Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan. Akhirnya Felix dan Peter sampai juga di klinik hewan milik dokter Nelson.Felix ke luar dari dalam mobil dengan penuh rasa emosi. Dia membanting pintu mobil dengan sangat keras lalu masuk ke dalam klinik itu dengan setengah berlari.Felix terus saja masuk ke dalam klinik itu. Dia tidak lagi mempedulikan para perawat yang menyapanya. Dirinya ingin segera bertemu dengan Mopi. Tidak ada yang boleh menghalanginya kali ini. Peter dengan setia menemani Felix memasuki klinik itu. Dia benar-benar sigap kali ini. Karena sejak ke luar dari dalam mobil tadi, cara Felix berjalan tidak seperti biasanya tegap dan lurus, memandang ke depan. Tapi kali ini Felix berjalan terhuyung-huyung dan sempoyongan, seperti orang yang sedang mabuk minumam beralkohol. Sang atasan sangat syok atas kematian Mopi, anjing kesayangannya.Sampai akhirnya Felix tiba di sebuah ruangan. Dia dapat melihat tubuh kaku Mopi yang telah di balut dengan kain putih panjang. Mungkin
"Cyra Alesha! Kamu akan merasakan akibatnya!" teriaknya keras dari dalam hatinya.Namun satu sisi lain di hatinya tiba-tiba saja merindukan istrinya. Felix ingin bersamanya saat ini. Dia ingin berbagi kesedihannya bersama Cyra. Akan tetapi Felix ingat betul jika Mopi mati karena istrinya.Tiba-tiba rasa amarah mulai bangkit dari dalam jiwanya. Beberapa rangkaian balas dendam mulai bermunculan dari dalam otaknya saat ini.Sementara Asisten Peter terlihat sedang menelepon seseorang untuk memastikan sesuatu.Asisten Peter"Apa? Jadi kalian menemukan petunjuk apa pun? Jadi untuk apa saya membayar Anda dengan sangat mahal?"Detektif "Maaf, Asisten Peter. Kami telah melakukan penyelidikan yang sangat detail. Akan tetapi tidak ada informasi yang berarti. Sepertinya ada orang besar yang bermain dibalik semua ini."Asisten Peter"Ada orang besar katamu?"Detektif"Tepat sekali, Asisten Peter. Sepertinya orang ini memilliki koneksi besar. Mungkin sepadan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Tuan
Tiba-tiba petir menyambar, angin mulai bertiup agak kencang. Langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Rintik hujan mulai berjatuhan di bumi. Dengan sigap, Asisten Peter segera meraih kendi yang berisikan abu Mopi dan menyembunyikannya di balik bajunya agar tidak terkena air hujan. Setelah itu dia pun mencoba berkata kepada Felix,"Tuan Muda, sepertinya hujan akan turun lebih deras lagi. Sebaiknya kita pulang dulu," tukasnya kepada sang atasan.Namun Felix serasa tak peduli. Dia terus saja menangis dan mulai merasakan kesepian yang mencekam jiwanya. Menyadari akan hal itu, Asisten Peter segera berlari menuju ke tempat di mana mobil sedang di parkir. Dia segera meletakkan kendi di dalam mobil. Setelah itu sang asisten mengambil payung lalu kembali ke area pemakaman.Asisten Peter lalu memayungi Felix. Namun hujan semakin deras saja. "Tuan Muda, maaf. Saya harus membawa Anda pulang. Cuaca semakin buruk, hal ini bisa saja berdampak dengan kesehatan Anda." Setelah be
"Deri songong! Lo ledekin gue, hah?" hardik Charles tak suka kepada sikap sang asisten yang menertawakannya."Sa ... saya mana berani dengan Anda, Tuan Muda," seru Deri lalu memberikan setelan jas baru untuk atasannya."Buang jas itu!" ketus Charles lalu mencampakkan bajunya yang tadi dipenuhi kotoran burung."Baik, Tuan Muda." Namun Deri bukannya membuang baju Charles itu. Dia malah menyembunyikan dengan seksama."Si Bos mah, main buang saja. Setelan jas ini kan, mahal harganya. Tinggal aku bawa ke tempat laundry. Sudah bersih kembali dan masih sangat layak untuk dipakai!" gumamnya dalam hati."Dasar burung sialan! Berani-beraninya mengotori pakaianku!" umpat Charles."Deri! Berikan aku satu senapan angin!" perintahnya kepada sang asisten."Senapan angin?" tanya Deri tak mengerti."Iya Deri songong! Jangan pura-pura bloon Lo!" kesalnya lagi."Ta ... tapi untuk apa senapan angin di area pekuburan ini, Tuan Muda?" tanya Deri tak mengerti maksud dari atasannya."Gue mau berburu anak Kun
Sesampai di lantai bawah, Puspa bertemu dengan Nyonya Mili dan dokter Alya yang kebetulan sedang duduk santai di ruang keluarga rumah itu. Beliau pun menanyakan bagaimana keadaan menantunya kepada sang ART."Puspa, bagaimana keadaan Cyra. Apakah dia banyak makan?""Maaf, Nyonya. Nona Cyra makannya hanya sedikit saja. Nona mengatakan jika dirinya sedang tidak berselera untuk makan." tutur Puspa. Lalu melanjutkan langkahnya untuk mengambil segelas air putih untuk Cyra."Dokter, bagaimana ini? Menantu saya makannya sangat kurang. Apakah itu tidak apa-apa?" tanya Nyonya Mili masih saja khawatir tentang keadaan menantunya. "Sepertinya saya harus menginfus Nona Cyra dengan cairan nutrisi, Nyonya. Agar lebih cepat pulihnya. Tapi saya menunggu perawat dari rumah sakit yang sedang dalam perjalanan menuju ke sini," tukas sang dokter.Sementara di ruang kerjanya, Tuan Doni sedang menghubungi beberapa orang suruhannya untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang menabrak Mopi. Namun dari beberapa o
Setelah mengetahui menantunya telah tidur. Mami Mili pun mulai ke luar dari kamar itu. Namun sebelumnya, dia memerintahkan kedua perawat itu untuk menjaga Cyra dengan baik malam ini."Suster, tolong kalian jaga menantu saya, ya? Kalau ada apa-apa segera hubungi Puspa atau saya," tuturnya."Siap, Nyonya. Dokter Alya juga telah berpesan tadi, jika terjadi sesuatu kepada Nona Cyra. Kami harus segera menghubungi dokter," sahut salah satu dari perawat itu."Anda tidak perlu khawatir. Nona Cyra telah menjadi tanggung jawab kami malam ini," ucap suster yang lain."Kami akan bergantian untuk menjaga Nona Cyra, Nyonya." sergah sang perawat."Terima kasih, suster. Saya lega mendengarnya.""Sama-sama Nyonya." Lalu Nyonya Mili benar-benar ke luar dari kamar sang menantu.Di luar kamar, Puspa yang dari tadi berjaga di depan pintu kamar Cyra segera bertanya kepada Nyonya Mili mengenai keadaan sang nona muda."Nyonya, maaf izin bertanya. Bagaimana keadaan Nona Muda sekarang?""Cyra akhirnya tidur ju
Mobil mulai memasuki area dalam vila. Setelah mobil terparkir sempurna, keduanya pun ke luar dari dalam mobil.Asisten Peter dengan wajah yang sangat garang menatap ke arah Shiro karena memaksa untuk menerobos masuk ke dalam vila itu."Hei, Bro! Ada apa dengan wajahmu?" sapa Shiro sambil tersenyum sinis ke arah Peter."Kenapa Anda menerobos masuk Shiro?" ketus Peter tak suka."Maaf Peter, saya terpaksa melakukannya karena anak buah Anda yang sok jagoan! Lagian semua ini atas perintah dari Tuan Doni," tutur Shiro menjelaskan."Asisten Peter, Felix berada di mana. Saya ingin segera menemuinya," ucap Nyonya Mili kepada orang kepercayaan sang putra."Tuan Muda dalam keadaan sehat, Nyonya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," sahut Peter bijak."Seperti itu kah? Apakah benar begitu." Nyonya Mili seakan tak percaya dengan omongan Asisten Peter."Iya, Nyonya. Seperti yang saya katakan tadi semua dalam keadaan aman dan terkendali," jawab sang asisten.Sepertinya Asisten Peter tetap tidak meng
Seminggu telah berlalu Nyonya Mili sangat bahagia akhirnya dia mendengarkan kabar dari Asisten Peter jika kondisi putranya telah stabil. Mami Mili tetap mendapatkan laporan rutin dari sang asisten tentang perkembangan putranya.Sementara Cyra juga mulai menikmati hari-harinya, tinggal di rumah mertuanya yang sangat baik kepadanya. Atas izin kedua mertuanya, Cyra telah mulai berkuliah kembali. Hanya saja selama dirinya berada di kampus. Beberapa bodyguard rahasia tetap berjaga-jaga di dekatnya tanpa diketahui oleh siapa pun. Hal ini dilakukan atas perintah Tuan Doni. Untuk melindungi menantunya jika sang putra ingin menyakiti Cyra. Namun telah beberapa hari dia mulai berkuliah, tapi kondisi tetap aman dan kondusif.Kabar tentang Cyra telah kembali masuk kuliah akhirnya terdengar juga di telinga Felix. Tentu saja dia marah atas tindakan ayahnya yang memberi izin istrinya ke kampus.Akan tetapi Felix tidak dapat berbuat apa-apa saat ini. Namun dia telah menyuruh Peter agar mencari ora