Share

MAYSA DAN ARLESA

Maysa memohon, dia bersujud di hadapan Arlesa. Meminta kehibahan pangeran terhadap dirinya. Namun pangeran itu hanya berdiam diri, dia memikirkan cara agar dapat mengeluarkan Maysa dari kerajaannya.

"Kamu istirahat saja dulu. Saya akan keluar mencari cara agar kau bisa pulang besok," ucap Arlesa.

Dia meninggalkan Maysa seorang diri, di kamar pribadi Arlesa yang begitu mewah Maysa takut untuk bergerak. gadis kecil berkulit putih itu hanya diam di tempat, berharap Pangeran Arlesa cepat kembali.

"Aku ingin pulang, Bu." Lirih Maysa memeluk erat boneka  beruangnya.

Pangeran Arlesa menuju ke istana utama, saat memasuki lorong kecil, dia melihat prajurit baginda raja telah memasuki gerbang dengan suara teriakan kemenangan.

Tampaknya Wandara kali ini sudah melumpuhkan musuh dari dunia seberang. Siapapun itu atau bahkan dari kerjaan mana pun, takkan bisa mengalahkan kekuatan prajurit Wandara terlebih lagi panglimanya yang kekuatannya setara lima kuda jantan.

"Pangeran," ada yang memangilnya.

"Ada apa?" tanyannya.

"Pangeran di panggil oleh tuan yang mulia raja." Jawab pengawal istana itu.

Istana Kerajaan Wandara sangat modern, mereka bukan kerjaan yang menganut budaya pada suku tertentu. Sehingga Wandara penuh kecanggihan teknologi berada di era yang jauh dari dunia kita.

Ada banyak teknologi yang mereka sudah ciptakan, salahsatu di antaranya ialah telpon genggam mereka sudah tak butuh listrik lagi hanya di diamkan beberapa saat, ponsel sudah kembali normal terisi. Kendaraan yang bisa mengemudi sendiri, sisa memasukkan arah tujuan kita ke perangkatnya maka mobil itu akan mengantarkan sesuai tujua, kendaraan itu mengetahui  jarak kendaraan lain di sekitarnya agar menghindari kecelakaan. Bahkan mereka sudah menciptakan pesawat mini untuk kenadaraan mereka setiap hari.

Di Wandara, ada beberapa agama yang di anut penduduknya, sebagian besar dari mereka memeluk agama muslim, di karnakan Raja Garsan juga seorang muslim yang taat.

Pangeran Arlesa menaiki lift, niat ingin bertemu Ibundanya tetapi panggilan Raja Garsan harus ia penuhi terlebih dulu.

Para pengawal memberi hormat pada Arlesa yamg saat itu ingin memasuki ruangan Raja Garsan. Di dalam  White Room Ayahnya sudah menunggu, Arlesa mengucap salam.

"Ayah, ada apa memangil saya?" tanyanya.

"Sini, kamu duduk dulu, Nak." Ujar Ayahnya.

Arlesa duduk di samping Raja Garsan, ayahnya memegang kotak yang berisikan pesan Raja-raja sebelum dia.

"Ini pesan lelehur kita, Nak. Kelak ketika dewasa kamu baru bisa membukanya. Ini hanya untuk kamu, jangan sampai kakak-kakakmu yang lain tahu soal ini." Ujar Raja Garsan.

Arlesa mengambil kotak terbuat dari perak itu lalu dia berkata.

"Arlesa akan menyimpannya, Ayah." Sahutnya.

Arlesa adalaha anak bungsu dari istri ketiga Raja Garsan yang bernama Ratu Risani. Sementara ke ketiga putra lainnya semua dari Istri pertama bernama Ratu Flora dan Ratu Indara.

Ada banyak yang ingin ia ceritakan pada Arlesa, namun karna lelah yang menggerogotinya, Raja Garsan mengurungkan niat.

"Kamu keluarlah, Nak. Ayahmu ini butuh istirahat." Ucapnya.

Arlesa keluar dari ruangan pribadi Ayahnya sambil menenteng kotak perak. Kali ini dia ingin menuju ke tempat Ibunya, Ratu Risani. Arlesa ingin meminta bantuan agar anak gadis yang ia temukan bisa kembali ke dunianya.

Di depan pintu kamar Ratu Risani, Arlesa mengucapkan salam, seketika pintu itu terbuka dengan sendirinya sebab pintu kamar Ratu Risani hanya bisa terbuka dengan cara mendeteksi sidik jari, bagi siapa saja yang ingin masuk, termasuk pula sidik jari anaknya, Arlesa.

"Arlesa, masuk sayang." Seru Ratu Risani yang masih sibuk menyulam kain.

Kesibukan itulah yang setiap hari ia lakoni, hidup di istana kerajaan yang megah dengan di siapkan puluhan pelayan, buat dirinya jenuh, wanita yang ketika kecil beranjak dewasa terbiasa hidup sederhana itu sangat merindukan suasana pedesaan yang pernah ia tinggali bersama kedua orangtuanya.

"Ibu, Aku ingin meminta pertolongamu." Ucap Arlesa.

"Apa seorang ibu rela tidak menolong anaknya? hm?" sahut Ratu Risani yang masih sibuk menyulam.

"Ibu, ada anak perempuan seumuranku yang masuk di Wandara."

Ratu Risani tersentak, dia menatap Arlesa dengan mimik wajah terkejut.

"Anak perempuan yang berasal dari dunia seberang?" tanyanya.

"Iya, Bu. Dia ingin pulang. Ayo kita bantu. Kasihan kalau dia sampai di ketahui  bunda ratu yang lain."

Ratu Risani membereskan alat-alat sulamannya, dia meminta Arlesa untuk mengantarkan keberadaan gadis kecil yang di ceritakan oleh anaknya.

"Dia ada di ruangan pribadi kamu?" tanya Ratu Risani yang mengikuti langkah Arlesa.

"Di belakang Istana, Bu. Itu ruangan rahasia yang aku suruh buat ajudanku bulan yang lalu." Kata Arlesa yang mempercepat langkahnya.

Setelah sampai di depan ruangan yang terbilang sangat rahasia untuk Arlesa, ruangan itu hanya dia seorang yang mampu membukanya, lewat pendeteksi retina matanya, pintu itu akan terbuka dengan secara pasrah.

Saat pintu terbuka, di dalamnya terlihat Maysa sedang berbaring menekuk kedua kakinya, wajahnya masih sama seperti yang di tinggalkan oleh Arlesa, menangis ingin kembali ke dunia yang semestinya, bertemu ibu dan adiknya.

Ratu Risani menghampiri.

"Namanya siapa?" sang ratu mencoba menjalin keakraban.

"Maysa." Sahut gadis kecil itu yang ketakutan.

"Jangan takut, Nak. Bibi bukan orang yang jahat. Bibi ibunya Pangeran Arlesa."

Maysa memperhatikan cara berpakaian Ratu Risani yang sangat mewah, baju putih panjang hingga emas dan berlian jadi perhiasan sehari-hari wanita yang berambut ikal itu.

Ratu Risani mengajak Maysa duduk di sofa, melihat anak gadis kecil itu, dia mengingat masa silam saat kejadian yang sama menimpanya, begitu ketakutan, dan kebigungan hingga dia bertemu dengan seseorang yang baik, yaitu mendiang Raja Al chamy.

"Untuk sementara kamu tinggal disini dulu, kami akan melayani Maysa dengan baik. Jangan takut, ya. Kami bukan orang jahat. Saya dan Arlesa berusaha mengeluarkanmu dari sini." Jelas Ratu Risani.

Di antara Ratu yang lain, dialah yang lebih memiliki hati yang lembut, sehingga dia sosok yang sangat special di mata Raja Garsan.

"Bibi juga sama sepertimu." Lanjut Sang ratu.

Arlesa menyerngit dengan apa yang ia dengar dari ibunya.

"Maksud, Ibu?" tanyanya.


"Kelak Arlesa akan tahu, untuk sekarang kita cari solusi agar Maysa bisa kembali pulang. Pasti orangtuanya sedang mencarinya."

Entah mengapa, Maysa begitu luluh dengan sang ratu sehingga dia meraih tubuh ibu Arkesa tersebut ke dalam pelukannya.

"Aku ingin pulang." Pintanya.

"Kenapa kamu bisa masuk.ke Wandara? Pintu dimensi tidak bisa terbuka selain orang-orang yang memiliki kemampuan lebih." Tanya Ratu Risani penasaran.

Maysa pun tak tahu, dia mencoba menceritakan awal mulanya bisa menembus dimensi tak kasat mata Kerajaan Wandara yang terbesar di Asia.

"Aku mendengar suara ayahku di balik cahaya pilar sangat tinggi, tapi saat aku masuk, aku hanya melihat orang yang sedang berperang."

Ratu Risani tertegun, nampaknya yang di lihat gadis kecil itu adalah perkampungan seberang yang banyak menyimpan gundukan emas dan berlian di setiap gundukan tanahnya. Tetapi, mengapa Maysa mendengar suara ayahnya, mungkinkah ayahnya juga seorang penghuni wandara? batin Ratu Risani bertanya-tanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status