjang 4 meter.

"Kalau seseorang bertanya jawablah dengan jawaban, bukan dengan pertanyaan." Ucap Vartan kini dirinya sudah hampir percaya Meira berubah.

"Terserah mu" Jawab Meira.

"ya sudahlah, bilang saja kau tak mau mengaku kalau bajumu terkena darah orang orang yang kau penggal kepalanya," ucap Vartan disela makannya. Meira masih menghitung tingkat kesabarannya.

"Aku tak yakin seorang lemah lembut seperti mu bisa memenggal kepala manusia. Dulu, kau saja sangat takut kalau menyakiti hewan. Dan tambahan untukmu, kau dulu adalah seorang anak yang cengeng," Meira masih menarik napasnya dan mengepal kedua tangannya.

"Kudengar kau hilang ingatan, apa kau hanya berpura pura. Supaya kau bisa menghindari masalah?" Ucap Vartan lagi membuat Meira geram. Dia pun menggebrak meja dan mengeluarkan pedang yang tersembunyi di bawah meja kehadapan Vartan.

"Apa kau tak bisa berbicara hal yang penting saja. Jika kau bertele tele lagi. Aku pastikan kau akan menjadi badan tanpa kepala!!" tegas Meira.

"hohoho, santai saja. Baik baik. Aku hanya ingin membicarakan tentang kerja sama yang sudah terjalin  sejak lama diantara kerajaan kita. Bagian dimana ketenagakerjaan dan pendidikan yang akan kita lakukan revolusi," Vartan mulai serius ketika ia sadar bahwa wanita didepannya ini tidak bisa diajak bermain.

"sepertinya aku telah memerhatikan bahwa kau sangat egois dalam mengambil keuntungan. Kau mengambil 60 persen keuntungan sedangkan aku 40 persen. Menurutku inilah yang menyebabkan bahwa kerajaan kami kurang makmur," Meira menjelaskan situasi yang ia ketahui dari penasehat kerajaan.

"baiklah, aku akan setuju untuk membagi rata keuntungan. Aku hanya ingin tahanan yang berasal dari kerajaanku kau bebaskan. Sudah kuperhitungkan, kau memenggal kepala 38 orang yang tak lain adalah rakyatku. Kau tidak memenuhi hukum yang berlaku, tanpa seizin dariku kau dengan suka hati memenggal kepala mereka." Meira membelalakan matanya, ia gelap mata akhir akhir ini. 38 orang tidaklah sedikit.

Kau seorang pembunuh sekarang, Clarissa.

"Maaf soal itu, akan kuperintahkan anak buahku untuk melepaskan mereka. Rodiah! Cepat turunkan surat perintah kepada penjaga kepala untuk segera melepaskan tahanan dari Kerajaan Afroja!!" Perintah Meira.

"Baik, Yang Mulia."

***

"Vartan benar benar menyebalkan! Menganggu kekuasaanku!"

Dayang tak menjawab karena takut. Sementara Meira kembali pada lamunannya.

"Kenapa ada reinkarnasi pada diriku. Dan anehnya ini mirip dengan dunia Eropa bukan Cina, korea atau jepang yang sering aku tonton!" racau Meira yang agak sulit di mengerti dayang dayangnya.

"Ratu berbicara tidak jelas. Apa itu efek dari berhadapan dengan Tuan Vartan?" tanya Naomi pada Rodiah.

"Aku juga tak tahu!" Jawab Rodiah setelah itu mereka menatap Meira yang berucap kata yang mereka kurang pahami sehingga mereka menganggap itu adalah racauan.

Author note: Harapanku hanya ada pada readers.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Undangan Dari Sarah

    "Meira, mengapa termenung?" Meira tertegun ketika mendengar suara yang akrab ditelinganya. Sejenak, ia menoleh ke arah seseorang menepuk bahunya."Ibu?!lMeira pun refleks memeluk Risa. Sudah beberapa bulan ia tidak melihat Risa. Selama ini Risa ada bersama Tera."Kau masih memenggal kepala rakyatmu?" Meira tersenyum mendengar pertanyaan ibunya. Ia pun mengeratkan pelukannya dan membisikan jawabannya pada Risa."Aku sudah tidak pernah, bu. Terimakasih, ini semua berkat ibu,""Kau anak yang baik, kau pasti akan mendengarkanku."Risa pun melepas pelukan itu dan menggenggam jemari Meira yang dingin."Suatu hari nanti, kau akan menjadi seorang ibu. Kau akan tau bagaimana perasaan khawatirmu jika anakmu melakukan sesuatu diluar kehendakmu!""Aku mengerti bu!"Tok..tok..tok.."Masuk,"Rodiah pun masuk dengan Lais dalam gendongannya. Kemudian, menurunkan Lais yang membawa buku berat."Ibu, aku ingin memberi

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Bukan untuk pertama kali

    2 bulan kemudian.... Meira bersiap pergi ke pesta Ola. Dengan baju yang tidak mencolok dan dengan pengawal yang sedikit. Bahkan, Meira hanya membawa Rodiah saja.Tidak ada pengawalan khusus untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Semua harus berjalan dengan yang diharapkan Meira. Perjalanan dari Afroja sampai ke Negeri Ungu tepat sebelum pesta berlangsung. Saat memasuki pesta tersebut, Ola menyambut Meira layaknya seorang sahabat yang telah hilang selama beberapa tahun. "Senang bertemu dengan Anda Yang Mulia," Ola menundukan kepalanya tanpa membungkuk dikarenakan gaunnya yang membuat badannya sangat sulit di gerakan. "Kau membuat keadaan menjadi canggung. Cobalah anggap aku ini biasa saja!" Meira memicingkan matanya lalu memeluk sahabatnya itu. "Kau benar benar bertambah gemuk. Pasti kau sangat bahagia. Semoga kau semakin bahagia, aku yakin Harry pasti sangat baik padamu." "Kau juga, kau pasti akan menemukan yang

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Kerja

    Setelah memikirkan cukup lama undangan yang diberikan Ola, Meira mengalihkan pikirannya pada semua laporan laporan yang diberikan anak buahnya. "Rodiah, kirimkan pengumuman bahwa aku sedang mencari seseorang yang berniat menjadi guru baca tulis. Imbalannya sangat tinggi, dan kapasitasnya hanya 4000 orang," Sambil memberi cap pada laporan yang ia kerjakan, Meira masih saja sempat memberi banyak perintah. "Aku kan dayang, mengapa pekerjaanku jadi seperti ini!" gumam Rodiah. Melihat wajah Rodiah yang agak merengut, Meira mengomentarinya,"Kau sudah mirip dengan Naomi kalau kau seperti itu." Tawa Meira. "Ah, Yang Mulia. Saya tak suka jika disamakan dengan Naomi. Saya lebih suka menjadi diri sendiri," "Kalau begitu kerjakan yang aku perintahkan!" "B-baik, Yang Mulia" "Apa Ratu Meira tidak paham dengan peraturan kerajaan. Dayangkan tugasnya melayani tuannya. Mengapa?" tanya Rodiah dalam hatinya. "Yang sabar, bibi Rodiah!"

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Undangan

    ***Wanita itu menatap jendela yang mengarah ke kolam. Dia teringat sesuatu bahwa ia pernah membawa ikan di akuarium hotel yang terakhir kali ia kunjungi. Saat ini, ia ingin mendengar nyanyian itu. Ia pun bergegas bertanya pada Rodiah, kemana ia meletakan ikan ikan itu.Wanita itu menuju perpustakaan kerajaan. Karena ia yakin, Rodiah pasti akan membawanya kesana. Bagaimana tidak? Lais sangat suka membaca buku. Kali ini ia harus benar."eh, Yang Mulia" Naomi menunduk."Kemana Rodiah?""Mereka ke perpustakaan, Yang Mulia,""Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu."Meira pun melanjutkan jalannya menuju perpustakaan. Ia membuka pintu perpustakaan, lalu mendapati Rodiah sedang berbincang dengan Lais."Bibi, apakah kau bisa membaca?" Meira pun mengintip setelah ia mendengar suara anak itu bertanya."Tak perlu ditanya, aku adalah seorang dayang. Itu menuntutku agar bisa membaca," Lais pun mengangguk sambil menelusuri buku yan

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Komoditas

    ***Kalian tahu efek dari seseorang yang berjanji? Mungkin jawabannya adalah bimbang. Karena kita tak yakin akan menepatinya atau tidak. Itulah yang di rasakan Meira. Namun, hati Meira tetap teguh bahwa dirinya akan menepatinya. Dengan hal ini, dia tetap akan menjadi Clarissa yang bodoh itu. Bodoh karena cinta. Tapi kita lihat, apakah ia masih menjadi si bodoh itu. Meira lah yang menentukan."Ibu, kenapa termenung? apakah sedang sedih!" Pertanyaan anak polos yang tak lain adalah Lais. Anak kecil yang baru saja ia angkat."Oh, tidak ada apa apa! Itu apa yang kau bawa?" Meira bertanya ketika ia melihat sesuatu yang di bawa dengan susah payah oleh Lais."Ini, ini adalah buku tebal. Aku suka membacanya walau tidak sampai habis!" Seru Lais sambil menjelaskan maksudnya."Kau bisa membaca? siapa yang mengajarimu?!" Meira membelalakan matanya melihat anak sekecil ini hobi membaca buku tebal yang bagi Meira membosankan."Kata nenek, anak bangsawan ha

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Perpisahan

    Sesampainya mereka ke istana. Meira menyediakan perlengkapan untuk Lais. Seperti kamar, pakaian, mainan dan makanan karena kebetulan mereka baru pulang dari perjalanan. "Wah, bangunannya besar sekali. Dimana rumah kita, bu?" Tanya Lais penasaran. Sedari tadi yang ia lihat hanyalah bangunan besar dan megah dengan halaman yang luas. "Bu, kita tidak boleh masuk sembarangan. Ini adalah rumah ratu!" Pinta Lais dengan polos.Meira yang mendengar itu tersenyum kecil. Anak itu sangat ketakutan masuk ke wilayah istana. Namun, Meira tetap saja menuntun Lais masuk. "Tak apa apa! Kita masuk saja. Ratu tak akan marah karena dia orang baik," Lais mengangguk mendengar tuturan Meira. Ia semakin mengeratkan genggamannya pada ibu barunya. Semoga hal ini adalah awal yang positif. "Rodiah, Naomi!" "Ada apa, Yang Mulia?"

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Seperti Aku

    Gerimis dari semalam belum usai. Pagi yang sedikit gelap. Dedaunan yang tertiup angin pun bisa terdengar. Gerimis tapi angin kencang. Suara petir pun juga turut andil dalam kekacauan kecil di pagi hari. Seorang wanita masih meringkuk di balik selimut. Udara yang dingin tak mendukungnya untuk bangkit dari tempat tidur.Tok..tok..tok.. Dayang masuk untuk menyediakan perlengkapan mandi Ratu mereka. Tak hanya itu, mereka juga menyediakan sarapan, karena mereka yakin Meira tak akan makan di ruang makan. "Selamat pagi, nona. Pagi sudah menyongsong. Apakah nona tak mau bangkit untuk sekedar minum teh?" Rodiah masih berdiri menunggu Meira bangun. Tak butuh waktu lama , Meira akhirnya bangkit juga. Ia meregangkan badannya agar tidak lemas. Matanya masih sulit dibuka. "Letakan saja. Kalian tunggu di luar. Aku akan mandi setelah memakan sarapan ini," "kalian bersiaplah kita akan pergi mengelil

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Vartan

    Meira menempis tangan Vartan lembut. Vartan pun memberikan tatapan bertanya. Seolah Meira paham, ia pun memberikan jawaban."Aku takut,""Aku takut, suatu hari nanti kau seperti Hesa. Dia bilang akan menikahiku, tapi ia lebih memilih menikah dengan Tera,""Walaupun gagal juga, tapi hatiku tetap sakit!" Jelas Meira.Sebenarnya, ia tak mengenal Hesa. Namun, ia harus paham kondisi agar tak ketahuan kalau ia adalah reinkarnasi. Tapi, keadaan Meira dan Clarissa benar benar sama. Sehingga rasa sakitnya pun sama rasanya."Aku tak akan pernah sama dengannya," ucap Vartan."Aku tahu. Tapi untuk menghilangkan rasa sakit itu perlu waktu untuk membuka hati lagi," Meira berdiri untuk mengambil apel yang sedari tadi menarik perhatiannya. Sejenak, ia memakannya sebelum melanjutkan pembicaraan ini."Aku mengerti, tapi sampai kapan? jujur aku ingin menyerah. Aku lebih banyak berjuang. Mencarimu ke penjuru negeri, mengikutimu kemanapun pergi, mel

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Bocah Berkucir Dua

    "Ayo, berbaris ya anak anak! yang rapi. Kalau nggak rapi, Ratu gak bakal ngasih roti enaknya!!" perintah Meira pada anak anak yang kumuh."Yey..." anak anak itu berbaris dengan rapi. Mereka terlihat ingin memakan roti yang dibawakan Meira.Meira pun membagikannya kesatu persaru anak yang ada. Tak lupa ia memberikan belaian pada anak anak itu."Terimakasih ratu cantik. Semangat bekerja, ya!" Anak berkucir 2 itu memeluk Meira. Meira yang merasa ketinggian pun berjongkok untuk mensejajarkan tingginya."Pasti," Meira memberikan permen pada anak itu dan meletakan salah satu jarinya di bibir."ssssttt, jangan beritahu siapa siapa! ini rahasia kita okee!" Meira memberikan kedipan di mata kirinya pada anak itu sementara anak itu membalasnya dengan mengedipkan semua matanya. Mungkin, ia tak bisa berkedip."Ratu! Jangan sering menyimpan sesuatu untuk sendiri! Berbagilah! Mungkin sangat sulit namun kita akan lega setelah melakukannya!" .Setelah

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status