Maysa sudah mau lahiran, ada tiga bidan yang datang di bawa oleh Jeval. Pria berwajah oriental itu mendampingi Maysa, tangannya begitu setia mengusap keringat Maysa yang sedang berjuang melawan sakit karena kontraksi.
"Pak punggung istrinya di usap-usap," kata bidan itu yang mengira Jeval adalah suami Maysa.Jeval mengusap-usap punggung Maysa. Anak bu Rohma itu tak henti merintih kesakitan. "Sakit Kak," keluhnya."Iya sayang, aku tahu itu, kamu kuat ya," kata Jeval memberi motivasi.Bidan megeceknya, sudah pembukaan lengkap, ketiga bidan itu segera bertindak, bayi Maysa sudah di ujung pintu. Maysa berjuag mengedan sekuat tenaga hingga akhiranya bayi mungilnya menggelundung bebsa keluar dari pintu dunia.Tangis Maysa menyatu dengan tangisan haru Jeval. Keningnya di ciumi oleh Jeval. Dia seperti seorang suami yang mendampingi istrinya lahira. Anak Maysa lahir berjenis kelamin perempuan, bayi mungKamu kembali ke wandara," pinta Maysa pada Arlesa."Tidak, aku akan tetap disini, sampai kamu ikut denganku, kita kembali ke rumah kita di kota," ujar Arlesa kukuh."Terserah, aku ingin masuk," Maysa menutup pintu itu. Dia menahan rasa sakitnya. Dari hatinya dia tak sanggup melihat Arlesa demikian. Tapi, ada seseorang yang lebih penting untuk ia jaga perasaanya, dia Jeval. Maysa berlari ke kamar untuk menemui Jeval."Sini aku obati," kata Maysa membersihkan darah dari luka-luka di wajah Jeval."Kamu akan meninggalkanku?" tanya Jeval.Maysa hanya diam. Dia masih tetap membersihkan luka itu."Maysa, kita akan menikah, 'kan?" tanya Jeval lagi.Maysa menyedukan wajah lagi. "Apa aku terlihat sangat istimewa di matamu?" tanya Maysa kembali."Hampir satu tahun kita bersama, apa itu belum cukup membuktikan?"Maysa tergugu. Iya, Jeval sudah menjadi pria yang bertanggung jawab di matanya.
Arlesa mulai menggenjot tubuh Maysa.. Suara desahan ibu Inara itu mulai rutin terdengar merdu. Membuat Inara terbangun dari tidurnya . Arlesa beranjak melihat Inara di ranjang bayi, ini pertama kalinya dia melihat Inara, begitu lucu dan cantik. Karena permainannya belum selesai, Arlesa membawa Inara ke atas ranjang lalu meletakkan di samping Maysa. Mata Inara terbuka lebar saat itu. Melihat kedua orangtuanya bertelanjang bulat. Arlesa kembali memasukkan benda pusakanya, dia mulai menghantam tubuh Maysa dengan kenikmatan. Inara yang merasakan guncangan kasur itu tertawa tanpa suara, dia seperti merasa di permainkan oleh ayahnya. "Hei, anak cantikku tertawa," ujar Arlesa berhenti sejenak. Maysa senyum pada putrinya pula. "Lihat ibumu Inara, katanya dia membenci ayahmu, tapi dia menikmati tubuh ayah malam ini," canda Arlesa. Maysa membuang wajahnya. Dia berusaha menahan senyumnya. "Kita mulai lagi sayang, aku
Seminggu menginap di rumah ibu dan ayahnya. Kini giliran wandara untuk mereka kunjungi. Arlesa membawa anak dan istrinya meyeberang dimensi. "Biar aku yang gendong Inara, jangan sampai mata Inara silau," kata Arlesa yang siap menyeberang dimensi bersama Maysa dan Inara. Setelah melewati pintu ke sembilan, untuk pertama kalinya Inara berada di Negara kekuasaan kakeknya, Raja Garsan. Mereka di jemput oleh pengawasan ajudan. Setibany, Arlesa masuk di istana dengan bangga menggendong buha hatinya memperlihat kepada keluarga kerajaan. "Selamat datang putri wandara .." sambut Ratu Indara. "Cucu wandara pertama," timpal Ratu Flora mencium Inara. Ratu Risani tak bisa berkatakata lagi. Dia hanya bisa terharu melihat menantunya bisa kembali membawa cucunya. "Maysa, bunda rindu sekali nak," kata Ratu Risani memeluk Maysa. "Maafkan saya Bunda, bukan menantu yang baik untuk bunda dan ayah, saya mala
Maysa sedang mengajak main Inara di halaman istana. Sepulang dari Kantor Kerajaan, Arlesa datang menyambanginya. "Sudah jalan-jalan anak ayah?" tanya Arlesa pada Inara. Arlesa melonggarkan dasinya. Dia duduk samping Maysa di kursi taman istana. Ada sesuatu yang ia beli untuk Maysa. Itu adalah sebuah tas jinjit pesta berwarna biru. "Ini hadiah untuk kamu," kata Arlesa. "Hadiah apa sih? semua tas yang kamu belikan kemarin belum ada yang aku peke," imbuh Maysa. Dia memang tidak suka berpenampilan glamour ala-ala peremaisuri kerajaan seperti Kaluandra. Style istri Foland itu kadang jadi kiblat fashion di kaum perempuan wandara. "Ini kami pakai untuk pesta rakyat besok kita akan sama-sama kesana, juga bawa si cantikki Inara, ya nak, kita besok ke pesta rakyat sekaligus mengumumkan kelahiranmu," ujar Arlesa mencium-cium hidung mungil Inara. Maysa hanya mengangguk. Dia hnaya bisa menerima itu, meski di
Dua hari kemudian ..Arlesa mengadakan rapat dengan para rektor selurus kampus di wandara. Dia bahkan membawa Maysa dan Inara ikut serta kedua baby sitter yang selalu tetap di samping Maysa.Maysa dari dulu tertarik tentang sastra, dia ke lantai tiga menuju ke perputakaan di gedung itu, kedua pengasuh Inara juga mengikutinya. Di dalam perpustakaan banyak mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas."Kalian duduk ya disini, aku mau cari buku dulu," ujar Maysa pada pengasuhnya.Dia mulai memilih-milih buka di rak, setelah mendapat yang membuatnya tertarik, Maysa lansung ke arah pengasuhnya yang sedang menggendong Inara."Hei, cantik, kalau kamu besar, rajin baca buku ya," ujat Maysa.Namun ada suara dari belakang menyapanya. Itu Dalisah yang sejak tadi memang mengikuti mereka. Maysa menyipitkan mata, dia belum sepenuhnya menghafal wajah mantan istri kedua suaminya itu'Ah, dia Dalisah,' lirih Maysa dalam
Kaluandra kecewa karena Jeval menolak penawarannya. Foland dan Ratu Flora menghela nafas, dia tahu Jeval menolak itu karena cintanya pada Maysa. "Jika kau menolak, apakah kau sudah punya pilihan sendiri?" tanya Raja Garsan. Jevel melirik sejenak ke Maysa. "Dulu, tapi kami membatalkan pernikahan itu," sahutnya sembari mengunyah. Maysa bergetar. Itu sindiran kecil untuknya. Ya, masih wajar bila Jeval sedih dan kecewa, harapannya pupus dua kali dari wanita yang sama. "Kenapa batal?" tanya Rexa. "Aku sudah selesai makannya, aku pamit ke kamar," pamit Jeval meninggalkan deretan pertanyaan yang di berikan untuknya. Raja Garsan mengeleng. Dari dulu, Jeval memang anaknya yang sulit di tebak perasaannya. Bahkan saat merencanakan ingin menikah pun, keluarganya tak ada yang mengetahui itu. Maysa di gelayuti rasa tak enak hati. Sulit berada di posisinya, di harapkan oleh dua pria yang bersaudara.
Shera terkejut dengan pengakuan Gala yang pernah ke wandara. "Kamu pernah ke wandara?!" "Iya, disana Negara yang sangat megah, jika ada kesempatan kita kesana," sahut Gala. Shera tergugu lagi. Gala belum tahu bahwa Shera dan keluarganya buronan di wandara. Kasus pengkhianatan ayahnya dan pemerkosaan yang terjadi padanya belum juga Gala ketahui. Dia menatap lekat Gala. Shera mengurungkan niat untuk jujur. Ia yakin, pacarnya itu tidak mungkin menerima kenyataan semua sama lalunya. "Kamu kenapa, Shera? hem?" usapan lembut pipi di layangkan oleh Gala. Shera malah mengunci mulut. "Ada apa dengan wandara? hem? sayang ..kamu kenapa sih?" Gala memeluk Shera. Dia melihat ada kekhawatiran di wajah pacarnya. "Shera ..aku sayang kamu, jujur saja apa yang kamu ingin katakan, aku janji tak ada yang merubah perasaanku pada kamu," ujar Gala. Shera menarik nafas. Dia
Gala masih terdiam. Dia belum mengerti apa yang di maksud oleh kekasihnya itu. Bahkan Shera selalu membahas masa lalu yang tidak ingin ketahui. "Sayang, aku menerima kamu apa adanya, aku mencintai Shera, apapun jenisnya," ucap Gala penuh tulus. Shera terenyuh.Wajah mereka kian mendekat. Dengan cekatan keduanya saling berciuman, lakon ini kedua kalinya mereka lakukan. Tapi Shera tersadar, ada yang harus ia ungkapkan pada Gala. Dia keluar dari mobil, cara menghindar agar perasaan Shera mengenyahkan nafsunya. Gala menyusul keluar, dia belum selesai dengan luapan cintanya lada Shera. "Hem, sayang, kamu kenapa keluar? aku tidak nyaman di dalam mobil?" tanya Gala. "Dengar aku, Gala. Aku Shera, yang lernah menculik Maysa, kakakmu .." ungkap Shera sembari memegang kedua tangan Gala. Gala terperanjat. Wajahnya tanpa ekpresi."Maksudnya, kamu anak panglima itu?" tanya Gala. "Iya, ak