"Kemana kita?" tanya Bagus.
"Kita langsung pulang," jawab Alena yang masuk ke dalam mobilnya di kemudikan Bagus menuju rumah.
Ketika Alena yang sedang santai di depan rumahnya menikmati pemandangan langit di temani segelas kopi, tiba-tiba handphonenya berbunyi.
"Ada apa Kapten?," Tanya Alena mengangkat telpon dari Kapten Japar.
"Ini sangat aneh, dari benda yang di temukan di lapangan tidak di temukan sidik jari, begitu juga dengan bekas kaki tim belum bisa mengidentifikasinya," Jawab Kapten Japar dari seberang.
Mendengar penjelasan Kapten Japar yang tidak masuk akal Alena menarik napas panjang bingung dengan keadaan yang di hadapi.
Dia juga sudah menyusuri kasus itu secara gaib, namun seperti ada kekuatan yang menutupi penglihatannya supaya tidak menembus ke kuatan gaib yang melibatkan kasus itu.
Sewaktu menerawang kejadian itu tiba-tiba HP Alena berbunyi lagi, ketika selesai memyambut panggilan itu Alena menutup telpon.
Alena tidak menghiraukan apa yang di katakan Bagus, dia hanya menatap orang tua yang duduk di kursi belakang mobil."Paman Dewa Pengelana, aku yakin bukan kebetulan kalau paman menemui kami di sini!" Alena berseru kepada lelaki tua itu, Bagus yang mendengarnya hanya bingung."Hehehe.... Ternyata kamu cukup jeli juga," Orang tua itu berkata kepada Alena.Tubuh orang tua itu tiba-tiba di selubungi dengan kabut pekat, ketika kabut yang menyelubungi tubuhnya hilang di bangku mobil telah duduk satu sosok tampan dengan badan tinggi besar.Melihat lelaki tinggi besar itu Bagus yabg merupakan jelmaan Jin itu, langsung menginjak rem ingin bersujud kepada dewa itu."Jin, tak perlu kamu bersujud jalankan saja terus mobil ini," Tegur Dewa Pengembara kepada Bagus."Baik tuan dewa," Jawab Bagus yang terus menjalankan mobilnya."Paman, aku yakin pertemuan ini bukan kebetulan pasti ada sesuatu sehingga paman menemuiku," Alena berkata kep
"Baguss….?" Teriak Alena memecah pagi membuat Bagus yang sedang memperhatikan orang lewat menjadi kaget dan tersentak.“Ada apa?!” Tanya Bagus sambal menekan rasa kagetnya."Apakah mungkin mungkin kamu mengenal pelaku pembunuhan yang sedang kita hadapi ini?" tanyaAlena menatap tajam Bagus."Maksud Non siapa?" Bagus Balik bertanya karena bingung."Apakah kamu tidak melihat tanda-tanda pembunuhan yang di lakukan ini berikut dengan bukti yang didapat di lapangan, ini menunjukan musuh yang kita hadapi berasal dari alam kamu," Alena berkata dengan pandangan mata yang tidak di alihkan dari Bagus."Aku juga sudah menduganya ke sana namun yang membuat aku bingung bagaimana dia keluar dari alam kami kecuali....." Bagus nampak ragu meneruskan kata - katanya."Kecuali apa?" Cecar Alena."Kecuali ada dukun yang mengikat sumpah dengannya melalui darah, aku harus menyelidiki ini cara menghancurkannya hanya melalui orang y
Malam datang sangat cepat melingkupi Kota Palembang, setelah lepas magrib sebuah mobil meluncur santai menuju ke arah wilayah yang ada di luar kota Palembang bernama Sako Kenten.Begitu melewati wilayah Sako Kenten mereka keluar dari jalan besar sekarang memasuki jalanan yang berbatu. Berapa kali badan mereka terhempas bantingan mobil yang melewati jalanan berbatu itu."Masih lamakah tempat yang di tuju?" tanya Bagus kepada Kapten Japar memecah kesunyian."Berdasarkan informasi habis desa ini kita akan memasuki desa tempat dukun itu berada," jawab Japar dengan suara bergetar karena tegang.Jalanan yang mereka lewati belum tersentuh aspal, jalanan ini masih terbuat dari tanah yang di kasih kerikil sebagai pengerasan hal ini menunjukkan kalau mereka sudah jauh berada di luar kota Palembang.Laju mobil tidak bisa cepat, Bagus mengemudikan mobil deng
Alena menoleh kepada Bagus yang ada di belakangnya bersama dengan Japar. "Bagus bersiap membantu tapi jangan lupa Japar harus selalu di samping kamu," Alena berkata kepada Bagus "Iya, aku akan selalu siap membantu," jawab Bagus sambil menganggukan kepalanya matanya sekilas melirik Japar yang bingung. "Bagaimana kalau kita tidak selamat?" tanya Japarpenuh ketakutan. "Maka selamanya kita akan berkubur di dalam alam ini," jawab Bagus sambil menyeringai kepada Japar. Mendengar Jawaban Bagus membuat Japar semakin ketakutan, perlahan Makhluk tinggi besar berwarna hijau di hadapan mereka mulai bergerak. Melihat makhluk itu bergerak Japar semakin merasakan ketakutan dia makin mengkeretkan badannya di samping Bagus. "Hoooaaammm.... Aku mencium bau bidadari dan Jin yang membuat tidurku terganggu," makhluk itu bangkit dengan bad
Alena yang sedang santai tiba-tiba kaget begitu bagus dengan kekuatan jinnya tiba-tiba muncul di samping Alena dengan membawa kertas fotocopy yang sangat tebal."Apa yang kamu bawa?" tanya Alena yang kebingungan melihat tingkah Bagus."Ini kasus pemerkosaan yang menghebohkan di koran kemarin," jawab Bagus santai."Untuk apa? dan kamu dapat dari mana?" tanya Alena lagi dengan bingung."Tadi aku menemui Kapten Japar, aku bilang kamu menyuruhku bertanya mengenai kasus ini, makanya dia memberiku fotocopian mengenai kasus ini supaya di berikan kepada kamu," Jawab Bagus dengan enteng.Alena geleng-geleng melihat kelakuan yang Bagus tunjukkan."Dasar jin sontoloyo," Geram Alena melihat kelakuan Bagus.Namun gerakan tangannya yang ingin menjitak kepala Bagus dia hentikan karena melihat keseriusan Bagus meneliti halaman demi halaman tentang lapora
Melihat tangan besar itu muncul Alena segera meloncat mundur menjauh dari jangkauannya. Suara gemboran marah juga tidak dia perdulikan dia hanya menatap tajam menuju gerbang itu yang akhirnya hilang secara sempurna. Walaupun gerbang itu sudah hilang secara sempurna dari pandangan matanya namun Alena tetap berdiri di sana. "Kenapa kulitnya berbeda, suaranya juga berbeda sementara gerbang itu aku yakin merupakan gerbang kerajaan yang dia punya atau... ahhh sudahlah," batin Alena. Kemudian dia mengajak Bagus kembali ke mobil, melihat Alena hanya berdiam Bagus tidak bertanya apapun dia tahu kelakuan majika bidadarinya ini, dengan cepat Bagus langsung duduk di kursi sopir. "Kenapa bengong non?" tanya Bagus sambil mengemudikan mobil. "Tidak apa-apa aku hanya memikirkan gerbang sembilan langit," Jawab Alena singkat. "
Mendengar suara keras dari pintu Alena berjalan menuju pintu kamar dan mengintip di luar pintu.Kelihatan di pintu Bagus berdiri tegang sambil menendang-nendang pintu kamar tempat Alena berada."Ada apa malam-malam menggedor-gedor pintu kamar?" tanya Alena sambil melotot melihat kelakuan jin itu."Ada keanehan yang terjadi," Bagus menjawab dengan rasa tegang."Masak jadi jin penakut amat," Omel Alena kepada Bagus."Tapi non, ini benar-benar aneh," Jawab Bagus masih tegang"Temui aku di ruang tamu, tapi bikin kopi dulu," Jawab Alena santai sambil melangkah menuju ruang tamu.Bagus yang selesai membuat kopi berjalan terburu-buru menuju ruang tamu sambil tangannya menenteng kopi yang dia buat."Kenapa kau datang dengan raut muka tegang seperti itu?" Alena bertanya begitu Bagus datang meletakan gelas kopi di atas meja.
Mendengar bentakan menggelegar itu Alena langsung melompat mundur bersiaga. Di hadapan Alena kini berdiri makhluk tinggi besar wajahnya sama persis dengan Raja Negeri GendingSelaka namun yang berbeda hanya pada kulitnya.Jika warna kulit Raja Negeri Gending Selaka berwarna kuning namun sosok yang berdiri di hadapan Alena sekarang ini berwarna putih agak pucat.Melihat sosok di depannya Alena tersenyum menyeringai namun tatapan matanya tetap tajam mengarah ke sosok di hadapannya."Buyut Cendana walaupun kamu sudah dinkurung penjara sekian lama namun kamu belum juga sadar, seharusnya dewa yang dulu menangkapmu langsung membunuhmu atau menyeret kamu ke penjarah dewa bukan di kembalikan ke Negeri Gending Selaka," Alena berkata santai kepada Makhluk itu."Hahaha.... Dewa yang dahulu mengalahkanku itu karena keberuntungan, walaupun kamu berasal dari alam dewa jangan harap bisa mengalahkanku s